Sunday, March 15, 2009

Rumah di Jonggol

Jonggol, 14 Maret 2009

Sabtu ini Alhamdulillah perjalanan aman. Hujan tidak turun sehingga jalan bisa dilalui dengan mudah. Rencana untuk melihat proyek pembangunan rumah berjalan lancar. Walaupun rumah belum 100% selesai, namun dari penglihatan saya sudah ada perkembangan. Tinggal membuat dapur dan bagian depan. Sementara pemasangan bilik belum bisa dilakukan karena bilik yang dijual di pasar lebarnya kurang untuk menutupi dinding. Kang Jejen berinisiatif untuk memesan bilik yang memiliki lebar sesuai dengan lebar bangunan. Uang pembangunannya baru dibayar 80%, nanti kekurangnnya akan di berikan setelah rumah selesai.

Sementara proses penanaman pohon sengon juga sudah berjalan dengan lancar. Sudah hampir 9 500 batang pohon ditanami. Sekarang pengerjaannya sudah mencapai lahan milik Doni dan Sigit. Rencananya akan diteruskan ke lahan milik Agus dan Lisa. Untuk lahan milik Bapak Tarmizi, Mas Zuli dan Jupri belum dapat ditanami karena sedang digunakan untuk sawah huma milik penduduk. Pantauan saya di lapangan, sawah tersebut sudah mengeluarkan bulir-bulir padi. Perintah Pak Haji, begitu sawah selesai dipanen agar segera dibersihkan untuk ditanami pohon sengon.

Bagi rekan-rekan yang ingin mengurus sertifikat tanah tersebut dapat berkonsultasi langsung dengan Pak Haji Acep. Dari pembicaraan kemarin, status tanah milik kita sebagian adalah obyek sertifikat dan sebagian lagi adalah obyek kehutanan yang dapat disertifikasi. Prosesnya adalah dengan membuat surat keterangan lurah bahwa tanah tersebut merupakan milik masyarakat yang sudah dikelola puluhan tahun. Surat keterangan dari lurah tersebut dapat dijadikan dasar untuk meng-konversi status tanah. Biaya yang ditawarkan untuk membuat sertifikat adalah sebesar Rp. 2.000 per m2. Biaya tersebut diminta oleh Pejabat kehutanan yang bersedia mengurusnya. Dari jumlah tersebut Pak Haji belum menawarnya sehingga kemungkinan harga per meternya bisa lebih kecil.

Sementara proses pemindahan Thukul ke lokasi akan dilaksanakan setelah rumah selesai. Artinya sudah layak untuk dihuni. Untuk keamanan ada rencana mempekerjakan penduduk setempat yang di gaji setiap bulannya. Tugas keamanan selain untuk menjaga status tanah dari penyerobotan juga sebagai penjaga tanaman sengon agar tidak dicuri. Disamping itu keamanan akan menjadi penghubung antara kita dengan penduduk setempat. Biaya gaji kemanan sebaiknya diadakan rapat antara teman-teman semua.

Demikian informasi kunjungan ke Jonggol pada hari Sabtu tanggal 14 Maret 2009.

Foto pembangunan rumah




Foto Sumber Mata Air



Foto Lahan yang ditanami sengon



Foto jalan ke lahan


Foto Saung Penjaga






Friday, March 6, 2009

Hutan Rakyat Prospektif Pasok Industri Hilir

Rabu, 4 Maret 2009 | 22:02 WIB

JAKARTA, RABU — Industri produk kehutanan domestik seperti mebel dan kayu pertukangan tak akan kesulitan mendapat bahan baku lagi. Hutan rakyat kini sudah mampu memproduksi kayu rata-rata 6 juta meter kubik per tahun.

Jumlah ini semakin mendekati jatah produksi tebangan (JPT) kayu hutan alam yang tahun 2008 dan 2009 ditetapkan sebesar 9,1 juta meter kubik. Pertumbuhan produksi kayu rakyat tersebut juga potensial mengalihkan konsumsi kayu hutan alam oleh industri.

Demikian diungkapkan Kepala Pusat Informasi Kehutanan Departemen Kehutanan, Masyhud, seusai sosialisasi gerakan menanam "Satu Orang Satu Pohon (One Man One Tree)" di Pondok Pesantren Nurul Alamiah, Serang, Banten, Rabu (4/3).

Seluruh produksi kayu rakyat habis terserap pasar. Kayu rakyat berkontribusi sedikitnya 30 persen dari 19 juta meter kubik produksi kayu di luar JPT tahun 2008.

Dephut pun semakin gencar membagikan benih atau bibit pohon bernilai tinggi, seperti jati, sengon, mahoni, mangga, dan durian, sesuai permintaan masyarakat. Indonesia memiliki sedikitnya 200 jenis pohon yang bernilai tinggi dan bisa menjadi bahan baku industri.

Sedikitnya 32 organisasi masyarakat bekerja sama dengan Dephut untuk menanam sedikitnya 3,2 juta pohon.

Walau produksi kayu dari hutan rakyat tumbuh 10-15 persen per tahun, pemerintah masih sulit mendata luas areal tanam. Hutan rakyat belum berskala masif seperti hutan tanaman industri (HTI) yang bisa mencapai puluhan ribu hektar dalam satu hamparan.

Ada masyarakat yang menanam pohon di areal sampai seluas 10 hektar, tetapi ada juga yang hanya di pematang sawah atau sebagai pagar kebun.

Harga

Masyhud mengatakan, minat masyarakat menanam pohon semakin tinggi karena tertarik dengan harga yang terus naik. Intensifikasi penanaman pohon oleh masyarakat juga dapat mengurangi tekanan terhadap hutan alam secara bertahap.

Harga kayu sengon di Jawa Timur kini berkisar Rp 800.000-Rp 900.000 per meter kubik. Pada tahun 2007, harga masih berkisar Rp 600.000-Rp 650.000 per meter kubik.

Harga kayu jati lebih mahal lagi. Kayu jati merupakan bahan baku favorit industri mebel dan kerajinan. Walau berharga di atas Rp 1,5 juta per meter kubik, produk mebel dan kerajinan dari jati sangat diminati konsumen.

Kondisi ini diakui Direktur Utama PT Albizzia Sinar Lestari Indah (ASLI) Fuad Abdullah, produsen veneer di Jawa Timur. Harga kayu hutan rakyat cenderung bertahan karena permintaan industri hilir kehutanan yang berorientasi pasar domestik masih stabil.

Menurut Fuad, harga kayu sengon cenderung bertahan karena Perum Perhutani juga sudah menaikkan harga dasar penjualan produk kayu di pasaran.

Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Ambar Tjahyono mengungkapkan, produk kayu hutan rakyat kini semakin prospektif. Bahkan, industri mebel dan kerajinan semakin banyak menyerap bahan baku dari hutan rakyat.

Asmindo malah mulai mengembangkan hutan rakyat dengan pola kemitraan di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Benih dibagikan gratis dan masyarakat di sekitar hutan mendapat pelatihan keterampilan kerja. Proyek ini akan diaudit lembaga independen untuk memperoleh sertifikat ramah lingkungan.

"Hampir 70 persen bahan baku industri permebelan dan kerajinan berasal dari hutan rakyat. Hal ini merupakan bagian dari komitmen kami untuk menciptakan produk yang ramah lingkungan tanpa merusak hutan alam," ujar Ambar.

sumber : http://nasional.kompas.com/read/xml/2009/03/04/22022611/hutan.rakyat.prospektif.pasok.industri.hilir


Sunday, March 1, 2009

PEMBANGUNAN RUMAH DI JONGGOL






Sukamakmur, Minggu tanggal 01 Maret 2009,

Bersama rombongan, Andi Setyono beserta keluarganya, Mas Syahrul dan Mas Adiman, Kang Heri dan Heriman, dan Saya, mengunjungi kembali lokasi tanah yang akan dijual.
Kebetulan proyek pembangunan rumah untuk Thukul sedang berjalan. Awalnya saya perkirakan rumah tersebut sudah berdiri tegak. Ternyata ketika naik ke puncak masih bediri tenda biru. Belum apa-apa.

Tapi progres penanaman pohon sengon sangat pesat. Sudah hampir 3 hektar lahan di tanami. Bibit yang sudah ada di lokasi dan yang telah ditanam (berdasarkan informasi dari Pak Haji) sudah mencapai 9500 pohon.

Ketika tiba di lokasi tampai para pekerja yangs edang menanam pohon sengon di lokasi tanah milik Heriman dan Andy. Sementara di lokasi tersebut juga sedang dibuatkan saung untuk penjaga.

Wah, seneng juga melihat lahan sudah ditanami. Mudah-mudahan bayarnya juga lancar seperti penanamannya. Rencana kami, semua lahan yang luasnya 10 hektar akan ditanami pohon sengon. Memang akhir-akhir ini bisnis sengon sangat menjanjikan. Bayangkan, hanya dengan modal Rp. 30 juta per hektar akan menghasilkan 4000 batang sengon dalam jangka waktu 5 tahun yang nilai jualnya seharga Rp. 500.000 per pohon. Gila ...!!! hampir 2 Milyar !!!.

Itu kalau kita berhitung secara optimis. Tapi dari 4000 pohon, misalnya hanya jadi 1000 pohon yang bagus itu saja sudah dapat menghasilkan Rp. 500 juta.

Mudah-mudahan rencana kami berhasil. Insya Allah.

POHON SENGON YANG SEDANG DITANAM



LAHANNYA HERIMAN



BONUS SAUNG DARI PAK HAJI ACEP



ANGGOTA TIM YANG BERKUNJUNG

Adiman dan Syahrul



Saya, Bpknya Andy,Syahrul,Heriman,H. Acep, Tukang dan Mang Ade (Preman Ci Orai)



Andy, Adiman (dibelakang),Bpnya Andy,Syahrul,Heriman, H. Acep, Heri,Kang Ade,Pekerja


PROYEK PEMBANGUNAN RUMAH UNTUK THUKUL



HELIPAD DI DEPAN RUMAH PAK ADIM