Thursday, October 30, 2008

POLANTAS



Polisi adalah pelindung dan pengayom masyarakat. Begitu bunyi tulisan di pos polisi yang sering kita jumpai. Tapi sebagai manusia, polisi juga sering berbuat salah. Setiap ada urusan yang melibatkan polisi pasti jadi rugi. Laporan kehilangan malah keluar uang, lapor ada pencurian malahan jadi rugi dua kali. Yah, begitulah gambaran umum di masyarakat tentang citra polisi. Malah pernah saya dengar kalau ada dua polisi yang tidak senang uang, yang pertama polisi tidur dan yang kedua patung polisi.
Karena banyak teman yang berprofesi sebagai polisi saya cenderung malah prihatin dengan anggapan demikian. Pernah suatu hari, saya dan istri sedang makan batagor di depan pasar Cibinong, kebetulan batagor yang paling enak (menurut kami) di Cibinong, kebetulan bareng dengan beberapa anggota polisi yang kelihatan masih muda. Setelah ngobrol, saya menanyakan mengapa pedagang dibiarkan berjualan ke badan jalan. Ternyata jawabannya cukup membuat saya kagum. Rupanya mereka juga tidak bisa berbuat banyak, karena pemda Kabupaten Bogor seolah membiarkannya. Mereka bilang kewenangan melarang pedagang berjualan di badan jalan merupakan tugas tramtib. Mereka mengatakan karena ulah pedagang dan sopir angkot yang berhenti sembarangan menyebabkan kemacetan. Memang sepanjang jalan pasar Cibinong hampir setiap hari macet. Mereka juga mengatakan bahwa sebenarnya mereka kasihan dengan para karyawan yang terlambat pulang ke rumah karena macet. Jadi, sebenarnya polisipun memikirkan kita. Mendengar hal tersebut saya sangat terkesan sekali. Ternyata mereka benar-benar memikirkan kenyamanan kita pengguna jalan. Makanya jangan apriori dulu dengan polisi.
Pengalaman lain lagi dengan polisi adalah pada saat Bogor kedatangan tamu negara, Presiden Amerika Serikat, George Bush. Sehari sebelum kedatangan si Bush, seluruh pihak ikut repot. Maklum katanya Ki Gendeng Pamungkas mau nyantet. Sepanjang jalan tol saya melihat anggota TNI menyisir pinggiran tol. Kemudian sejak pintu keluar tol Cibinong di sterilkan. Nah, kebetulan saya pulang dari kantor sudah malam. Ketika keluar tol Cibinong, mobil saya di stop oleh polisi yang sedang razia. Setelah menunjukkan surat-surat kendaraan mereka minta izin untuk melihat bagasi. Karena sering mendengar ada polisi yang iseng menyelipkan narkoba ke dalam mobil, maka saya ikutan turun melihat proses pemeriksaan bagasi. Setelah melihat bagasi, polisi kaget melihat banyak dus sepatu di bagasi mobil. Salah seorang polisi berpakaian preman menanyakan isi dus-dus tersebut. Dengan santai saya bilang kalau dus tersebut berisi sepatu. Karena jumlahnya banyak dan beberapa masih baru mereka tanya macam-macam. Apakah saya jualan sepatu dan apakah sepatu tersebut dilengkapi dengan ‘surat-surat’. Saya jadi heran dengan pertanyaan mereka, sejak kapan punya sepatu harus ada surat-suratnya. Karena pertanyaannya sudah mengada-ada, saya jadi ikutan marah ke polisi tersebut. Saya bilang, bukannya razia ini cuma prosedur pengamanan untuk tamu negara masak segala sepatu saja di permasalahkan. Untungnya ada seorang polisi yang masih waras dan menengahi kami. Akhirnya dengan dongkol saya pergi meninggalkan mereka.
Beberapa waktu lalu Kapolres Bogor yang baru menempati jabatannya. Kebijakan beliau adalah menertibkan pengguna jalan yang tidak tertib berlalu lintas. Akibatnya di sepanjang jalan raya pemda sering dilaksanakan razia. Banyak memang yang tertangkap karena berkendara tidak dilengkapi dengan surat dan tidak menggunakan helm. Hasilnya juga bagus, karena setiap malam sudah tidak ada lagi ajang balapan liar. Memang perilaku masyarakat Cibinong kurang tertib. Banyak anak sekolah yang kebut-kebutan dengan motor. Padahal kecelakaan sudah banyak terjadi karena kebut-kebutan di jalan, bahkan beberapa ada yang meninggal dunia. Namun tetap saja mereka tidak pernah kapok. Beberapa spanduk besar di pasang di jalan raya pemda. Bunyinya “BALAPAN LIAR, BAKAR !!”. Lengkap dengan cap Polres Bogor dan LPPM Kabupaten Bogor yang mewakili suara masyarakat Cibinong. Sepi. Tidak ada lagi ajang balapan liar.
Saya dengar kalau kebijakan kapolres yang baru sungguh brilian. Setiap polantas harus menerbitkan dan menyetorkan minimal empat surat tilang setiap harinya. Memang tujuannya agar memberikan efek jera bagi para pengendara kendaraan bermotor yang tidak tertib. Disisi lain juga untuk mengurangi main mata antara Polantas dengan masyarakat yang kena tilang. Akibatnya banyak polisi yang main tilang hanya untuk mengejar setoran ke komandannya.
Suatu hari di Polres Bogor ada seorang Bapak yang marah-marah sambil menenteng helmnya. Rupanya dia kena tilang oleh salah seorang anggota Polantas. Setelah tiba gilirannya sidang ditempat, Komandan polisi yang menanganinya menanyakan;

Komandan : “Bapak kenapa marah-marah ?”
Si Bapak : “Masak saya kena tilang, Padahal saya sudah bawa helm !!”
Komandan : “Loh, kan disini Bapak dikatakan bahwa Bapak tidak membawa surat-surat kendaraan ?”
Si Bapak : “Loh, kenapa harus bawa surat-surat segala apa urusannya ?”
Komandan : “Lah, bapak ini bagaimana ? kalau bapak bawa kendaraan ya harus dilengkapi STNK dan BPKB”
Si Bapak : “Siapa yang bawa kendaraan ?”
Komandan : “Bukannya bapak sedang naik motor ?”
Si Bapak : “Siapa yang naik motor !! tanyain saja tuh, sama diaa !!”
Si Bapak mulai sewot sambil menunjuk Polisi yang tadi menilangnya. Sang Komandan segera bertanya kepada kepada anggotanya.
Komandan : “Kenapa kamu menilang Bapak ini ?”
Polisi : “Siapp Dan ! saya menilang Bapak ini karena membawa helm tapi tidak membawa motor !!!”
Komandan : “Haahh...??”

(Maaf, jangan serius bacanya ya....)

No comments: