Thursday, November 13, 2008

50 Tokoh Islam Liberal Indonesia : Pengusung Ide Sekularisme,Pluralisme dan Liberalisme

Ini Daftar 50 TOKOH JIL INDONESIA

A. Para Pelopor

1.. Abdul Mukti Ali
2.. Abdurrahman Wahid
3.. Ahmad Wahib
4.. Djohan Effendi
5.. Harun Nasution
6.. M. Dawam Raharjo
7.. Munawir Sjadzali
8.. Nurcholish Madjid

B. Para Senior

9.. Abdul Munir Mulkhan
10.. Ahmad Syafi'i Ma'arif
11.. Alwi Abdurrahman Shihab
12.. Azyumardi Azra
13.. Goenawan Mohammad
14.. Jalaluddin Rahmat
15.. Kautsar Azhari Noer
16.. Komaruddin Hidayat
17.. M. Amin Abdullah
18.. M. Syafi'i Anwar
19.. Masdar F. Mas'udi
20.. Moeslim Abdurrahman
21.. Nasaruddin Umar
22.. Said Aqiel Siradj
23.. Zainun Kamal

C. Para Penerus "Perjuangan"

24.. Abd A'la
25.. Abdul Moqsith Ghazali
26.. Ahmad Fuad Fanani
27.. Ahmad Gaus AF
28.. Ahmad Sahal
29.. Bahtiar Effendy
30.. Budhy Munawar-Rahman
31.. Denny JA
32.. Fathimah Usman
33.. Hamid Basyaib
34.. Husein Muhammad
35.. Ihsan Ali Fauzi
36.. M. Jadul Maula
37.. M. Luthfie Assyaukanie
38.. Muhammad Ali
39.. Mun'im A. Sirry
40.. Nong Darol Mahmada
41.. Rizal Malarangeng
42.. Saiful Mujani
43.. Siti Musdah Mulia
44.. Sukidi
45.. Sumanto al-Qurthuby
46.. Syamsu Rizal Panggabean
47.. Taufik Adnan Amal
48.. Ulil Abshar-Abdalla
49.. Zuhairi Misrawi
50.. Zuly Qodir

Judul Buku : 50 Tokoh Islam Liberal Indonesia : Pengusung Ide Sekularisme,Pluralisme dan Liberalisme

Penulis : Budi Handrianto
Halaman : 295 + xxvi paperback (softcover)
Cetakan 1 : Juni 2007
Penerbit : Hujjah Press (kelompok Penerbit Al Kautsar)

Antara Usman Bin Affan dan Faraq Fouda

Kebiasaan kaum liberal adalah senang tampil beda. Jika ulama malarang, mereka justru membolehkan. Jika ulama mengecam penghina Nabi dan sahabat, mereka justru membelanya. Baca Catatan Akhir Pekan (CAP) Adian ke-246

Tampaknya, ada sifat yang khas dari kaum liberal di Indonesia. Mereka senang dengan hal-hal yang nyeleneh dan asal beda dengan umat Islam pada umumnya. Orang Jawa bilang: yang penting Waton suloyo alias WTS atau asal beda. Jika umat Islam menolak Ahmadiyah, mereka malah mendukung Ahmadiyah. Umat Islam mendukung RUU Anti-pornografi, mereka justru menolaknya. Jika umat Islam mengecam perkawinan sesama jenis, mereka justru mendukungnya. Umat Islam menolak perkawinaan antar-agama, tapi mereka malah mempromosikannya.

Umumnya umat Islam membanggakan sejarahnya yang gemilang. Tapi, kaum liberal senang tampil beda. Mereka senang jika umat Islam malu dengan sejarahnya sendiri. Yang penting beda! Jika ada hal yang dianggap baru, dan datang dari kaum liberal di luar, lalu ditelan begitu saja. Yang penting liberal, dan sok kritis terhadap Islam. Ketika muncul seorang lesbian seperti Irshad Manji, maka mereka sambut dengan gegap gempita. Nong Darol Mahmada, aktivis liberal alumnus Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta menulis artikel di Jurnal Perempuan (nomor 58) berjudul: “Irshad Manji, Muslimah Lesbian yang Gigih Menyerukan Ijtihad.”


Kita pernah membahas, bagaimana naifnya pujian yang berlebihan terhadap Irshad Manji. Tapi, mereka tidak peduli. Setelah mempromosikan Irshad Manji, kini kaum liberal di Indonesia sedang gandrung dengan idola baru bernama Farag Fouda. Yayasan Wakaf Paramadina menerbitkan edisi kedua karya Farag Fouda berjudul Kebenaran yang Hilang: Sisi Kelam Praktik Politik dan Kekuasaan dalam Sejarah Kaum Muslimin. Judul aslinya adalah al-Haqidah al-Ghaibah.


Tampaknya, buku Fouda sedang digandrungi oleh kaum liberal. Di berbagai forum mereka mempromosikan buku ini. Katanya, ini buku yang hebat, yang menunjukkan “kebenaran” yang selama ini disembunyikan oleh para sejarawan Muslim. Di negara asalnya, Fouda memang sempat membuat berita besar, saat ia mati terbunuh pada 8 Juni 1992. Lima hari sebelumnya, 3 Juni 1992, sejumlah ulama al-Azhar menyatakan Fouda telah murtad karena banyak menghujat Islam.


Menyambut kampanye penyebaran buku Fouda tersebut, Jumat (17 Oktober 2008) lalu, bertempat di Masjid al-Furqan, Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia menggelar Tabligh Akbar. Tampil sebagai pembicara utama adalah Asep Sobari Lc, peneliti bidang sejarah di INSISTS. Sebelumnya, Asep Sobari sudah meluncurkan analisis kritisnya terhadap karya Fouda ini di situs www.hidayatullah.com. Tapi, dalam acara Tabligh Akbar, alumnus Universitas Madinah itu mengupas lebih tajam lagi berbagai kecurangan dan kesalahan Fouda dalam mengutip kitab-kitab rujukan dari Thabari dan Ibn Saád. Sejumlah bagian dari naskah edisi Indonesia, dibandingkan langsung dengan naskah asli karya Fouda serta kitab-kitab rujukan Fouda. Dengan cara seperti itu, tampak jelas dimana letak kecurangan dan kelemahan buku Fouda tersebut.


Karena itu, kita kemudian memang cukup keheranan dengan berbagai pujian terhadap buku ini. Khususnya yang dilakukan oleh orang yang bergelar guru besar bidang sejarah. Prof. Dr. Azyumardi Azra, Guru Besar Sejarah dan Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah ini, memuji-muji buku Fouda:


Karya Farag Fouda ini secara kritis dan berani mengungkapkan realitas sejarah pahit pada masa Islam klasik. Sejarah pahit itu bukan hanya sering tak terkatakan di kalangan kaum Muslim, tapi bahkan dipersepsikan secara sangat idealistik dan romantik. Karya ini dapat menggugah umat Islam untuk melihat sejarah lebih objektif, guna mengambil pelajaran bagi hari ini dan masa depan”.


Lebih “hebat” lagi pujian dari Prof. Dr. Syafi`i Maarif, Guru Besar Filsafat Sejarah, Universitas Nasional Yogyakarta (UNY):


Terlalu banyak alasan mengapa saya menganjurkan Anda membaca buku ini. Satu hal yang pasti: Fouda menawarkan ”kacamata” lain untuk melihat sejarah Islam. Mungkin Fouda akan mengguncang keyakinan Anda tentang sejarah Islam yang lazim dipahami. Namun kita tidak punya pilihan lain kecuali meminjam ”kacamata” Fouda untuk memahami sejarah Islam secara lebih autentik, obyektif dan komprehensif”.


Dengan gamblang, Asep menunjukkan bagaimana Fouda telah sengaja mengambil sejumlah riwayat yang lemah dan tidak jelas sumbernya untuk mendukung opininya. Lalu, dia katakan itu sebagai fakta sejarah. Padahal, faktanya tidak begitu. Kecurangan yang sangat jelas, misalnya, dalam kasus sahabat Utsman bin Affan r.a. Dengan mengutip riwayat-riwayat yang lemah, Fouda telah membangun citra yang sangat buruk terhadap menantu Rasulullah saw tersebut.


Karena isinya semacam itu, tidak heran jika tokoh liberal, Goenawan Mohamad pun bersorak gembira dengan terbitnya buku ini. Catatan Goenawan di Majalah TEMPO dijadikan epilog buku ini. Ketajaman pena wartawan kawakan ini digunakan untuk mempertajam lagi gambaran hitam fitnah Fouda terhadap sahabat Rasulullah saw yang mulia ini. Simaklah uraian Goenawan tentang Sayyidina Usman bin Affan r.a. dalam kolomnya:


Mereka tak sekadar membunuh Usman. Menurut sejarawan al-Thabari, jenazahnya terpaksa “bertahan dua malam karena tidak dapat dikuburkan.” Ketika mayat itu disemayamkan, tak ada orang yang menyalatinya. Jasad orangtua berumur 83 tahun itu bahkan diludahi dan salah satu persendiannya dipatahkan. Karena tak dapat dikuburkan di pemakaman Islam, khalifah ke-3 itu dimakamkan di Hisy Kaukab, wilayah pekuburan Yahudi. Tak diketahui dengan pasti mengapa semua kekejian itu terjadi kepada seorang yang oleh Nabi sendiri telah dijamin akan masuk surga. Fouda mengutip kitab al-Tabaqat al-Kubra karya sejarah Ibnu Saád yang menyebutkan satu data menarik: khalifah itu agaknya bukan seorang bebas dari keserakahan. Tatkala Usman terbunuh, dalam brankasnya terdapat 30.500.000 dirham dan 100.000 dinar.”


Tampaknya Goenawan tidak mengecek sendiri pada kitab al-Thabari dan Ibn Saád. Dia taklid buta pada Fouda. Dengan penggambaran Goenawan Mohamad seperti itu terhadap Usman r.a., kita dapat menangkap pesan, bahwa Khalifah ketiga dari Khulafaurrasyidin itu adalah seorang yang hina, sial, dan serakah. Goenawan seperti sedang mengejek umat Islam yang senantiasa berdoa untuk Rasulullah saw dan para sahabatnya: “Wahai umat Islam, orang yang kalian puja dan doakan itu adalah manusia brengsek. Kalian selama ini telah tertipu. Ada kebenaran yang hilang; ada fakta sejarah yang selama ini disembunyikan!” Maka, judul yang ditulis untuk buku Fouda ini adalah “Kebenaran yang hilang”.


Kita paham, kaum liberal seperti Goenawan Mohamad ini sedang menertawai umat Islam melalui buku Fouda. Seolah-olah, selama ribuan tahun, umat Islam tolol semua. Para ulama Islam telah melakukan kecurangan, menyembunyikan fakta sejarah tentang sahabat nabi. Seolah-olah, para orang tua Muslim telah salah mengajar anak-anaknya untuk mencintai Rasulullah saw dan para sahabatnya. Padahal, kata mereka, sahabat Nabi yang diagung-agungkan dan senantiasa didoakan umat Islam itu ternyata juga manusia serakah, manusia busuk!


Pesan penting lain yang disampaikan Goenawan melalui kolomnya adalah pembelaan terhadap Fouda. Ia memuji Fouda. Ia menyesali kematian Fouda. Sebab, Fouda termasuk jajaran kaum sekular-liberal. “Ia mempersoalkan keabsahan posisi khilafah. Ia pengganggu kemutlakan,” tulis Goenawan tentang Fouda. Tapi, penyesalan itu bukan untuk Usman r.a.. Goenawan termakan cerita Fouda, bahwa Usman r.a. adalah manusia brengsek, serakah, dan haus kekuasaan. Karena menolak turun dari jabatannya, maka Usman terbunuh. “Maka perkara jadi runcing dan mereka mengepung Usman – lalu membunuhnya, lalu menistanya,” tulis Goenawan.


Usman bin Affan adalah manusia hina. Itu fakta, kata mereka Sumber berita untuk mencaci maki sahabat Nabi itu hanya satu: Farag Fouda. “Kaum “Islamis” tak pernah menyebut peristiwa penting itu, tentu,” ejek Goenawan. Syafii Maarif juga cukup rajin mempromosikan buku Fouda ini. Seperti yang ditulisnya di sampul belakang buku ini: Fouda telah memahami sejarah Islam secara lebih autentik, obyektif dan komprehensif. Azyumardi Azra juga menyebut apa yang disajikan oleh Fouda sebagai “realitas sejarah”.

Sebagai Muslim yang beriman akan kejujuran Nabi Muhammad saw, tentu iman kita tertantang dengan pemaparan tentang Sayyidina Usman versi kaum liberal ini. Benarkah Usman r.a. memang manusia hina dan bejat seperti digambarkan Fouda dan Goenawan Mohamad? Padahal, begitu banyak hadits Nabi yang menyebutkan tentang keutamaan Usman bin Affan. Maka, kita ditantang: percaya pada Nabi Muhammad saw atau percaya pada Farag Fouda?


Untuk itu, cara terbaik adalah mengecek langsung sumber-sumber asli yang dikutip Fouda. Hasil penelitian Asep Sobari menunjukkan, ada kelemahan metodologis dan kecurangan yang sangat serius dari Fouda dalam mengutip sumber-sumber aslinya. Misalnya, tentang riwayat keterlambatan penguburan jenazah Usman bin Affan, Fouda hanya mengambil satu riwayat yang lemah dalam karya al-Thabari. Padahal, ada delapan versi lain yang juga disebutkan dalam kitab itu. Tapi, Fouda sama sekali tidak menyinggungnya.


Bahkan, dalam al-Thabaqat al-Kubra, karya Ibn Sa’ad, disebutkan beberapa riwayat dari `Amr bin Abdullah dan al-Waqidi yang jelas-jelas menyatakan Usman dimakamkan langsung pada malam harinya di Baqi` (al-Thabaqat, 3/77-78). Jadi, dengan hanya menyebut satu riwayat yang lemah, Fouda jelas-jelas melakukan upaya menipulasi data sejarah dengan membuat kesan seolah-olah hanya ada riwayat itu saja.

Cara penulisan sejarah seperti ini tentu tidak komprehensif. Maka, ajaib, jika Profesor sejarah justru memuji-muji buku ini. Sama ajaibnya dengan wartawan senior yang malas melakukan cek dan ricek terhadap sumber-sumber referensi yang dipakai Fouda. Mungkin hanya karena cerita picisan Fouda itu sesuai dengan seleranya, maka dia langsung menelan begitu saja cerita tentang kebejatan Usman r.a..


Dalam paparan slide-nya saat Tabligh Akbar di Masjid Dewan Da’wah, Asep Sobari menampilkan naskah asli dari al-Thabari yang sama sekali tidak menyebutkan areal pemakaman Hasy Kaukab sebagai areal pemakaman Yahudi. Tapi, dalam naskah asli buku Fouda, ada tambahan bahwa Hasy Kaukab (bukan Hisy Kaukab) adalah areal pemakaman Yahudi. Ini juga merupakan tindakan yang tidak etis dalam penulisan ilmiah. Apalagi ini menyangkut martabat seorang sahabat Nabi yang sangat dihormati oleh Nabi Muhammad saw dan juga umat Islam secara keseluruhan.


Apakah Usman bin Affan seorang yang serakah karena meninggalkan banyak uang seperti dikatakan Goenawan Mohamad? Asep Sobari menunjukkan data yang menarik tentang kesuksesan bisnis Usman r.a. dan kedermawanannya. Sejumlah riwayat yang dituturkan Ibn Hajar memberi gambaran kekayaan Usman. Di antaranya, pada permulaan masa hijrah, kaum muslim di Madinah kesulitan mendapat air bersih. Saat itu, hanya ada mata air Rumah yang tersedia dan itupun harus dibeli. Usman r.a. akhirnya membeli sumur itu dan mewakafkannya untuk umat Islam. Ketika ada rencana perluasan masjid Nabawi di masa Nabi saw dan dana kas negara tidak mencukupi, Rasulullah saw mengumumkan pengumpulan dana. Maka Usman r.a. segera membeli tanah untuk perluasan tersebut seharga 25.000 dirham. Ketika Nabi saw menghimpun dana guna membiayai perang Tabuk yang terjadi di masa paceklik, Usman r.a. mendermakan 1000 dinar, 940 ekor unta dan 40 ekor kuda (al-Khilafah al-Rasyidah min Fath al-Bari, hlm. 453-458).


Seiring dengan geliat kemajuan ekonomi di masa Umar, bisnis Usman bin Affan pun semakin berkembang dan asetnya bertambah besar, jauh di atas rata-rata kaum muslimin lainnya. Imam Bukhari (hadits no. 3059) menggambarkan, ketika kekayaan negara berupa hewan ternak semakin banyak, Umar terpaksa membuat lahan konservasi eksklusif (al-Hima), dan berkata kepada pegawainya, “Izinkan para pemilik ternak untuk menggembala di al-Hima, tapi jangan sekali-kali mengizinkan [Abdurrahman] bin Auf dan [Usman] bin Affan. Karena jika seluruh ternak mereka berdua binasa, mereka masih punya kebun dan ladang”.


Jadi, Usman r.a. memang seorang pengusaha sukses, kaya raya dan sangat dermawan. Jangankan hartanya, nyawanya pun telah dipertaruhkan untuk Islam. Ia terjun langsung dalam berbagai peperangan. Tidak masuk akal, manusia mulia seperti ini lalu menjadi orang yang serakah terhadap dunia. Tidaklah sepatutnya pribadi mulia seperti Usman bin Affan itu disejajarkan dengan seorang Farag Fouda. Jika ada sebagian sisi lemah Usman r.a. dalam kebijakan politiknya, maka Usman memang seorang manusia. Tapi, tidaklah komprehensif melihat kepemimpinan Usman hanya dari sebagian sisi lemahnya saja. Berbagai prestasi besar – dalam politik, ekonomi, dan pendidikan – telah dicapai dalam masa 12 tahun kepemimpinan Usman bin Affan r.a.


Selama ratusan tahun, para sejarawan Muslim telah mencurahkan segenap tenaga untuk menulis sejarah tentang para sahabat Nabi Muhammad saw. Tidak ada kebenaran yang disembunyikan, seperti tuduhan Fouda yang diamini begitu saja oleh sejumlah tokoh liberal di Indonesia. Sebab, sumber-sumber sejarah itu tetap terbuka untuk diteliti, oleh siapa saja. Silakan Goenawan Mohammad, Azyumardi Azra, dan Syafii Maarif menelitinya sendiri. Jangan bertaklid begitu saja kepada Fouda. Jangan mengerdilkan keilmuan Anda sendiri! Aneh, jika kematian Fouda disesali, tetapi kematian Usman bin Affan justru dianggap wajar. Sebab, Fouda adalah pejuang HAM, sedangkan Usman r.a. adalah manusia hina dan serakah!


Semestinya, para ilmuwan dan cendekiawan ini membaca juga banyak buku lainnya tentang cerita seputar konflik diantara sahabat Nabi. Thaha Jabir Ulwani, misalnya, dalam bukunya Adabul Ikhtilaf fil Islam, memaparkan data-data perbedaan bahkan konflik diantara sahabat Nabi. Mereka adalah manusia. Tapi, yang sangat indah adalah bagaimana cara mereka menghadapi dan menyelesaikan konflik. Umat Islam justru bisa belajar dari sejarah semacam itu. Sebab, dalam kehidupan manusia, ada saja orang-orang yang berbuat jahat dan mengeruhkan suasana. Terjadinya kekacauan dan pembunuhan terhadap Usman bin Affan r.a. tidak bisa begitu saja ditimpakan kesalahannya kepada Usman r.a. Begitu juga, martabat Ali bin Abi Thalib r.a. tidak kemudian menjadi rendah karena di masanya terjadi pergolakan.


Sebagai Muslim, kita tentu tidak sudi mengikuti jejak orang-orang yang mudah menghina sahabat Nabi saw. Mereka adalah manusia-manusia pilihan yang sangat disayangi oleh Nabi kita, Muhammad saw. Kita pun tak suka sahabat kita dicaci maki. Kaum liberal juga tidak suka jika idolanya diungkapkan keburukannya setelah kematiannya. Mereka katakan, itu tidak etis. Tapi, jika penghinaan dan pelecehan itu dilakukan terhadap sahabat Nabi, seperti Usman bin Affan r.a., mereka justru bertepuk tangan.

Maka, kita tak akan bosan-bosan mengimbau kepada semua pihak yang telah semena-mena mencaci maki sahabat Nabi yang mulia: beristighfarlah dan bertobatlah sebelum terlambat!



Oleh: Adian Husaini

[Yogyakarta,18 Oktober 2008/ www.hidayatullah.com]

Perang Nuklir Zaman Prasejarah ?



Pernah dengar yang namanya epik Ramayana dan Mahabarata? dua epos terkenal dari India kuno. Epos Mahabarata mengisahkan konflik hebat keturunan Pandu dan Dritarasta dalam memperebutkan tahta Kerajaan. Epos ini ditulis pada tahun 1500 SM dan menurut perkiraan perang tsb meletus sekitar 5000 tahun yang lalu. Banyak spekulasi bermunculan dari peristiwa ini, diantaranya ada sebuah spekulasi baru dengan berani menyebutkan bahwa perang Mahabarata adalah semacam perang NUKLIR!!

Tapi, benarkah demikian yang terjadi sebenarnya? Mungkinkah jauh sebelum era modern seperti masa kita ini ada sebuah peradaban maju yang telah menguasai teknologi nuklir? Masa sebelum 4000 SM dianggap sebagai masa pra sejarah dan peradaban Sumeria dianggap peradaban tertua didunia. Akan selama ini terdapat berbagai diskusi, teori dan penyelidikan mengenai kemungkinan bahwa dunia pernah mencapai sebuah peradaban yang maju sebelum tahun 4000 SM. Teori Atlantis, Lemuria, kini makin diperkuat dengan bukti tertulis seperti percakapan Plato mengenai dialog Solon dan pendeta Mesir kuno mengenai Atlantis, naskah kuno Hinduisme mengenai Ramayana & Bharatayudha mengenai dinasti Rama kuno dan bukti arkeologi mengenai peradaban Monhenjo-Daroo, Easter Island dan Pyramid Mesir maupun Amerika Selatan.

kemungkinan manusia pernah memasuki zaman nuklir lebih dari 6000 tahun yang lalu. Peradaban Atlantis di barat dan dinasti Rama di Timur diperkirakan berkembang dan mengalami masa keemasan antara tahun 30000 SM hingga 15000 SM. Atlantis memiliki wilayah mulai dari Mediteranian hingga Pegunungan Andes di seberang Samudra Atlantis sedangkan Dinasti Rama berkuasa di bagian Utara India-Pakistan-Tibet hingga Asia Tengah. Peninggalan Prasasti di Indus, Mohenjo Daroo dan Easter Island (Pasifik Selatan) hingga kini belum bisa diterjemahkan dan para ahli memperkirakan peradaban itu berasal jauh lebih tua dari peradaban tertua yang selama ini diyakini manusia (4000 BC).

Beberapa naskah Wedha dan Jain yang antara lain mengenai Ramayana dan Mahabharata ternyata memuat bukti historis maupun gambaran teknologi dari Dinasti Rama yang diyakini pernah mengalami zaman keemasan dengan tujuh kota utamanya ‘Seven Rishi City’ yg salah satunya adalah Mohenjo Daroo (Pakistan Utara).

Dalam suatu cuplikan cerita dalam Epos Mahabarata dikisahkan bahwa Arjuna dengan gagah berani duduk dalam Weimana (sebuah benda mirip pesawat terbang) dan mendarat di tengah air, lalu meluncurkan Gendewa, semacam senjata yang mirip rudal/roket yang dapat menimbulkan sekaligus melepaskan nyala api yang gencar di atas wilayah musuh, lalu dalam sekejap bumi bergetar hebat, asap tebal membumbung tinggi diatas cakrawala, dalam detik itu juga akibat kekuatan ledakan yang ditimbulkan dengan segera menghancurkan dan menghanguskan semua apa saja yang ada disitu. Yang membuat orang tidak habis pikir, sebenarnya senjata semacam apakah yang dilepaskan Arjuna dengan Weimana-nya itu? Dari hasil riset dan penelitian yang dilakukan ditepian sungai Gangga di India, para arkeolog menemukan banyak sekali sisa-sisa puing-puing yang telah menjadi batu hangus di atas hulu sungai.

Batu yang besar-besar pada reruntuhan ini dilekatkan jadi satu, permukaannya menonjol dan cekung tidak merata. Jika ingin melebur bebatuan tersebut, dibutuhkan suhu paling rendah 1.800 C. Bara api yang biasa tidak mampu mencapai suhu seperti ini, hanya pada ledakan nuklir baru bisa mencapai suhu yang demikian. Di dalam hutan primitif di pedalaman India, orang-orang juga menemukan lebih banyak reruntuhan batu hangus. Tembok kota yang runtuh dikristalisasi, licin seperti kaca, lapisan luar perabot rumah tangga yang terbuat dari batuan di dalam bangunan juga telah dikacalisasi. Selain di India, Babilon kuno, gurun sahara, dan guru Gobi di Mongolia juga telah ditemukan reruntuhan perang nuklir prasejarah. Batu kaca pada reruntuhan semuanya sama persis dengan batu kaca pada kawasan percobaan nuklir saat ini.

Dari berbagai sumber yang saya pelajari, secara umum dapat digambarkan berbagai macam teori dan Penelitian mengenai subyek ini memberikan beberapa bahan kajian yang menarik. Antara lain adalah :

Atlantis dan Dinasti Rama pernah mengalami masa keemasan (Golden Age) pada saat yang bersamaan (30000-15000 BC). Keduanya sudah menguasai teknologi nuklir. Keduanya memiliki teknologi dirgantara dan aeronautika yang canggih hingga memiliki pesawat berkemampuan dan berbentuk seperti UFO (berdasarkan beberapa catatan) yang disebut Vimana (Rama) dan Valakri (Atlantis). Penduduk Atlantis memiliki sifat agresif dan dipimpin oleh para pendeta (enlighten priests), sesuai naskah Plato. Dinasti Rama memiliki tujuh kota besar (Seven Rishi’s City) dengan ibukota Ayodhya dimana salah satu kota yang berhasil ditemukan adalah Mohenjo-Daroo.

Persaingan dari kedua peradaban tersebut mencapai puncaknya dengan menggunakan senjata nuklir. Para ahli menemukan bahwa pada puing-puing maupun sisa-sisa tengkorak manusia yang ditemukan di Mohenjo-Daroo mengandung residu radio-aktif yang hanya bisa dihasilkan lewat ledakan Thermonuklir skala besar. Dalam sebuah seloka mengenai Mahabharata, diceritakan dengan kiasan sebuah senjata penghancur massal yang akibatnya mirip sekali dengan senjata nuklir masa kini. Beberapa Seloka dalam kitab Wedha dan Jain secara eksplisit dan lengkap menggambarkan bentuk dari ‘wahana terbang’ yang disebut ‘Vimana’ yang ciri-cirinya mirip piring terbang masa kini. Sebagian besar bukti tertulis justru berada di India dalam bentuk naskah sastra, sedangkan bukti fisik justru berada di belahan dunia barat yaitu Piramid di Mesir dan Amerika Selatan. Singkatnya segala penyelidikan diatas berusaha menyatakan bahwa umat manusia pernah maju dalam peradaban Atlantis dan Rama. Bahkan jauh sebelum 4000SM manusia pernah memasuki abad antariksa dan teknologi nuklir.

Akan tetapi zaman keemasan tersebut berakhir akibat perang nuklir yang dahsyat hingga pada masa sesudahnya, manusia sempat kembali ke zaman primitif hingga munculnya peradaban Sumeria sekitar 4000 SM atau 6000 tahun yang lalu. tahun 1972 silam, ada sebuah penemuan luar biasa yang barangkali bisa semakin memperkuat dugaan bahwa memang benar peradaban masa silam telah mengalami era Nuklir yaitu penemuan tambang Reaktor Nuklir berusia dua miliyar tahun di Oklo,Republik Gabon.
Infonya :

Reaktor Nuklir Berusia 2 Milyar Tahun di Oklo, Republik Gabon

Pada tahun 1972, ada sebuah perusahaan (Perancis) yang mengimpor biji mineral uranium dari Oklo, Republik Gabon untuk diolah. Mereka terkejut dengan penemuannya, karena biji uranium impor tersebut ternyata sudah pernah diolah dan dimanfaatkan sebelumnya serta kandungan uraniumnya dengan limbah reaktor nuklir hampir sama. Penemuan ini berhasil memikat para ilmuwan yang datang ke Oklo untuk suatu penelitian, dari hasil riset menunjukkan adanya sebuah reaktor nuklir berskala besar pada masa prasejarah, dengan kapasitas kurang lebih 500 ton biji uranium di enam wilayah, diduga dapat menghasilkan tenaga sebesar 100 ribu watt.


Tambang reaktor nuklir tersebut terpelihara dengan baik, dengan lay-out yang masuk akal, dan telah beroperasi selama 500 ribu tahun lamanya. Yang membuat orang lebih tercengang lagi ialah bahwa limbah penambangan reaktor nuklir yang dibatasi itu, tidak tersebarluas di dalam areal 40 meter di sekitar pertambangan. Kalau ditinjau dari teknik penataan reaksi nuklir yang ada, maka teknik penataan tambang reaktor itu jauh lebih hebat dari sekarang, yang sangat membuat malu ilmuwan sekarang ialah saat kita sedang pusing dalam menangani masalah limbah nuklir, manusia zaman prasejarah sudah tahu cara memanfaatkan topografi alami untuk menyimpan limbah nuklir!


Tambang uranium di Oklo itu kira-kira dibangun dua miliar tahun, setelah adanya bukti data geologi, dan tidak lama setelah menjadi pertambangan maka dibangunlah sebuah reaktor nuklir ini. Mensikapi hasil riset ini maka para ilmuwan mengakui bahwa inilah sebuah reaktor nuklir kuno, yang telah mengubah buku pelajaran selama ini, serta memberikan pelajaran kepada kita tentang cara menangani limbah nuklir. Sekaligus membuat ilmuwan mau tak mau harus mempelajari dengan serius kemungkinan eksistensi peradaban prasejarah itu, dengan kata lain bahwa reaktor nuklir ini merupakan produk masa peradaban umat manusia.

Seperti diketahui, penguasaan teknologi atom oleh umat manusia baru dilakukan dalam kurun waktu beberapa puluh tahun saja, dengan adanya penemuan ini sekaligus menerangkan bahwa pada dua miliar tahun yang lampau sudah ada sebuah teknologi yang peradabannya melebihi kita sekarang ini, serta mengerti betul akan cara penggunaannya. Hal yang patut membuat orang termenung dalam-dalam ialah bahwa mengapa manusia zaman prasejarah yang memiliki sebuah teknologi maju tidak bisa mewariskan teknologinya, malah hilang tanpa sebab, yang tersisa hanya setumpuk jejak saja. Lalu bagaimana kita menyikapi atas penemuan ini? Permulaan sebelum dua miliar tahun hingga satu juta tahun dari peradaban manusia sekarang ini terdapat peradaban manusia.

Dalam masa-masa yang sangat lama ini terdapat berapa banyak peradaban yang demikian ini menuju ke binasaan? Jika kita abaikan terhadap semua peninggalan-peninggalan peradaban prasejarah ini, sudah barang tentu tidak akan mempelajarinya secara mendalam, apalagi menelusuri bahwa mengapa sampai tidak ada kesinambungannya, lebih-lebih untuk mengetahui penyebab dari musnahnya sebuah peradaban itu. Dan apakah perkembangan dari ilmu pengetahuan dan Teknologi kita sekarang akan mengulang seperti peradaban beberapa kali sebelumnya? Betulkah penemuan ini, serta mengapa penemuan-penemuan peradaban prasejarah ini dengan teknologi manusia masa kini begitu mirip? Semua masalah ini patut kita renungkan dalam-dalam.

Sumber: Berbagai Sumber Internet

Tuesday, November 11, 2008

Akibat Pergaulan Bebas (>17 Tahun)

KLIK GAMBAR UNTUK MEMPERBESAR !!!


Bikinan : Syahirul Alim

APABILA ADA KESAMAAN NAMA DAN TOKOH DALAM CERITA INI KAMI MOHON MAAF. INI BUKAN BENERAN, HANYA ISENG-ISENG SAJA. JADI KALAU TERSINGGUNG SILAHKAN MENGHUBUNGI PETUGAS LAYANAN KAMI.

ISI DILUAR TANGGUNG JAWAB PEMILIK BLOG. APABILA GAMBAR DI ATAS MENGANDUNG UNSUR PORNOGRAFI DAN PORNOAKSI KAMI MOHON MAAF.





Sssstttt..... !!!
keterangan gambar : gustiirwansetiawan,erwinsas,ramawiseso,bagusharieprabowo,makerot

Monday, November 10, 2008

Orang Sunda

Maafkan Nak ...

Hari ini penuh terlewati dengan rasa penyesalan. Semalam, saat menasihati Radja yang tentang sholat. Saya melihat tatap matanya yang takut. Saat ditanya, "kamu takut sama Allah atau takut sama papa ?" dengan tatap matanya yang polos ia menjawab "dua-duanya...". Masya Allah.... dengan jawaban yang polos seperti itu betapa tidak berdayanya anakku. Sholatlah Nak, cuma itu yang bisa menolong kamu nanti. Saya tidak bisa menolong kamu di akhirat. Sholatlah...!!

Sasha terbangun tengah malam sambil menangis. Biasa. Mimpi buruk. Saya dibangunkan oleh istri untuk menemaninya. Karena mengantuk, timbul marah saya dengan mencubit pipinya. Marah. Ya Allah... saya masih tidak bisa sabar menghadapi anak saya. Maafkan papa ya nak ...

Sunday, November 9, 2008

MELURUSKAN MAKNA JIHAD MENCEGAH TERORISME


Tim Penanggulangan Terorisme
(Melalui Pendekatan Agama Islam)




I. PENDAHULUAN
Jihad merupakan salah satu ajaran Islam yang sangat penting. Jihad me-rupakan bagian tak terpisahkan dari iman. Kuat atau lemahnya iman seseorang –salah satunya- diukur dari keberanian dan kesabarannya berjihad di jalan Allah. Iman yang kuat akan senantiasa menggelorakan semangat seorang mukmin untuk berjihad. Sebaliknya, iman yang lemah membuat seorang mukmin takut berjihad karena kesulitan dan tantangan yang sangat berat. Bagi mukmin yang beriman dan berjihad dijanjikan oleh Allah pahala surga, ke-hidupan yang mulia dan kedudukan yang terhormat di sisi-Nya.
Sejarah gemilang perjuangan umat Islam dalam membina dan membangun masyarakat muslim terkait erat dengan jihad Rasulullah dan para sahabatnya. Rasulullah Muhammad SAW beserta para sahabatnya menjadikan jihad sebagai spirit menegakkan syariat Islam. Para pejuang kemerdekaan di negara-negara muslim mengobarkan semangat jihad melawan penjajahan yang bertentangan dengan tauhid, tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan keadilan. Dengan semangat jihad, para pahlawan kemerdeka-an Indonesia yang mayoritas adalah para ulama dan tokoh muslim telah melawan penjajahan yang menimbulkan penderita-an, kebodohan dan kemiskinan rakyat.
Sayangnya, jihad sebagai ajaran Islam yang suci telah mengalami per-geseran makna dan pengamalannya. Beberapa kelompok muslim menyalah-gunakan jihad sebagai dalih untuk melakukan tindakan kekerasan, terorisme dan perbuatan makar. Dalam beberapa dasa warsa terakhir jihad secara sangat efektif dipergunakan oleh kelompok-kelompok muslim ekstrim untuk melegal-kan bom bunuh diri.
Pemahaman jihad yang keliru sudah terbukti menodai kesucian jihad dan mencoreng wajah Islam yang damai. Sehubungan dengan aksi- aksi yang meng-atasnamakan jihad yang keliru tersebut, lembaga-lembaga pendidikan Islam khususnya madrasah dan pesantren disorot tajam, bahkan dituduh sebagai sarang teroris. Sesuatu yang sangat merugikan citra Islam.

II.PENGERTIAN JIHAD
Menurut pengertian bahasa, jihad berasal dari kata juhd (??????) yang berarti kemampuan, atau mengeluarkan sepenuh tenaga dan kemampuan dalam mengerja-kan sesuatu. Kata jihad juga berasal dari kata jahd ( ?????? ) yang berarti kesukaran yang untuk mengatasinya harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Jihad juga berarti perang. Demikianlah keterangan dari Wahbah al-Zuhaili dalam Kitab al-Fiqh al-Islami wa adillatuhu. Singkatnya, menurut pengertian bahasa, jihad berarti bekerja keras, bersungguh-sungguh, mengerahkan seluruh kemampuan untuk menyelesaikan suatu masalah atau mencapai tujuan yang mulia.
Menurut Al-Raghib al-Isfahani, dalam Kitab Mu’jam Mufradat lial-fadz Al-Qur’an dijelaskan bahwa yang di-maksud dengan jihad adalah mengerah-kan segala kemampuan untuk menangkis serangan dan menghadapi musuh yang tidak tampak yaitu hawa nafsu setan dan musuh yang tampak yaitu orang kafir yang memusuhi Islam. Jihad dalam pengerti-an ini tidak hanya mencakup pengerti-an perang melawan musuh yang memerangi Islam tetapi lebih luas lagi, jihad berarti berusaha sekuat tenaga dan kemampuan untuk menga-lahkan nafsu setan dalam diri manusia.
Selain pengertian di atas, para fuqaha mengartikan jihad sebagai upaya mengerahkan segenap kekuatan dalam perang fi sabilillah baik secara secara langsung, maupun dalam bentuk pemberian bantuan keuangan, pen-dapat atau penyediaan logistik dan lain-lain untuk memenangkan pe-perangan (Ibn Abidin, Hasyiyah Ibn Abidin, III/336). Senada dengan Ibn Abidin, An-Nabhani dalam Asy-Syakhsiyah al- Islamiyyah, II/53 men-definisikan jihad sebagai perang ter-hadap orang-orang kafir untuk mening-gikan kalimat Allah.
Di dalam Al-Qur’an kata jihad dalam berbagai kata bentukannya disebutkan sebanyak 41 kali. Dari beberapa ayat tersebut, jihad dapat berarti per-juangan yang berat, mengerahkan segenap kemampuan untuk meraih suatu tujuan dan berperang. Jihad yang berarti berperang lebih banyak disebutkan dengan kata “qital”, hanya sebagian kecil yang disebutkan dengan kata “jihad”. Jihad dalam pengertian pertama –bekerja keras dengan seluruh kemampuan- antara lain disebutkan dalam firman Allah:
“Apabila keduanya (ibu bapak) berjihad (bersungguh-sungguh hingga letih me-maksamu) untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada bagimu pengetahuan tentang itu (apalagi jika kamu telah mengetahui bahwa Allah tidak boleh dipersekutukan dengan sesuatu apapun), jangan taati mereka, namun pergauli keduanya di dunia dengan baik.” (Qs. Luqman [31] : 15). Sedangkan jihad yang berarti ber-perang antara lain disebutkan dalam firman Allah, surat al-Baqarah, ayat 190: ?? “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kalian, tetapi janganlah kalian melampaui batas, karena sesungguh-nya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Qs. al-Baqarah [2]: 190). Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa jihad adalah usaha yang sungguh-sungguh dengan segenap kemampuan untuk mencapai tujuan yang luhur di jalan Allah. Jihad dapat dilakukan dengan bekerja keras melawan hawa nafsu yang menghancurkan dan menjerumuskan manusia kepada ke-binasaan. Jihad dalam bentuk perang diijinkan oleh Allah demi menjaga kehormatan, harkat dan martabat manusia dan kaum muslimin.

III.BENTUK-BENTUK JIHAD
Jihad sebagai salah satu wujud pengamalan ajaran Islam dapat di-laksanakan dalam berbagai bentuk sesuai dengan situasi dan kondisi yang dialami oleh umat Islam. Dalam situasi kaum muslimin mengalami penindasan, jihad dapat dilakukan dalam bentuk peperangan untuk membela diri. Tetapi, dalam situasi damai jihad dapat dilakukan dalam bentuk amal shalih seperti menunaikan ibadah haji, membantu fakir-miskin, berbakti kepada orang tua, rajin belajar dan dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar.

  1. 1. Perang Islam mengajarkan kepada peme-luknya untuk tidak pernah gentar berperang di jalan Allah. Apabila kaum muslim dizalimi, fardhu kifayah bagi kaum muslim untuk berjihad dengan harta, jiwa dan raga. Jihad dalam bentuk peperangan diijinkan oleh Allah dengan beberapa syarat: untuk membela diri, dan melindungi dakwah. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah: \"Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah, baik laki-laki, wanita, maupun anak-anak yang semuanya berdoa, \"Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini yang dzalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi -Mu dan berilah kami penolong dari sisi-Mu.\" (Qs. an-Nisa[4]:75)
    “Diijinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka dizalimi. Dan sungguh, Allah Mahakuasa menolong mereka itu.” (Qs. al-Hajj [22] : 39). Dalam berperang, kaum muslimin tidak boleh melampaui batas, membunuh perempuan, anak-anak dan orang-orang tua renta yang tidak ikut berperang. Islam juga melarang merusak akses dan fasilitas publik seperti persediaan makanan, minuman dan pemukiman. Perang juga tidak boleh dilakukan apabila negosiasi dan proses perjanjian damai masih mungkin dilakukan. Peperangan harus segera dihentikan apabila musuh sudah menyerah, melakukan gencatan senjata atau meneken perjanjian damai. Dalam ungkapan Al-Qur’an, peperangan dilaku-kan untuk menghilangkan fitnah (kemusyrikan dan kezaliman), dan karena itu, apabila telah tidak ada lagi fitnah, tidak ada alasan untuk melakukan peperangan. Hal ini dijelaskan di dalam Al-Qur’an Surat al-Baqarah, ayat 193: “Perangilah mereka sampai batas berakhirnya fitnah, dan agama itu hanya bagi Allah semata. Jika mereka telah berhenti, maka tidak ada lagi permusuhan, kecuali terhadap orang-¬orang zalim. (Qs. al-Baqarah [2] : 193)
    Demikianlah ajaran Islam mengenai perang. Singkatnya, perang diijinkan dalam situasi dan kondisi yang sangat terpaksa. Apabila perang terpaksa dilakukan, peperangan tersebut harus dilakukan untuk tujuan damai, bukan untuk permusuhan dan membuat ke-rusakan di muka bumi. 2. Haji Mabrur
    Haji yang mabrur merupakan ibadah yang setara dengan jihad. Bahkan, bagi perempuan, haji yang mabrur merupakan jihad yang utama. Hal ini ditegaskan dalam beberapa Hadis, diantaranya:
    Aisyah ra berkata : Aku menyatakan kepada Rasulullah SAW : tidakkah kamu keluar untuk berjihad bersamamu, aku tidak melihat ada amalan yang lebih baik dari pada jihad, Rasulullah SAW menyatakan : tidak ada, tetapi untukmu jihad yang lebih baik dan lebih indah adalah melaksanakan haji menuju haji yang mabrur.
    Pada riwayat al-Bukhari lainnya, Rasulullah SAW juga bersabda :
    Aisyah menyatakan bahwa Rasulullah SAW ditanya oleh isteri-isterinya tentang jihad, beliau menjawab sebaik-baik jihad adalah haji.
    3. Menyampaikan kebenaran kepada penguasa yang dzalim
    Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia umat Islam berjihad melawan penjajahan Portugis, Inggris, Belanda, dan Jepang yang menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan rakyat yang mayoritas beragama Islam. Sebagian melakukan perlawanan dengan cara perang gerilya, sebagian lainnya menempuh cara-cara yang damai melalui organisasi yang modern, memajukan pendidikan dan mengembangkan kebudayaan yang mem-bawa pesan anti penjajahan. Perintah jihad melawan penguasa yang zalim disebutkan, antara lain, dalam hadits riwayat at-Tirmizi:
    Abu Said al-Khudri menyatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya diantara jihad yang paling besar adalah menyampaikan kebenaran kepada penguasa yang zalim.
    Kata A’dzam ( ????) pada hadits di atas, menunjukkan bahwa upaya menyampai-kan kebenaran kepada penguasa yang zalim merupakan suatu perjuangan yang sangat besar. Sebab, hal itu sangat mungkin mengandung resiko yang cukup besar pula.
  2. 4. Berbakti kepada orang tua

  3. Jihad yang lainnya adalah berbakti kepada orang tua. Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk menghormati dan berbakti kepada orang tua, tidak hanya ketika mereka masih hidup tetapi juga sampai kedua orang tua wafat. Seorang anak tetap harus menghormati orangtua-nya, meskipun seorang anak tidak wajib taat terhadap orang tua yang memaksanya untuk berbuat musyrik (Qs. Luqman, [31] : 14).
    Jihad dalam berbakti kepada orang tua juga dijelaskan dalam Hadis.
    Seseorang datang kepada Nabi SAW untuk meminta izin ikut berjihad bersamanya. Kemudian Nabi SAW bertanya: apakah kedua orang tuamu masih hidup? ia menjawab: masih, Nabi SAW bersabda: terhadap keduanya maka berjihadlah kamu.
    Berjihad untuk orang tua, berarti melaksanakan petunjuk, arahan, bimbing-an, dan kemauan orang tua. Kata fajahid dalam hadis tersebut, berarti memper-lakukan orang tua dengan cara yang baik, yaitu dengan mengupayakan kesenangan orang tua, menghargai jasa-jasanya, menyembunyikan kelemahan dan keku-rangannya serta berperilaku dengan tutur kata dan perbuatan yang mulia. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surah al-Isra [17] ayat 23:
    “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan \"ah\" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”.
  4. 5. Menuntut Ilmu dan Mengembangkan Pendidikan
    Bentuk jihad yang lainnya adalah menuntut ilmu, memajukan pendidikan masyarakat. Di dalam sebuah Hadis yang diriwayatkan Imam Ibnu Madjah disebutkan:
    Orang yang datang ke masjidku ini tidak lain kecuali karena kebaikan yang dipelajarinya atau diajarkannya, maka la sama dengan orang yang berjihad di jalan Allah. Barang siapa yang datang bukan karena itu, maka sama dengan orang yang melihat kesenangan orang lain. (riwayat Ibnu Majah).
    Orang yang datang ke mesjid Nabi untuk mempelajari dan dan mengajarkan ilmu sebagaimana disebutkan pada hadits di atas, diposisikan seperti orang yang berjihad di jalan Allah. Dengan semangat belajar, umat Islam dapat memajukan pendidikan, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi demi kesejahteraan umat. Salah satu sebab kemunduran umat Islam adalah karena kelemahannya dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
  5. 6. Membantu Fakir-Miskin.

  6. Jihad yang tidak kalah pentingnya adalah membantu orang miskin, peduli kepada sesama, menyantuni kaum papa. Bantuan pemberdayaan dapat diberikan dalam bentuk perhatian dan perlindungan atau bantuan material. Hadis yang diriwayatkan Bukhori berikut ini menjelaskan:
    \"Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah SAW bersabda, \"Orang yang menolong dan memberikan perlindungan kepada janda dan orang miskin sama seperti orang yang melakukan jihad di jalan Allah.”
    Memberikan bantuan finansial dan perlindungan kepada orang miskin dan janda, merupakan amalan yang sama nilainya dengan jihad di jalan Allah. Sebab, jihad dan perhatian atau kepedulian kepada orang yang mem-butuhkan bantuan, keduanya sama-sama membutuhkan pengorbanan. Dengan membantu dan memperhatikan orang-orang lemah, kita dituntut untuk mengorbankan waktu, tenaga, dan harta untuk kepentingan orang lain. Dan inipun, sangat sesuai dengan pengertian jihad yang sesungguhnya. Pemahaman jihad yang baik dan benar, berimplikasi positif terhadap perilaku umat Islam. Hasilnya setiap muslim memiliki sense of crisis, suka menolong terhadap orang lain, tidak mengobarkan permusuhan, menjauhi kekerasan, serta mengedepankan per-damaian. Jihad, juga dapat mening-katkan etos kerja umat Islam, yaitu dengan semangat dan kesungguhan melakukan tugas dan tanggung jawab dalam berbagai bidang kehidupan. Jihad dapat mengalahkan kemalasan dan ketakutan. Dengan semangat jihad, umat Islam dapat menggunakan semua potensi maksimal yang dimilikinya untuk mengaktualisasikan diri dan meningkatkan sumber dayanya, se-hingga dapat berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Di tengah banyaknya ben-cana dan musibah yang merenggut ribuan nyawa, jihad dalam bentuk kepedulian dan kepekaan kepada sesama, sangat diperlukan.

    IV. PERBEDAAN JIHAD DENGAN TERORISME
    Selama ini terdapat anggapan yang salah di dalam masyarakat yang menya-makan jihad dengan terorisme. Bahkan, oleh kalangan yang tidak mengerti ajaran Islam yang luhur, Islam dicap sebagai agama teroris. Kekeliruan pemahaman ini bisa saja disebabkan oleh kurangnya pemahaman masyarakat mengenai Islam, tetapi tidak tertutup kemungkinan karena sebagian muslim justeru melakukan jihad melalui aksi- aksi terorisme. Padahal antara jihad dan terorisme jelas terdapat perbedaan yang sangat mendasar. Menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI), terorisme adalah “tindakan kejahat-an terhadap kemanusiaan dan peradaban yang menimbulkan ancaman serius terhadap kedaulatan negara, bahaya terhadap keamanan, perdamaian dunia serta merugikan kesejahteraan masyarakat. Terorisme adalah salah satu bentuk kejahatan yang diorganisasi dengan baik (well-organized), bersifat transnasional dan digolongkan sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) yang tidak membeda-bedakan sasaran (indiscriminative).” Menurut konvensi PBB tahun 1939, terorisme adalah segala bentuk tindak kejahatan yang ditujukan langsung kepada negara dengan maksud menciptakan bentuk teror terhadap orang-orang tertentu atau kelompok orang atau masyarakat luas. Dalam kamus Webster\'s New School and Office Dictionary dijelaskan: \"terrorism is the use of violence, intimidation, etc to gain to end; especially a system of government ruling by terror,...” ( Terorisme adalah penggunaan kekerasan, intimidasi, dsb untuk merebut atau meng-hancurkan, terutama, sistem pemerintahan yang berkuasa melalui teror...). Dari ketiga definisi tersebut dapat dipahami bahwa terorisme adalah kejahatan (crime) yang mengancam kedaulatan negara (against state/nation),melawan kemanusiaan (against humanity) yang dilakukan dengan berbagai bentuk tindakan kekerasan. RAND Corporation, sebuah lembaga penelitian dan pengembangan swasta terkemuka di AS, melalui sejumlah pene-litian dan pengkajiannya, menyimpulkan bahwa setiap tindakan kaum teroris adalah tindakan kriminal. Definisi lain menyatakan bahwa: (1) terorisme bukan bagian dari tindakan perang, sehingga seyogyanya tetap dianggap sebagai tindakan kriminal, termasuk juga dalam situasi diberlakukannya hukum perang; (2) sasaran sipil merupakan sasaran utama terorisme, dan dengan demikian penye-rangan terhadap sasaran militer tidak dapat dikategorikan sebagai tindakan terorisme; (3) meskipun seringkali dilaku-kan untuk menyampaikan tuntutan politik, aksi terorisme tidak dapat disebut sebagai aksi politik. Dari uraian tersebut di atas, jelas sekali perbedaan antara terorisme dengan Jihad. Pertama, terorisme bersifat merusak (ifsad) dan anarkis/chaos (faudha). Kedua, terorisme bertujuan untuk menciptakan rasa takut dan atau menghancurkan pihak lain. Ketiga, terorisme dilakukan tanpa aturan dan sasaran tanpa batas. Sebalik-nya, Jihad bersifat perbaikan (ishlah), sekalipun –sebagian- dilakukan dengan berperang. Jihad bertujuan untuk me-negakkan agama Allah dan atau membela hak pihak yang terdzalimi. Jihad dilaku-kan dengan mengikuti aturan yang ditentukan oleh Syariat dengan sasaran musuh yang sudah jelas. Karena itulah, menurut MUI, hukum melakukan teror secara qath’ie adalah haram, dengan alasan apapun, apalagi jika dilakukan di negeri yang damai (dar al-shulh) dan negara Muslim seperti Indonesia. Hukum jihad adalah wajib bagi yang mampu dengan beberapa syarat. Pertama, untuk membela agama dan menahan agresi musuh yang menyerang terlebih dahulu. Kedua, untuk menjaga kemaslahatan atau perbaikan, menegak-kan agama Allah dan membela hak-hak yang teraniaya. Ketiga, terikat dengan aturan hukum Islam seperti musuh yang jelas, tidak boleh membunuh orang-orang tua renta, perempuan dan anak-anak yang tidak ikut berperang.

    V. BOM BUNUH DIRI BUKAN JIHAD
    A. Pengertian dan Cakupan Mati Syahid
    Kata syahid dan bentuk jamaknya syuhada digunakan dalam sejumlah ayat al-Qur’an. Di antaranya firman Allah yang menyatakan:
    “Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pecinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Mereka itu teman yang sebaik-baiknya.” (Qs. An-Nisa [4] : 69).

    Menurut Tafsar al-Fakhr ar-Razi, asy-syahid adalah orang yang memberi kesaksian akan kebenaran agama Allah, baik dengan argumen atau penjelasan, maupun dengan pedang dan tombak. Orang yang terbunuh di jalan Allah disebut dengan syahid. Sebab, orang tersebut mengorbankan jiwanya demi membela agama Allah dan menjadi kesaksian baginya bahwa agama Allah itulah yang benar. Lain dari itu adalah batil (ar-Razi, 1995: jilid 5, h.180).

    Dalam ungkapan yang lain, penulis at-Tafsir al-Wadhih menerangkan, bahwa syuhada adalah orang yang menyaksikan ke-benaran dengan alasan dan bukti serta berperang di jalan Allah dengan pedang dan tombak hingga ia terbunuh (Hijazi, 1969: juz 5, h. 32). Dalam pandangan kedua mufasir itu, senjata yang diguna-kan menunjuk kepada peralatan perang yang masih bersahaja yang digunakan pada masa aI-Qur\'an diturunkan.

    Menurut penulis Tafsir Majma\' al-Bayan, syuhada adalah orang¬-orang ter-bunuh di jalan Allah, bukan mati karena maksiat. Seorang muslim sangat dianjur-kan untuk mendapatkan predikat syahid tetapi tidak boleh mendambakan di-bunuh orang kafir sebab perbuaatan itu adalah maksiat. yang terbunuh itu benar-benar ikhlas dalam menegakkan kebenaran karena Allah, mengakui dan mengajak kepada kebenaran. Oleh karena itu Syuhada adalah predikat terpuji. Orang boleh mendambakan predikat itu, tetapi orang tidak boleh mendambakan dibunuh oleh orang kafir, sebab perbuatan itu adalah maksiat (ath-Thabarsi, 1994: jilid 3, h. 121).

    Penegasan yang hampir sama dikemukakan oleh Imam ar-Razi. Ia mengatakan bahwa memohon kepada Allah agar mati terbunuh di tangan orang kafir tidak dibolehkan. Permintaan semacam itu adalah suatu bentuk kekafiran (Lihat ar-Razi, 1995: jilid 5, h. 180). Berkaitan dengan itu, Rasulullah SAW. dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, menjelaskan: \"Barang siapa memohon kesyahidan kepada Allah dengan benar, Allah akan membuatnya sampai pada derajat ke-syahidan, meskipun ia mati di atas tempat tidurnya\" (an-Nawawi, 2005:245)

    Dalam hadis riwayat Imam Muslim yang lainnya Rasulullah SAW. mengatakan: Barang siapa mencari kesyahidan akan diberikan kepadanya, meskipun ia tidak gugur sebagai syahid” (an-Nawawi, 2005: 245).

    Berdasarkan kedua hadis di atas, dapat dipahami bahwa kesyahidan dapat diidam-idamkan, namun kesyahidan yang dimaksud harus dengan jalan yang benar. Selain itu, derajat kesyahidan dapat diperoleh meskipun orang yang bersangkutan tidak mati terbunuh. Dengan kata lain, derajat kesyahidan terletak pada nilai perbuat-an seorang muslim yang telah turut serta berperang di jalan Allah. Menurut al-Jurjawi, Allah SWT. memberi keutamaan kepada orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka. Allah berfirman: \"Mereka berperang di jalan Allah; sehingga mereka membunuh atau terbunuh\" (Qs. at-Taubah [9]: 111).
    Itu tidaklah dimaksudkan bahwa mereka mesti mengalami kematian. Namun, maksudnya adalah mereka berperang baik mereka terbunuh atau tidak terbunuh. Jika mereka terbunuh, maka hal itu adalah sesuatu yang jelas dan dimaklumi. Akan tetapi, jika mereka tidak terbunuh, maka mereka akan tetap memperoleh imbalan dan pahala. Mereka telah menantang bahaya dan menyiapkan diri untuk mati tanpa memperdulikan urusan dunia dengan segala keindahan dan perhiasannya. Mereka juga tidak memikirkan apa yang mereka tinggalkan seperti keluarga, harta benda dan anak-anak (al-Jurjawi, 1997: jilid 2, h. 221-222).

    Syuhada dikenal luas dalam sejarah Islam ketika terjadi perang Badar. Ketika itu tentara muslim berperang melawan tentara kafir Quraisy. Dari kaum muslimin gugur sebanyak 14 orang, sementara di pihak musyrikin gugur 70 orang. Tentara muslim yang gugur dimakamkan dengan perlakuan khusus sebagai syuhada, misalnya dengan tidak dimandikan. Perang Badar dimenangkan oleh pihak kaum muslimin. Kemenangan itu ditandai, antara lain, dengan keberhasilan mereka menekan jumlah korban di antara anggota pasukannya dan menghalau pasukan musuh.

    Perang Badar terjadi pada tahun kedua Hijrah. Nabi Muhammad SAW. bersama para sahabatnya hijrah ke Madinah untuk menghindari ganggu-an dan penderitaan yang ditimbulkan oleh kaum musyrikin pada periode Mekkah selama kurang lebih 13 tahun. Ketika ancaman masih terjadi pada periode Madinah, maka perang antara kedua belah pihak tak dapat dielakkan. Fakta sejarah tersebut, sejalan dengan sabda Nabi Muhammad SAW. yang menyatakan:
    \"Janganlah kalian mendambakan untuk bertemu dengan musuh, dan mintalah kepada Allah keadaan yang sehat sejahtera, namun jika kamu bertemu dengan mereka, maka tegarlah. Muttafaqun \'alaih (an-Nawawi, 2005: 248).

    Tentara muslim yang mengikuti peperangan di jalan Allah terikat dengan sejumlah ketentuan. Syarat-syarat untuk menjadi tentara, yakni: 1) Baligh, 2) Islam, 3) Sehat jasmani dan rohani, dan 4) Keberanian (fisik yang tangguh, tahu tentang peperangan, terampil menggunakan senjata, mampu menghadapi kesulitan dalam perjalanan, dan tidak pengecut (Khattab, 1989: 56).
    Hampir senada dengan penjelasan di atas, ulama fiqih menyebutkan bahwa kewajiban untuk berjihad didasarkan atas beberapa ketentuan, yakni: muslim, laki-laki, berakal, sehat, dan memiliki bekal yang cukup baginya dan keluarganya hingga jihad selesai (Sabiq, 1983: jilid 3, h. 32). Ulama fiqih merinci sejumlah ketentuan dalam perang yang mencerminkan belas kasih (rahmah) yang terdapat dalam ajaran Islam. Dikatakan bahwa kalaupun Islam membolehkan perang sebagai salah satu tuntutan darurat, maka Islam memberinya batasan tertentu. Orang yang tidak terjun ke dalam kancah peperangan tidak boleh dibunuh, orang yang menjauhi perang tidak halal dibunuh atau ditawan. Islam juga mengharamkan untuk membunuh wanita, anak-anak, orang sakit, orang tua jompo, rahib, al-ubbad (ahli ibadah), dan al-ujara (pelayan). Islam juga mengharamkan al-mutslah (penyiksaan), membunuh hewan, merusak tanaman, air, mencemari sumur dan menghancurkan rumah. Islam melarang untuk membunuh orang yang ter-luka, mengejar orang yang lari dari medan perang. Hal itu disebabkan karena perang itu laksana tindakan operasi bedah, tidak boleh me-lampaui tempat penyakit itu berada (Sabiq, 1983: jilid 3, h. 60).

    Ketentuan yang disebutkan di atas merujuk pada sejumlah hadits Nabi Muhammad SAW. Di antaranya:
    Diriwayatkan dari Anas r.a., bahwasanya Nabi SAW. bersabda:\"Berangkatlah kalian dengan nama Allah, dengan (pertolongan) Allah, sesuai tuntunan agama (yang diajarkan) Rasulullah, janganlah kalian membunuh orang tua jompo, anak yang masih kecil, perempuan, dan janganlah kalian melampaui batas, kumpulkanlah harta rampasan perang kalian, ciptakan kedamaian, dan berbuat baiklah sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (H.R. Abu Daud) (Sabiq, 1983: jilid 3, h. 47).
    Orang jompo dan wanita yang dikecualikan untuk dibunuh adalah mereka yang turut serta berperang atau memberi pertim-bangan kepada pasukan musuh (Sabiq, 1983: jilid 3, h. 47). Menurut Tafsir Departemen Agama, orang beriman yang berjuang di jalan Allah dan mati syahid dalam peperangan melawan orang kafir dikategorikan sebagai syahid dunia dan akhirat. Istilah syahid akhirat digunakan terhadap: a) orang yang menghabiskan usianya berjuang di jalan Allah dengan harta dan dengan segala macam jalan yang dapat dilaksanakan; b) orang yang mati ditimpa musibah mendadak atau teraniaya, seperti mati bersalin, tenggelam, dan terbunuh dengan aniaya. Adapun syahid dunia digunakan terhadap orang yang mati berperang melawan orang kafir hanya untuk mencari keuntungan duniawi, seperti untuk mendapatkan harta rampasan, untuk mencari nama, dan sebagainya (Sakho Muhammad, et.al., 2004: jilid 2, h. 200). Pembagian syahid semacam ini dikemukakan pula dalam sejumlah kitab, seperti Fiqh as-Sunnah (Sabiq, 1983: jilid 3, h. 40).

    Terdapat beberapa ayat Al-Qur’an yang memuji orang-orang yang mati syahid, di antaranya:
      “Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah telah mati, sebenarnya mereka hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya\"(QS al-Baqarah-12: 154).
      “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al-Qur\'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka ber-gembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar” (Qs. at-Taubah- 9:111).

      B. Tindakan Bom Bunuh Diri
      Saat ini, tindakan bom bunuh diri banyak dilakukan di berbagai tempat, biasanya sebagai salah satu bentuk perlawanan pihak yang lemah terhadap pihak yang lebih kuat. Tindakan bom bunuh diri biasanya dilakukan terhadap sasaran yang tidak jelas. Tindakan ini tidak hanya menyebabkan pelakunya meninggal dunia, tetapi biasanya juga menyebabkan kematian banyak orang yang tidak bersalah. Orang-orang yang menjadi korban sering tidak mempunyai kaitan dengan pihak yang dimusuhi atau memusuhi pihak pelaku bom bunuh diri.Pelaku bom bunuh diri atau pendukungnya merujuk kepada hadis-hadis yang menceritakan tentang tindakan tentara muslim yang menerobos pihak lawan untuk melakukan penyerangan hingga akhirnya ia mati terbunuh. Tindakan semacam ini disebut inghimas (jibaku).

      Ada sejumlah hadits yang melukiskan tindakan inghimas. Di antaranya:
      Dari Abu Bakr bin Abu Musa al-Asy\'ari, ia berkata: \"Saya mendengar ayahku radhiyyalhu \'anhu, selagi ia sedang menghadapi pasukan musuh, berkata: Rasulullah SAW. telah bersabda: \'Sesungguhnya pintu-pintu surga berada di bawah bayang-bayang pedang.\' Seorang laki- laki yang usang pakaiannya lalu berdiri dan berkata: \"Wahai Abu Musa, apakah engkau mendengarkan Rasulullah SAW. mengatakan yang demikian ini?\" Abu Musa menjawab: \"Ya\". Abu Musa berkata: \"Orang itu lalu kembali ke kawan-kawannya seraya berkata: \'Saya mengucapkan salam kepada kalian.\' Ia kemudian memecahkan sarung pedangnya lalu mencampa-kkannya. Selanjutnya, ia berjalan sambil membawa pedangnya ke arah musuh dan menyerang dengan pedangnya itu hingga ia terbunuh. (H.R. Muslim) (an-Nawawi, 2005: 242).

      Hadis di atas berisi motivasi kepada tentara muslim yang sedang berhadapan dengan tentara musuh di medan perang. Imbalan berupa surga yang dijanjikan kepada mereka yang mati dalam perang, membuat anggota pasukan berani menghadapi musuh tanpa menghitung resiko yang bakal dialaminya, baik yang berupa cacat fisik maupun kematian. Kandungan hadits di atas tidak dapat dijadikan alasan untuk melakukan tindakan bom bunuh diri.

      Tindakan bom bunuh diri mem-punyai karakteristik. Di antaranya: Pertama, perbuatan ini termasuk tindakan bunuh diri atau kematian yang direncanakan. Kedua, perbuatan ini menyebabkan orang-orang yang tidak bersalah ikut menjadi korban dan menyebabkan ketakutan orang banyak. Ketiga , Perbuatan ini mencerminkan sikap putus asa dan ketidakmampuan mencari bentuk tindakan yang lebih baik dalam menyelesaikan suatu masalah. Keempat, perbuatan ini mempunyai tujuan yang tidak jelas dan sasaran yang tidak jelas pula. Kelima, pertimbangan subyektif sangat menonjol dalam suatu tindakan bunuh diri.

      Seorang ulama terkenal pada zaman ini, Wahbah Zuhaily, dalam kitabnya Al-Fiqh al-Islamy Wa Adillatuhu dalam bab Qowaid al-Jihad menyatakan bahwa jihad hanya terjadi pada tiga hal, yaitu:
      1. Apabila perbuatan itu terjadi pada saat bertemunya dua pasukan yang sedang saling bertempur, yaitu pasukan Islam dan pasukan musuh.
      2. Apabila penduduk suatu negeri muslim diserang oleh musuh;
      3. Apabila Amirul Mukminin, pemimpin negeri muslim, itu memerintahkan warganya untuk pergi ke medan perang.

      Kalau kita perhatikan, tampak beberapa ayat Al-Qur’an dan hadits yang tidak membenarkan tindakan bom bunuh diri. Di antaranya adalah: Pertama, larangan Al-Qur’an untuk membunuh diri sendiri:
      Hai orang-orang yang beriman, janganlah kami saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan cara melanggar hukum dan zalim, akan Kami masukkan dia ke dalam neraka. Yang demikian itu mudah bagi Allah (Qs. An-Nisa; [4] :29-30).
      Kedua, larangan mencelakakan diri sendiri.
      “Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS Al-Baqarah; 2:195).
      Ketiga, larangan membunuh orang lain tanpa alasan yang dibenarkan.
      “Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu413 sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi\" (Qs. Al-Maidah [5] : 32)
      Keempat, larangan berputus asa dari rahmat Allah.
      “Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesunguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir.” (QS. Yusuf [12] :87)

      C. Perbedaan antara Mati Syahid dengan Bom Bunuh Diri
      Amaliyat al- isytisyhad berbeda dengan bom bunuh diri. Pertama, orang yang bunuh diri itu membunuh dirinya untuk kepentingan pribadinya sendiri sementara pelaku amaliyat al-isytisyhad memper-sembahkan dirinya sebagai kor-ban demi agama dan ummatnya. Orang yang bunuh diri adalah orang yang pesimistis atas dirinya dan atas ketentuan Allah, sedangkan pelaku amaliyat al-isytisyhad adalah manusia yang seluruh cita-citanya tertuju untuk mencari rahmat dan keridhaan Allah subhanahu wata’ala. Kedua, bom bunuh diri hukumnya haram karena merupakan salah satu bentuk tindakan putus asa (al-ya’su) dan mencelakakan diri sendiri (ihlak al-nafs), baik dilakukan di daerah damai (dar al-shulh/dar al-salam/ dar al-da’wah) maupun di daerah perang (dar al-harb). Ketiga, amaliyat al-isytisyhad (tindakan mencari kesyahidan) diperbolehkan karena merupakan bagian dari jihad bin-nafsi yang dilakukan di daerah perang (dar al-harb) dengan tujuan untuk menimbulkan rasa takut (irhab) dan kerugian yang lebih besar di pihak musuh Islam, termasuk melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan terbunuhnya diri sendiri (Fatwa MUI tentang Terorisme). Dalam konteks ini Indonesia bukanlah dar al-harb melainkan dar al-sulh dan dar al-mu’ahadah (negara dalam perjanjian). Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 mengikat semua kaum muslim dan non-muslim di Indonesia untuk mempertahankan kedamaian dan keutuhan negara. Semua umat beragama, termasuk umat Islam, memiliki kebebasan untuk menjalankan ajaran agamanya secara damai.

      VI. PESANTREN BUKAN SARANG TERORIS
      Aksi-aksi terorisme yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia tidak hanya menimbulkan korban jiwa dan kerusak-an sarana fisik, tetapi juga rusaknya citra bangsa dan umat Islam Indonesia. Mereka yang tidak menyukai Islam semakin keras menyuarakan kebencian dan stigmatisasi bahwa Islam adalah agama teroris. Lebih dari itu, mereka yang tidak memahami Islam di Indonesia dengan mudah menuduh lembaga-lembaga pendidikan Islam, khususnya pesantren dan madrasah sebagai sarang teroris.

      Para pengamat barat menuding bahwa aksi-aksi terorisme di Indonesia digerakkan oleh jaringan terorisme al-Qaeda dan Jamaah Islamiyah (JI) yang basisnya berada di pesantren tertentu di Indonesia. Beberapa pelaku yang terbukti terlibat–baik langsung maupun tidak langsung -dalam aksi-aksi teroris-me memang pernah belajar di pesantren tertentu. Dengan dalih itulah, muncul kesimpulan yang bias, bahwa pesantren adalah sarang teroris. Pernyataan bahwa pesantren adalah sarang teroris jelas menunjukkan kurangnya pemahaman tentang Islam Indonesia dan –lebih jauh lagi- melukai perasaan seluruh umat Islam –terutama kalangan pesantren.

      Kekeliruan anggapan tersebut dapat dibuktikan dengan beberapa argumen. Pertama, secara kelembagaan pesantren merupakan lembaga pendidikan agama yang berada di bawah pengawasan dan pembinaan Departemen Agama. Pesantren dikelola oleh lembaga- lembaga keagamaan yang selama ini sangat mendukung tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU) dan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Persis, PUI, dan lain-lain. Kedua, kurikulum dan kitab-kitab yang diajarkan di pesantren berisi materi keagamaan yang menekankan ketaatan beribadah, muamalah dan akhlak al-karimah. Di dalam pesantren memang diajarkan tentang jihad sebagai bagian dari kajian kitab-kitab Fiqh. Pengajaran materi jihad tiada lain karena jihad merupakan bagian tak terpisahkan dari ajaran Islam. Pembelajaran tentang jihad, senantiasa disandingkan dengan konsep lain yang mempunyai keter-kaitan dengannya, yaitu ijtihad dan mujahadah. Jadi, jihad yang dimaksud-kan adalah bagaimana seorang santri secara sungguh-sungguh mau berjuang di jalan Allah agar menemukan kebenaran dan kebahagiaan. Ketiga, adanya beberapa pelaku terorisme yang pernah belajar di pesantren tidak berarti pesantren mengajarkan terorisme. Tidak sedikit founding fathers (pendiri negara) Indonesia adalah alumni pesantren. Mereka adalah mujtahid (pemikir) dan mujahid (pejuang) yang ditempa dalam pendidikan pesantren. Dengan logika sederhana, misalnya, ketika ada seorang penjahat alumni sekolah atau univer- sitas, tidak berarti lembaga pendidikan tersebut mendidik siswa atau maha-siswanya menjadi penjahat. Karena itu, adanya beberapa alumni pesantren yang terlibat dalam aksi terorisme tidak berarti sama sekali bahwa pesantren adalah sarang teroris. Penelitian membuktikan bahwa para pelaku teroris justeru belajar merakit bom dan menjadi ekstrimis setelah mereka tidak lagi belajar di pesantren. Mereka menjadi teroris karena berbagai macam pengalaman hidup, ketidak-adilan hukum, kemiskinan dan tekanan politik. Faktor psikologis, sosiologis, ekonomi dan politik inilah yang sering-kali tidak atau kurang disinggung sebagai sebab tindakan terorisme.

      Maka, untuk memburu teroris dan memberantas terorisme di zaman seperti ini, penyelesaian masalah secara komprehensif haruslah dilakukan secara arif, teliti, dan cerdas. Stigmanisasi terhadap umat Islam pasca peristiwa 11 Septem-ber 2001 yang menjadikannya sebagai tertuduh, bagi sebagian umat Islam yang lain tentu semakin membangkitkan gejala perlawanan terhadap semua tindakan dan kaki tangan barat. Begitu juga dengan gejala terorisme negara yang ditunjukkan oleh Amerika dan Israel terhadap bangsa Palestina, Libanon, Irak, dan Afganistan tentu semakin mengobarkan api peperangan bagi mereka yang sudah mempunyai potensi melawan barat. Oleh karenanya, pemberantasan teror hendaknya dilakukan dengan metode yang bersifat kom-prehensif, edukatif, dan jauh dari diskriminasi dan kekerasan. Jangan sampai pesantren menjadi korban dari tindakan yang kurang memahami akar masalah terorisme.

      VII. PENUTUP
      Dari uraian di atas dapat disimpul-kan: Pertama, jihad tidak selamanya berarti perang, karena di dalam Islam jihad dapat berbentuk haji mabrur, keberanian menyampaikan kebenaran terhadap penguasa yang zalim, berbakti kepada kedua orang tua, menuntut ilmu dan mengembangkan pendidikan, dan kepedulian sosial. Kedua, obyek jihad adalah orang kafir yang memusuhi Islam, orang munafiq, hawa nafsu, kezaliman, kemunkaran, kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan. Ketiga, jihad adalah salah satu asas iman, amal utama dan puncak amaliah tertinggi. Keempat, termasuk jihad adalah semua upaya sungguh-sungguh memperbaiki dan kualitas kehidupan muslim baik kualitas iman maupun kesejahteraan. Kelima, Indonesia bukanlah wilayah dar al-harb melainkan negara damai dan negara dalam perjanjian karena umat Islam memiliki kesempatan dan kebebasan untuk menjalankan ajaran agamanya.


      DAFTAR PUSTAKA
      1. AI-Anshari, Jamal al-Din Muhammad Ibn Mukaram, Lisan Al-Arab li Ibn Manzhur, t.tp, Dar Al-Mishriyah.
      2. Enizar, Jihad Menurut Hadits, Disertasi pada Pps. IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002
      3. Hijazi, Muhammad Mahmud. at-Tafsir al-Wadhih, juz 5. Kairo: Mathba\'at al-Istiqlal al-Kubra, 1968.
      4. Ibn Al-Husaini, Ahmad Ibn Muhamad Ibn Abi Bakar Ibn Abdul Malik Ibn Ahmad Ibn Muhammad, at -Qasthalani, Irsyad a/-Sari, Beirut : Dar al-Rkr, tt,al-Isfahani, Al-Raghib, Mujam Mufradat al-Fadz Al-Qur’an, Beirut Dar al-Fikr, 1990 al-Jurjawi, Ali Ahmad, Hikmat at-Tasyri\' wa Falsafatuh. Beirut: Darul Fikri, 1997.
      5. Khattab, Mahmud Syiyat. ar-Rasul al-Qaid. Beirut: Darul Fikri, 1989.
      6. Majelis Ulama Indonesia, Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang Terorisme, Dewan An-Nawawi,
      7. Yahya bin Syaraf Riyadhush Shalihin. Beirut: Darul Fikri, 2005.
      8. al-Mubarakfuri, Abu al-a’1a Muhammad \'Abd al-Rahman Ibn Abd al-Rahim, Tuhfat a/Ahwazi fi Syarh Jami\'a/-Turmudzi, Beirut : Dar al -Kutab al-Ilmiyah tt,
      9. Majelis Ulama Indonesia, Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang Terorisme, Pimpinan Majelis Ulama Indonesia, Jakarta, 2005.
      10. Mudzhar, Atho, Jihad dalam Konteks Indonesia Kontemporer, Makalah, 2005
      11. al-Razi, Muhammad. Tafsir al-Fakhr al-Razi, jilid 5. Beirut: Darul Fikri, 1995.
      12. Sabiq, as-Sayyid, Figh as-Sunnah, jilid 3. Beirut: Darul Fikri, 1983.
      13. Samudra, Imam, Aku Melawan Teroris! Solo: Jazera, 2004.
      14. ath-Thabarsi, al-Fadhl bin al-Hasan. Majma\' al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an, jilid 3. Beirut: Darul Fikri, 1994.
      15. Zakariya, Ahmad Ibnu Faris, Mu jam Maqayis al-Lugah, Beirut : Dar al-Fikr. 1994



      sumber :

      http://www.mui.or.id/mui_in/article.php?id=18


INDONESIA doesnt need d world, but the world need INDONESIA

Sangat menarik untuk direnungkan artikel berikut. Semoga dapat menumbuhkan rasa nasionalisme kita.
Apakah kita mampu untuk mandiri, lepas dari ketergantungan pihak asing. Sebenarnya memang kita bisa, cuma apakah kita sadar kalau kita bisa sementara untuk melakukannya memerlukan jiwa nasionalisme dan perlu pengorbanan. Semoga lahir seorang pemimpin di Indonesia yang dapat mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya.
Silahkan disimak .....




Suatu pagi di bandar lampung, menjemput seseorang di
bandara. Orang itu sudah tua, kisaran 60 tahun. Sebut saja
si bapak.

Si bapak adalah pengusaha asal singapura, dengan logat
bicara gaya melayu, english, (atau singlish?) beliau
menceritakan pengalaman2 hidupnya kepada kami yang masih
muda. Mulai dari pengalaman bisnis, spiritual, keluarga,
bahkan percintaan hehehe..

"Your country is so rich!"

Ah biasa banget kan denger kata2 begitu. Tapi tunggu
dulu..

"Indonesia doesnt need d world, but d world need
Indonesia "
"Everything can be found here in Indonesia , u dont need d
world"
"Mudah saja, Indonesia paru2 dunia. Tebang saja hutan di
Kalimantan , dunia pasti kiamat. Dunia yang butuh
Indonesia !"

"Singapore is nothing, we cant be rich without indonesia .
500.000 orang indonesia berlibur ke singapura setiap
bulan. bisa terbayang uang yang masuk ke kami? apartemen2
dan condo terbaru kami yang membeli pun orang2 indonesia ,
ga peduli harga yang selangit, laku keras. Lihatlah rumah
sakit kami, orang indonesia semua yang berobat."

"Kalian tahu bagaimana kalapnya pemerintah kami ketika
asap hutan indonesia masuk? ya benar2 panik. sangat
berasa, we are nothing."

"Kalian ga tau kan klo agustus kemarin dunia krisis beras.
termasuk di singapura dan malaysia ? kalian di indonesia
dengan mudah dapat beras"

"Lihatlah negara kalian, air bersih dimana2.. lihatlah
negara kami, air bersih pun kami beli dari malaysia . Saya
pernah ke kalimantan, bahkan pasir pun mengandung permata.
Terlihat glitter kalo ada matahari bersinar. Petani disana
menjual Rp3000/kg ke sebuah pabrik China . Dan si pabrik
menjualnya kembali seharga Rp 30.000/kg. Saya melihatnya
sendiri"

"Kalian sadar tidak klo negara2 lain selalu takut
meng-embargo Indonesia ? Ya, karena negara kalian memiliki
segalanya. Mer eka takut klo kalian menjadi mandiri,
makanya tidak di embargo. harusnya KALIANLAH YANG
MENG-EMBARGO DIRI KALIAN SENDIRI. Beli lah dari petani2
kita sendiri, beli lah tekstil garmen dari pabrik2
sendiri. Tak perlu kalian impor klo bisa produksi
sendiri."

"Jika kalian bisa mandiri, bisa MENG-EMBARGO DIRI SENDIRI,
Indonesia will rules the world.."


Peace and Regards

I. C. Putranto
Transaction Center Dubai
Halliburton
PO BOX 3111
Al Moosa Tower 1
Sheikh Zayed Road Dubai UAE


Sumber : Saya sudah mencoba untuk mencari sumbernya namun hanya dapat di
http://www.mail-archive.com/forum-pembaca-kompas@yahoogroups.com/msg58481.html

Thursday, November 6, 2008

Puisi Karya Abdurahman Faiz

Hatta


Engkau adalah kenangan
yang tumbuh dalam kepala dan jiwaku

Suatu malam kau datang dalam mimpiku
katamu:
jangan lelah menebar kebajikan
jadikan kesederhaan
sebagai teman paling setia

Aku anak kecil
berjanji menepati
jadi akan kusurati lagi
presiden kita
hari ini

(17 Agustus 2003)


Puisi Bunda


bunda hanya sedikit mengarang puisi untukku
tapi semakin lama kuamati
senyuman bunda adalah puisi
tatapan bunda adalah puisi
teguran bunda adalah puisi
belaian dan doanya adalah puisi cinta
yang disampaikannya padaku
tak putus putus
tak putus putus

bahkan bila kutidur

(Mei 2003)


Siti dan Udin Di Jalan


Siti dan Udin namanya
sejak pagi belum makan
minum cuma seadanya
dengan membawa kecrekan
mengitari jalan-jalan ibu kota

Siti punya ayah
seorang tukang becak
ibunya tukang cuci
berbadan ringkih

Udin tak tahu di mana ayahnya
ditinggal sejak bayi
ibunya hanya pemulung
memunguti kardus dan plastik bekas

Mereka bangun rumah
dari triplek dan kardus tebal
di tepi kali ciliwung
tapi sering kena gusur

Bila malam tiba
mereka tidur di kolong jembatan
ditemani nyanyian nyamuk
dan suara bentakan preman

Siti dan Udin namanya
muka mereka penuh debu
dengan baju rombengan
menyanyi di tengah kebisingan

pagi sampai malam
tersenyum dalam peluh
menyapa om dan tante
mengharap receh seadanya

Beribu Siti dan Udin
berkeliaran di jalan-jalan
dengan suara serak
dan napas sesak oleh polusi
kalau hari ini bisa makan
sudah alhamdulillah
tapi tetap berdoa
agar bisa sekolah
dan punya rumah berjendela
(Februari 2003)


Harry Potter

Sudahkah kau temukan
ramuan paling rahasia itu
agar seluruh orang di dunia
bisa saling cinta?

(Oktober 2002)


Ayah Bundaku


Bunda
engkau adalah
rembulan yang menari
dalam dadaku

Ayah
engkau adalah
matahari yang menghangatkan
hatiku

Ayah Bunda
kucintai kau berdua
seperti aku mencintai surga

Semoga Allah mencium ayah bunda
dalam tamanNya terindah nanti

(Januari 2002)


Menaruh


Aku menaruh semua mainan
dan teman di sisiku

Aku menaruh bunda di hatiku
dekat sekali
dengan tempat kebaikan

Tapi
Aku tak bisa menaruh Allah
Ia menaruhku di bumi
bersama bunda dan semua
Ia ada dalam tiap napas
dan penglihatanku

Allah, hari ini kumohon
taruhlah para anak jalanan,
teman-teman kecilku yang miskin
dan menderita
dalam belaianMu
dan buatlah ayah bunda

menjadi kaya
dan menaruh mereka
di rumah kami


Amin.
(Juli 2001)



Jalan Bunda


bunda
engkaulah yang menuntunku
ke jalan kupu-kupu

(September 2003)


Surat Buat Ibu Negara

Kepada Yang Terhormat
Presiden Republik Indonesia
Megawati
Di Istana


Assalaamualaikum.
Ibu Mega, apa kabar?
Aku harap ibu baik-baik seperti aku saat ini.
Ibu, di kelas badanku paling tinggi.
Cita-citaku juga tinggi.
Aku mau jadi presiden.
Tapi baik.
Presiden yang pintar,
bisa buat komputer sendiri.
Yang tegas sekali.
Bisa bicara 10 bahasa.
Presiden yang dicintai orang-orang.
Kalau meninggal masuk surga.

Ibu sayang,
Bunda pernah cerita
tentang Umar sahabat Nabi Muhammad.
Dia itu pemimpin.
Umar suka jalan-jalan
ke tempat yang banyak orang miskinnya.
Tapi orang-orang tidak tahu kalau itu Umar.
Soalnya Umar menyamar.
Umar juga tidak bawa pengawal.
Umar jadi tahu
kalau ada orang yang kesusahan di negerinya
Dia bisa cepat menolong.

Kalau jadi presiden
aku juga mau seperti Umar.
Tapi masih lama sekali.
Harus sudah tua dan kalau dipilih orang.
Jadi aku mengirim surat ini
Mau mengajak ibu menyamar.
Malam-malam kita bisa pergi
ke tempat yang banyak orang miskinnya.
Pakai baju robek dan jelek.
Muka dibuat kotor.
Kita dengar kesusahan rakyat.
Terus kita tolong.

Tapi ibu jangan bawa pengawal.
Jangan bilang-bilang.
Kita tidak usah pergi jauh-jauh.
Di dekat rumahku juga banyak anak jalanan.
Mereka mengamen mengemis.
Tidak ada bapak ibunya.
Terus banyak orang jahat
minta duit dari anak-anak kecil.
Kasihan.

Ibu Presiden,
kalau mau, ibu balas surat aku ya.
Jangan ketahuan pengawal
nanti ibu tidak boleh pergi.
Aku yang jaga
supaya ibu tidak diganggu orang.
Ibu jangan takut.
Presiden kan punya baju tidak mempan peluru.
Ada kan seperti di filem?
Pakai saja.
Ibu juga bisa kurus
kalau jalan kaki terus.
Tapi tidak apa.
Sehat.

Jadi ibu bisa kenal orang-orang miskin
di negara Indonesia.
Bisa tahu sendiri
tidak usah tunggu laporan
karena sering ada korupsi.

Sudah dulu ya.
Ibu jangan marah ya.
Kalau tidak senang
aku jangan dipenjara ya.
Terimakasih.


Dari
Abdurahman Faiz
Kelas II SDN 02 Cipayung Jakarta Timur



Pengungsi Di Negeri Sendiri


Tak ada lagi yang menari
di antara tenda-tenda kumuh di sini
hanya derita yang melekat di mata
dan hati kami

Tidak satu nyanyian pun
pernah kami dendangkan lagi
hanya lagu-lagu airmata
di antara lapar, dahaga
pada pergantian musim

Sampaikah padamu, saudaraku?

(Oktober 2003)


Bunda Cintaku


Bunda
kau selalu ada di sisiku
kau selalu di hatiku
senyummu rembulan
baktimu seperti matahari
yang setia menyinari
dan cintamu adalah udara
yang kuhirup setiap hari
meski di dalam sedih
walau dalam susah
langkahmu pasti
jadikan aku insan berarti

terimakasih bunda cintaku

(November 2002)


Tujuh Luka Di Hari Ulangtahunku



Sehari sebelum ulangtahunku
aku terjatuh di selokan besar
ada tujuh luka membekas, berdarah
aku mencoba tertawa, malah meringis

Sehari sebelum ulangtahunku
negeriku masih juga begitu
lebih dari tujuh luka membekas
kemiskinan, kejahatan,
korupsi di mana-mana,
pengangguran, pengungsi
jadi pemandangan
yang meletihkan mata
menyakitkan hati

Tapi ada yang seperti lucu di negeriku
orang yang ketahuan berbuat jahat
tidak selalu dihukum
namun orang baik bisa dipenjara

Pada ulangtahunku yang kedelapan
aku berdiri di sini dengan tujuh luka
sambil membayangkan Indonesia Raya
dan selokan besar itu

Tiba-tiba aku ingin menangis

(15 November 2003)


Yanto dan Mazda


Yanto dan Mazda, tidurlah
malam telah larut
Frodo dan Sam sedang berjuang
memusnahkan Sauron

tidakkah sebaiknya kita
cium kening bunda
dan selekasnya masuk
lewat pintu-pintu mimpi
untuk membantu mereka?

(Februari, 2003)


Siapa Mau Jadi Presiden?


menjadi presiden itu
berarti melayani
dengan segenap hati
rakyat yang meminta suka
dan menyerahkan jutaan
keranjang dukanya padamu

(November, 2003)


Dari Seorang Anak Irak Dalam
Mimpiku, Untuk Bush


Mengapa kau biarkan anak-anak meneguk derita
peluru-peluru itu bicara pada tubuh kami
dengan bahasa yang paling perih

Irak, Afghanistan, Palestina
dan entah negeri mana lagi
meratap-ratap

Mengapa kau koyak tubuh kami?
apa yang kau cari?
apa salah kami?
kami hanya bocah
yang selalu gemetar mendengar
keributan dan ledakan
mengapa kau perangi bapak ibu kami?

Kini
kami tak pernah lagi melihat pelangi
hanya api di matamu
dan sejarah yang perih
tapi kami sudah tak bisa lagi menangis
Kami berdarah
Kami mati

(Oktober 2003)


Penulis


Ayahku wartawan
bundaku sastrawan

dan akulah dia
yang susah payah
mengumpulkan semua cinta
semua duka
menjadikannya untaian kata
yang kualamatkan pada dunia

mungkin menjadi kebaikan
yang bisa dibaca siapa saja
dan sedikit uang
untuk kusedekahkan
pada fakir miskin

(Agustus 2003)


Muhammad Rinduku


Kalau kau mencintai Muhammad
ikutilah dia
sepenuh hati

apa yang dikatakan
apa yang dilakukan
ikuti semua
jangan kau tawar lagi
sebab ialah lelaki utama itu

memang jalan yang ditempuhnya
sungguh susah
hingga dengannya terbelah bulan

tapi kalau kau mencintai Rasul
ikutilah dia
sepenuh rindumu

dan akan sampailah kau padaNya
(April 2003)


Kepada Koruptor

Gantilah makanan bapak
dengan nasi putih, sayur dan daging
jangan makan uang kami
lihatlah airmata para bocah
yang menderas di tiap lampu merah jalan-jalan Jakarta
dengarlah jerit lapar mereka di pengungsian
juga doa kanak-kanak yang ingin sekali sekolah

Telah bapak saksikan
orang-orang miskin memenuhi seluruh negeri
tidakkah menggetarkan bapak?

Tolong, Pak
gantilah makanan bapak seperti manusia
jangan makan uang kami

(Oktober 2003)


Doaku Hari Ini


Tuhanku
berikanlah waktumu padaku
untuk tumbuh di jalan cinta
dan menyemainya
di sepanjang jalan ayah bundaku
di sepanjang jalan Indonesiaku
di sepanjang jalan menujuMu

Amin

(Juli, 2003)


Bunda Ke Amerika


Sepucuk surat undangan sampai pagi ini di rumah kami
untuk bundaku tercinta
dari universitas di Amerika

aku tahu bundaku pintar
juga amat berbudaya
tak heran bila ia diundang bicara
sampai ke negeri adidaya

ia adalah muslimah ramah
dengan jilbab tak pernah lepas dari kepala
sehari-hari berbicara benar
dan tak henti membela yang lemah

dari berita yang kubaca
Amerika penuh rekayasa
khawatir pun melanda
bila jilbab dijadikan masalah

Bagaimana bila bunda
tiba-tiba dianggap anggota alqaidah?
bukankah Presiden Amerika
menuduh dengan mudah
siapa saja yang tak dia suka?

Maka aku minta kepada Allah
agar bunda dilindungi senantiasa
bunda tersenyum dan memelukku
ia teguh pergi dengan jilbab di kepala
katanya: hanya Allah maha penjaga

(September 2003)


Puisi Bunda 2

Engkau adalah puisi abadiku
yang tak mungkin kutemukan dalam buku

(November 2003)


TENTANG FAIZ

Nama lengkapnya Abdurahman Faiz, lahir di Jakarta, 15 November 1995. Pada usia 13 bulan mengalami retak di tempurung kepala bagian belakang karena terjatuh dari sebuah kursi tinggi. Dokter menganggap sebuah mukjizat ketika dalam perkembangannya Faiz tak menunjukkan
gejala gangguan otak atau kecerdasan. Ia sempat dirawat 2 minggu di Rumah Sakit karena hal tersebut.

Sejak usia 2 tahun Faiz sangat suka bercerita dan bermain peran. Ia pernah berkata: "Bunda, aku mencintai bunda seperti aku mencintai surga," ketika usianya baru 3 tahun.

Ya, sejak saat itu, setiap waktu, Faiz bisa tiba-tiba mengeluarkan kalimat-kalimat puitis ayaknya seorang penyair. Namun karena tidak langsung ditulis, puisi-puisi itu banyak yang tidak terdokumentasi (Faiz baru mulai mau menulisnya pertengahan tahun 2001).

Saat Faiz tahu buku ini akan terbit, misalnya, ia spontan berkata: "Bunda, engkau adalah puisi abadiku, yang tak mungkin kutemukan dalam buku." Dan seperti biasa, sang bunda langsung berseru, "Apa, nak? Tunggu, kamu harus menuliskan kalimat itu! Itu puisi yang sangat indah!"

Pada usia 3 tahun pula ia bercerita dengan mimik serius tentang temannya bernama Mimis. "Kasihan deh, Bunda. Mimis itu ibunya tukang cuci, bapaknya satpam di mall. Ibunya sakit-sakitan sampai batuk darah. Mall tempat bapaknya bekerja dibakar dan dijarah orang banyak. Aku kasihan sekali padanya."

Tentu Bunda Faiz, Helvy Tiana Rosa yang juga seorang cerpenis kebingungan. Seingatnya Faiz tak memiliki teman bernama Mimis. Lagi pula anak itu bahkan belum masuk play group maupun TK. Tapi Faiz terus bercerita. "Kasihan deh si Mimis itu. Kita harus menolong dong, Bunda."

Akhirnya Sang Bunda berkata: "Faiz, mari kita tolong Mimis. Dia tinggal di mana? Kok bunda belum tahu?"
Tiba-tiba Faiz tertawa gelak: "Bunda..... bunda!" serunya
masih menahan tawa. "Mimis itu kan cuma teman khayalanku saja!"


Rupanya ia sudah mengerti konsep teman khayalan. Tinggal bundanya yang geleng-geleng kepala. Sejak kecil Faiz juga sudah sering bertanya yang aneh-aneh kepada bunda, maupun ayahnya: Tomi Satryatomo yang bekerja sebagai wartawan. Misalnya: Ayah, mengapa angin itu
tidak kelihatan? Mengapa awan ada di atas? Kan kalau di bawah enak dijadikan tempat tidur? Mengapa api dinamakan api? Mengapa laut asin? Mengapa Tuhan hanya satu? Adakah orang tinggal di Bintang? Dan lain sebagainya.

Menjelang usia 5 tahun, Faiz masuk ke TK Pelita di dekat rumahnya. Setahun kemudian ia didaftarkan ke SD negeri. Tapi, karena usianya belum 6 tahun, ia belum diterima. Baru pada usia menjelang 7 tahun ia masuk di kelas I SDN 02 Cipayung yang juga tak jauh dari rumahnya.

Kegiatan sehari-hari Faiz adalah sekolah, les, mengaji dan bermain. Ia juga suka sekali mempelajari alat elektronik. Ia terbiasa dengan komputer sejak usia 3 tahun. Saat balita ia bisa mengoperasikan PDA, laptop, internet, HP jenis apa pun, kamera digital bahkan handycam. Ia juga sudah memiliki laptop sendiri--bekas bunda. Anehnya ia lebih suka menulis puisi di HP.


Faiz yang suka berolahraga dan mengoleksi banyak buku ini, bercita-cita menjadi seorang presiden yang juga professor. Agustus 2003 lalu, ia menjadi Juara I Lomba Menulis Surat untuk Presiden, Tingkat Nasional, yang diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta, dalam rangka Hari Anak Nasional 2003. Sejak saat itu ia kerap diburu wartawan dan menjadi tamu dalam beberapa acara televisi antara lain Liputan 6 dan Who Wants to be A President. Ia juga ditawari bermain sinetron tapi ia menolak.

"Ternyata menjadi terkenal itu tidak enak ya. Capek dikejar-kejar orang. Semua mencium kita sembarangan. Tapi enaknya kita bisa gampang menolong orang," komentar tiga besar di kelas II SDN 02 Cipayung yang juga anggota Forum Lingkar Pena Kids ini.