Showing posts with label Pendidikan. Show all posts
Showing posts with label Pendidikan. Show all posts

Wednesday, January 6, 2010

Kleidoskop 2009



Iklim Global I : Program Donasi Hijau yang Tertunda

Perubahan suhu ekstrim karena peningkatan suhu bumi menyebabkan terjadinya badai salju di Amerika dan Inggris. Kejadian tersebut beberapa hari setelah kesepakatan mengenai konferensi perubahan iklim di Kopenhagen, Denmark, gagal karena arogansi negara industri maju. Teman kantor bersungut-sungut cerita tentang hal tersebut. Kesal sekali tampaknya. Biar tahu rasa Amerika itu, begitu katanya. Padahal mereka mengambil peranan terbesar dampak pemanasan global. Seenaknya saja mereka menekan negara lain yang memiliki deposit hutan untuk melarang pembalakan liar.

Nah lu, padahal sempat saya baca sebelumnya mengenai berita penghapusan hutang luar negeri Indonesia dengan membayarnya melalui reboisasi hutan. Sempat sebelumnya ada rencana saya untuk mempublish kegiatan saya dan teman-teman di Jonggol melalui internet. Tujuannya adalah agar daerah Jonggol yang gersang dapat dihijaukan melalui donasi publik. Namun rencana ini belum sempat terlaksana karena kesibukan dan keterbatasan saya dalam mengakses dan mengelola situs internet.

Saya pernah melihat situs sejenis yang menawarkan program penanaman pohon melalui donasi para netter. Hampir sama seperti itu, hanya saja memang belum sempat terlaksana. Mungkin bila nanti mendapat dukungan dan partner yang bagus, lahan 10 hektar milik kami dapat dihijaukan.



Iklim Global II : Hebatnya Rakyat Kita

Rakyat Amerika dan Inggris panik karena badai salju yang menimpa sebagian wilayahnya. Banyak penduduk yang terancam mati kedinginan karena rusaknya instalasi gas untuk rumah tangga. Jalur transportasipun menjadi kacau karena lampu pengatur lalu lintas mati. Kereta api bawah tanah di Inggris dan pesawatpun tidak dapat mengudara karena instrumen dan prasarana pendukungnya membeku. Terbayang paniknya mereka menghadapi kondisi tersebut.

Saya dan kita seharusnya bersyukur hidup di negara ini. Berada di jalur lintas matahari dengan suhu yang hangat. Kita tidak ditakutkan oleh ancaman badai salju dan serangan hawa dingin. Namun bukan berarti kita sudah aman dengan kondisi ke depannya jika masalah iklim global tidak segera ditangani. Jangan-jangan malah nanti kita harus mengungsi ke gunung-gunung karena air laut pasang dan merendam pulau Jawa. Untungnya kita punya lahan di Jonggol yang ada di puncak bukit. Jadi apes-apesnya kita bisa tinggal dan bikin rumah di sana. Untuk makan kita bisa bertani dan beternak. Cukuplah itu semua jika kita harus hidup dalam tingkat kehidupan yang paling minimal. Begitu canda saya kepada seorang teman di kantor.

Rakyat kita masih bisa hidup susah jika terpaksa. Sementara mereka yang hidup di negara yang memiliki musim dingin akan menghadapi ancaman lain, yaitu mati kedinginan. Makanya perang di Timur Tengah tidak akan berhenti karena mereka takut jika kepentingannya akan minyak bumi di stop bangsa Arab. Alih-alih mereka malah mengenakan topeng membela negara-negara di Timur Tengah. Demikianlah sandiwara dunia yang tak akan pernah berhenti sampai akhir zaman nanti.



Selamat Jalan Gus Dur...

Dipenghujung tahun 2009 negara kita kehilangan seorang tokoh humanis. Tokoh yang sangat-sangat kontroversial menurut pandangan saya. Komentar dan tindakannya selalu nyeleneh dan aneh. Membuat gemas sebagian orang namun dapat membuat sebagian orang semakin memujanya. Itulah Abdurahman Wahid alias Gus Dur. Seorang budayawan, humanis, tokoh politik, Kiyai yang setengah wali, dan presiden Republik Indonesia yang keempat. Banyak julukan yang diusulkan atas kepergiannya. Dari gelar pahlawan nasional, pahlawan pluralisme, pahlawan humanisme dan berderet gelar yang memang pantas untuknya. Komentar dan Tindakannya dihujat jutaan orang namun kepergiannya ditangisi dan diantar oleh jutaan orang pula.

Saya termasuk orang yang tidak suka terhadapnya ketika beliau masih hidup. Namun melihat kepergiannya hati ini merasa kehilangan juga dan berdoa agar Allah SWT menghapuskan semua kesalahan dan menerima semua amal ibadahnya. Beliau telah mencapai tingkat pencapaian yang paling tinggi dalam tangga kebutuhan hidup manusia. Dosen saya pernah menerangkan intisari dari buku, Seven Habbit ..., yang intinya jika kita ingin berhasil kita harus mempersiapkan akhir kehidupan kita sepeti apa. Apakah kita akan meninggalkan dunia ini dengan hujatan dan hukuman ataukah kita akan meninggalkan dunia ini dengan iringan doa dan tangis jutaan orang yang merasa kehilangan. Melihat kepergian Gus Dur saya jadi menilai bahwa beliau benar-benar tokoh dunia yang sangat sukses dalam hidupnya. Selamat jalan Gus, Gitu aja Kok Repot !



Cicak Vs Buaya

Dagelan hukum terjadi di negeri ini. Awalanya sangat antusias sekali saya mengikuti beritanya. Namun semakin hari, semakin bingung mana yang benar dan mana yang salah. Semua ahli dan tokoh nasional angkat bicara. Dari Profesor yang mengeluarkan dalil-dalil keilmuannya hingga tukang ojek yang berkomentar seenak udelnya. Semuanya punya pendapat yang katanya paling benar. Bukti-bukti di diungkapkan, alibi dibuat dan saksi-saksi berbicara. Tetapi semuanya malah bikin bingung. Tidak tanggung-tanggung, Ayah yang tiap hari di rumah, ikut berkomentar dan berpendapat dengan emosional. Jejaring Sosial ikut-ikutan mendukung dan menghujat masiang-masing pihak. Alhamdulillah dari sekian banyak grup pendukung dan forum kepedulian yang meng-invite saya tak satupun yang saya ikuti. Saya sudah apatis. Kebenaran hanya Tuhan yang punya dan keadilan sejati akan muncul kelak dalam pengadilan akhirat. Tak sabar saya ingin melihat langsung prosesnya nanti.



Prita Mulyasari

Salut dan respek saya untuk Ibu yang satu ini. Sendirian ia melawan ketidakadilan yang menimpanya. Dengan tabah dijalani semua proses hukum yang menyudutkannya. Hingga berbalik ketika berbondong-bondong rakyat mendukungnya. Jutaan simpatisan bergerak melalui berbagai jejaring sosial. Jutaan koin terkumpul atas nama kemanusiaan dan keadilan. Semua itu hanya digerakan karena hati nurani untuk membela yang tertindas. Benar-benar lebih dahsyat dari demo mahasiswa. Karena ini dengan hati, dengan perasaan dan ini digerakan tanpa pamrih apapun. Inilah gerakan koin peduli Prita yang awalnya karena curahan hati seorang yang bernama Prita Mulyasari.

Keyakinan dan Optimis

Dari dalam angkot saya melihat seorang bapak yang sudah tua berdiri di pinggir jalan sambil menunggui tiga buah karung besar berisi daun-daun pepaya. Bapak tua tersebut tampak lelah, dengan topi haji di kepalanya dan sebuah tas disampirkan dibahunya. Walau terlihat lelah namun tampak terlihat segurat senyum diwajah keriputnya. Ingi rasanya turun dari kendaraan angkutan umum yang saya tumpangi tersebut untuk sekedar cium tangan dan ngobrol dengannya.

Inilah gambaran sesungguhnya dari sebuah kehidupan. Bagaimana kehidupan harus tetap dijalani dengan keyakinan dan rasa optimis. Saya membayangkan raut wajah Ayah yang sudah senja namun masih tetap mau bekerja demi harga dirinya. Sudahlah Ayah dan Ibu jangan ngapa-ngapain, begitu sering saya mengucapkan agar mereka berdua bisa istirahat dan menikmati masa tuanya dengan tenang tanpa lelah bekerja. Namun Ayah tetap bandel, tidak mau dia menggantungkan seluruh hidupnya dari uang pemberian anak-anaknya. Ayah masih kuat, lagipula sekalian olahraga, nanti kalau diam tidak kerja apa-apa malahan badan Ayah tambah loyo dan sering sakit-sakitan. Itulah dalihnya untuk menjawab kekhawatiran kami anak-anaknya. Dari dalam bathin ini saya sangat tahu persis apa yang ada dibenak Ayah. Beliau adalah Ayah saya seumur hidup ini, jadi sudah tahu sekali kira-kira apa yang ada di fikirannya.

Ayah saya seorang lelaki yang penuh tanggung jawab. Selama istrinya, Ibu saya, masih setia mendampinginya di dunia ini beliau akan menunaikan tanggung jawabnya sebagai seorang suami memberikan nafkah. Sebuah pelajaran berharga bagi kami anaknya yang laki-laki untuk jangan gampang menyerah. Sesungguhnya rasa tanggung jawab yang dicontohkan menjadi pelita dan penerang jalan untuk kami selalu berusaha dan selalu optimis menjalani hidup. Pernah katanya, mengutip sebuah hadis, jika kamu tahu besok hari akan datang hari kiamat, sementara di tanganmu ada sebutir biji kurma untuk ditanam, maka tanamlah sebutir biji kurma tersebut. Pernah beliau bercerita, ketika kecil kakeknya menanam beberapa pohon sawo. Zaman dahulu di daerah kami pohon sawo merupakan tanaman yang banyak ditanam warga. Pohon sawo yang sekarang ditempat kami sudah jarang ditemui tersebut butuh waktu belasan tahun untuk dapat berbuah dan menghasilkan. Ketika Ayahku menanyakannya kepada Kakek, jawabannya sama, bahwa pohon ini bukan untuk dirinya tetapi untuk anak cucunya kelak. Inilah hidup yang harus dijalani dengan keyakinan dan optimisme. Demikianlah, Semoga menjadi pelajaran menghadapi tahun baru ini.


Cibinong, 05 Januari 2010

Tuesday, October 6, 2009

Pendidikan Mental Anak

Jakarta, Oktober 2009

Untuk menjadi tegar dan bermental baja memang perlu pendidikan yang lama. Hasil pendidikan mental tersebut juga harus teruji di lapangan. Jadi setelah mendapatkan teori bisa langsung dipraktekkan di lapangan.

Mendidik anak agar bermental baja dan tidak cengeng juga perlu proses pematangan di lapangan. Nah, untuk yang satu ini menjadi prioritas kami sebagai orang tua untuk mendidik anak-anak agar dapat survive dalam lingkungannya. Pendidikan mental ini diutamakan untuk anak laki-laki kami, Radja. Harapan kami adalah agar ia memiliki prinsip dalam bergaul. Tidak ikut-ikutan teman-temannya dengan alasan tidak enak dengan teman. Saya sendiri sejak kecil sudah punya prinsip ini dalam bergaul dengan lingkungan. Ketika teman-teman asyik menikmati ganja atau minuman keras, saya tetap tidak terpengaruh. Kalau tidak diterima dalam suatu lingkungan atau pergaulan biasanya saya akan membikin kelompok sendiri.


Pengakuan dalam Pergaulan

Pengalaman seperti ini saya terapkan kepada anak-anak. Misalnya, pernah suatu hari Radja asyik main sendiri di kamarnya. Padahal kami ingin agar anak-anak dapat menikmati masa kecilnya dengan bermain dengan teman-temannya. Ketika saya tanyakan kenapa dia tidak main bola dengan teman-temannya. Radja menjawab kalau dia tidak diajak ikut karena menurut teman-temannya Radja masih kecil dan belum bisa main bola. Mendengar hal tersebut saya segera memberinya nasihat. Kalau kamu mau diajak bermain bola, kamu harus jago main bola. Walaupun badannya lebih kecil dari teman-temannya, tetapi kalau jago pasti diajak. Akhirnya Radja dapat mengerti kondisi tersebut. Jadi, hampir setiap waktu senggang saya melatihnya bermain bola di halaman belakang. Mulai dari cara menendang, mengoper bola hingga membawa bola melewati lawan. Walaupun saya sendiri tidak jago bermain bola, minimal teknik dasarnya saya beritahukan kepadanya.

Beberapa minggu proses saya melatih Radja bermain bola. Hingga akhirnya dia mengerti cara bermain bola. Ketika sudah siap Radja langsung menuju lapangan. Hasilnya, hampir setiap sore Radja selalu diajak bermain bola bareng dengan teman-temannya yang lebih besar. Kami memang tidak pernah memaksa agar anak-anak kami diterima dalam pergaulan karena pengaruh orangtuanya. Biarkan anak-anak mengalami masalahnya agar mereka dapat tegar dan memiliki solusi mengatasi masalah tersebut.


Tidak Cengeng

Pernah suatu hari ketika saya memandikan Radja, saya melihat tulang kering kakinya lebam kebiruan. Saat ditanya kenapa sampai biru-biru begitu, dia tanya hanya menjawab kalau terjadi kontak fisik saat bermain bola dengan temannya. Hal pertama yang saya tanyakan adalah apakah ia menangis. Radja menjawab kalau ia tidak menangis bahkan malah tertawa-tawa dengan temannya. Bagus ! jawab saya. Kemudian baru saya periksa kondisinya apakah berbahaya atau tidak sambil menanyakan apakah di bagian tersebut masih sakit. Anak saya malah menjawab tidak apa-apa, nanti juga hilang sendiri. Bagus ! jawab saya kembali.

Kadangkala kita harus memuji anak-anak untuk menambah kepercayaan dirinya. Kami tidak pernah khawatir secara berlebihan apabila ada masalah dengan anak-anak. Biasanya kepanikan orangtua akan membuat anak menjadi cemas dan akhirnya malah membuatnya takut dan menangis.


Resistensi Terhadap Ancaman

Pernah ketika Radja dan teman-temannya pergi bermain futsal di lapangan futsal yang ada di daerah kami. Dalam perjalan pulang bermain futsal tersebut, rombongan Radja dan teman-temannya diganggu oleh orang dewasa. Kemudian Radja menyebutnya dengan istilah preman kampung. Mungkin preman kampung tersebut ingin memalaknya. Tapi Radja segera saja menggertak, "Awas kamu kalo' berani sama aku ! nanti aku bilangin sama Bapakku ! Bapakku polisi, nanti ditembak kamu !". Mendengar gertakan anak sekecil Radja akhirnya preman tersebut pergi. Setelah dirumah dan mendengar ceritanya saya jadi tertawa-tawa, bisa aja anak ini.

Ketika Radja pindah sekolah di kelas II, ada anak yang lebih besar sering meminta uang kepadanya. Namun Radja tidak pernah memberikannya dengan alasan tidak punya uang. Setiap pulang ia selalu cerita kepada mamanya mengenai hal tersebut. Awalnya kami merasa khawatir karena aksi bullying tersebut dan sekolah ini merupakan lingkungan baru buatnya. Hingga pada suatu hari ia cerita kembali, kalau ia tadi dimintain uang lagi oleh temannya. Kemudian Radja mengatakan kalau ia tidak punya uang. Nah ketika pulang sekolah, Radja membeli ikan cupang kepada seorang pedagang ikan yang biasa mangkal di depan sekolah. Ketika Radja membeli ikan tersebut temannya tadi melihatnya. terjadilah percakapan, "Ja...! katanya lu nggak punya uang. Itu kok lu beli ikan !" kata temannya marah. Dengan santai Radja menjawab, "Yee.. orang gua aja ngutang. Kalo' nggak percaya tanya aja sendiri sama abangnya". Sambil berkata begitu Radja menunjuk ke arah pedagang ikan yang tidak mengerti masalahnya. Mendengar alasan tersebut akhirnya temannya pergi. Memang ada saja akalnya Radja, masak anak kecil beli ikan ngutang ? Aneh ?. Tapi dalam kondisi tersebut saya melihat solusi cepat dari Radja dalam menghadapi masalahnya. Walaupun sedikit nggak masuk akal. Kami berdua yang mendengar ceritanya jadi tersenyum. Untunglah... ternyata Radja tidak mempan di bullying.


Berani

Berani karena benar. Merupakan kata-kata yang sering kami tanamkan kepada anak-anak. Jangan takut kalau kamu benar, hadapi saja. Dalam pergaulan anak-anak pasti sering terjadi konflik yang akhirnya menimbulkan pertengkaran. Selama pertengkaran terjadi antara anak-anak, kami selalu membiarkannya. Paling besok juga sudah baikan lagi. Jangan sekali-kali orang tua ikut campur apalagi sampai membela anaknya yang kadangkala belum tentu benar. Orang tua hanya melerai dan menasihati kedua pihak agar saling akur dan jangan berkelahi.

Walaupun usianya lebih muda dan tubuhnya lebih kecil dari teman-temannya, saya selalu memberitahukan kepada Radja, jika kamu benar dan dipukul oleh temanmu yang lebih besar, kamu harus melawannya. Jika kamu kalah berkelahi, pulang saja tapi jangan menangis. Kalau kamu sudah siap untuk berkelahi baru kamu tantang lagi. Tapi jangan pernah jahat apalagi berkelahi dengan anak perempuan, malu !. Begitulah pesan saya kepada Radja apabila ada yang jahat kepadanya.

Memang sedikit agak ngawur ngajarinya, namun saya punya alasan sendiri. Bagi saya anak laki harus berani selama ia berada dipihak yang benar. Namun harus mengukur diri, jika tidak bisa dilawan, sebaiknya hindari. Perlawanan kita terhadap dominasi seseorang dalam pergaulan biasanya akan menimbulkan rasa simpati atau respect dari orang lain. Dalam bergaul jangan menjadi pecundang, anak bawang yang suka diperintah dan jadi bulan-bulanan. Dalam pergaulan semua harus sejajar sehingga hubungan akan menjadi harmonis dan kuat.

Ajaran ini pernah dialami oleh Radja. Suatu hari ia pulang dari bermain dengan baju yang kotor dan wajah cemberut. Ketika ditanya ada apa, ia menjawab habis berkelahi dengan temannya. Ketika saya tanyakan, apakah ia yang nakal atau bukan? kemudian dia menjawabnya bukan. Kamu berani ? tanya saya lagi. Jawabnya, Berani !. Terus di lawan ?. Iya aku lawan, jawabnya. Terus ? tanya saya lagi. Aku kalah, habis badannya lebih besar, alasannya [memang anak tersebut lebih tua dan lebih besar]. Kamu nangis tidak?. Nggak, aku nggak nangis, katanya sambil tetap cemberut. Bagus ! Papa bangga sama kamu, jawab saya memujinya. Akhirnya Radja bisa tersenyum senang. Yang penting ia sudah mencoba melawannya. Kalau saja ia membiarkan dirinya menjadi bulan-bulanan, maka dalam pergaulan ia akan jadi bahan cemoohan dan bulan-bulanan teman-temannya. Efek dari perlawanan Radja terhadap temannya yang lebih besar bukan soal gaya-gayan, tapi membela prinsip kebenaran. Insya Allah teman-temannya akan lebih menghargai keberaniannya.

Saya jadi ingat ketika kami tinggal di Cikarang dahulu. Usia Radja waktu itu baru 3 tahun. Suatu ketika ada rumah tetangga kami yang kemalingan. Nah, ceritanya ada seorang maling yang terperangkap di dalam loteng. Semua warga berkumpul, ramai sekali waktu itu. Ada yang membawa pentungan, golok, dan senjata aneh lainnya. Saya ikut pergi untuk menonton kejadian itu. Ketika mau pergi itulah Radja memaksa mau ikut. Gayanya dan bicaranya rada aneh, "Sudah Pah, tembak aja malingnya ! Papa kan punya pistol ! " teriaknya ramai sekali dengan suasana di sana. Sementara di rumah, Sasha menangis ketakutan karena mendengar ada maling dan ramainya orang di luar sana. Akhirnya saya melarangnya untuk ikut dengan alasan, agar ia di rumah saja menjaga Mama dan Kakaknya. Setelah beberapa jam, akhirnya maling yang sedang apes tersebut tertangkap dan dibawanya ke kantor polisi. Ketika mau masuk pagar saya melihat Radja kecil sedang berdiri did epan pintu rumah kami dalam posisi siap dengan sebuah pemukul bisbol yang bahkan lebih tinggi dari tubuhnya. "Ngapain de, kamu sendirian di sini ? Bawa tongkat bisbol lagi" tanya saya. "Aku lagi jagain Mama dan Teteh !" katanya mantap. Hebat kamu de !.



Monday, October 5, 2009

Menulis

Cibinong, 02 Oktober 2009



Kadang keinginan menulis begitu besar dalam diri ini, namun setiap jari-jemari sudah menyentuh tombol keyboard tiba-tiba hilanglah cerita apa yang akan ditulis. Padahal dulu saya pernah bercita-cita ingin menjadi seorang penulis. Sebenarnya banyak sekali bahan cerita yang bagus untuk dibuatkan tulisan tetapi dengan kemampuan menulis yang pas-pasan akhirnya batal lagi.


Untuk menulis sebenarnya mudah saja, tuangkan saja seluruh ide dalam kepala kita. Walaupun kadangkala menjadi sebuah tulisan yang buruk namun kita sudah menulis. Anak pertama saya sudah mulai menulis cerita-cerita pendek. Tanpa referensi tanpa observasi, saya katakan, tulis saja apa yang ingin kamu tulis. Jangan takut tulisanmu jelek. Akhirnya saya sempat kaget juga, ternyata hasilnya cukup bagus. Ceritanya walaupun aneh tapi dituturkan dengan tata bahasa anak-anak yang sangat sederhana.


Jadi untuk menjadi penulis itu mudah, tulis saja apa yang akan ditulis. Seperti tulisan ini.





Untuk Saskia Andina Salsabila anakku.



Jangan Memaki Anakmu

Cibinong, 02 Oktober 2009


Kadang kita kesal dan marah dengan kelakuan anak-anak sendiri. Kemarahan terhadap anak bisa saja terlampiaskan dengan hukuman fisik. Namun ada lagi sebagian orang tua yang memaki anak-anaknya dengan ucapan kasar dan tidak pantas. Ibuku mengajarkan, jangan sekali-kali memarahi anak-anak dengan kata-kata kasar. Maklum orang Betawi, sering terdengar anaknya sendiri di marahi dengan kata-kata, dasar bodoh !, mampus luh !, anggota kebun binatang, syaitan dan teman-temanya, bahkan ungkapan penyesalan karena telah melahirkan anak yang dimarahinya.
Astaghfirullah !

Hindarilah ungkapan kasar kepada anak-anak. Bagaimanapun juga kita adalah orang tuanya yang memiliki tanggung jawab dunia dan akhirat bagi anak-anak kita. Takutlah kalau ungkapan kemarahan kita akan menjadi doa dari orang tua kepada anaknya. Banyak sekali contoh yang dapat kita saksikan dalam kehidupan orang-orang yang kita kenal. Ada seorang bapak yang hidupnya susah. Setiap usaha selalu gagal, kerjapun tidak pernah beres. Akhirnya hidupnya seperti tidak berguna sementara ia memiliki tanggung jawab terhadap keluarga. Setelah ditelusuri rupanya ketika kecil dulu ibunya selalu memakinya dengan kata-kata “Mampus aja luh !”. Untuk setiap kenakalan yang diperbuat makian tersebut seperti sudah menjadi makanannya. Akhirnya, bukan raganya yang mati tapi akalnya yang mati.
Naudzubillahi min zaalik !

Sementara ada seorang teman yang masa kecilnya sangat bandel. Namun dengan kesabaran dan nasihat orang tua yang tidak pernah putus, ketika dewasa ia menjadi seorang anak yang baik dan berbakti kepada orang tuanya. Saya pernah mendengar dari speaker saat pengajian ibu-ibu, kalau anak kita berbuat nakal, tegurlah dengan kata-kata yang halus, “Aduh anak soleh, bageur (baik), pinter... jangan begitu lagi ya...”.
Subhanallah !


Untuk ibuku dan istriku.

Menjadi Bijaksana

Cibinong, 02 Oktober 2009

Bijaksana menurut hemat saya adalah proses kematangan dalam berpikir, merencanakan dan berbuat sesuatu hal. Perlu melalui proses untuk menjadi seorang yang bijaksana. Proses tersebut ditempuh berdasarkan pengalaman dan belajar. Hanya sebagian kecil orang yang memiliki bakat atau kemampuan untuk menjadi bijaksana tanpa melalui proses tersebut.

Bijaksana memang identik dengan kemampuan yang dimiliki oleh orang yang sudah tua dan berumur. Padahal tidak jarang kita menemukan kebijaksanaan dapat ditunjukkan oleh anak-anak dan remaja.

Kebijaksanaan sangat ditentukan pula oleh faktor emosi seseorang. Orang yang dapat mengontrol emosinya biasanya akan lebih bijaksana. Orang tua yang telah mengalami berbagai pengalaman hidup biasanya akan dapat mengontrol kondisi emosinya. Dengan begitu ia akan menjadi lebih bijaksana.

Ayah saya mengajarkan, untuk menyelesaikan sebuah sengketa jangan mencari yang benar atau yang salah. Arahkan kedua belah pihak bahwa kedatangan mereka untuk meminta pendapat (kebijaksanaan) kita adalah atas dasar niat baik kedua pihak untuk berdamai dan mengakhiri konflik. Jadi bijaksana juga bukan berarti adil atau proses justifikasi dimana salah satu pihak akan menjadi pihak yang benar sementara pihak lain adalah pihak yang salah.

Menjadi seorang pemimpin perlu memiliki kebijaksanaan agar orang yang dipimpin mau mengikuti perintah dan mencapai tujuan yang dikehendaki. Seorang anak laki-laki suatu saat akan menjadi seorang pemimpin dalam rumah tangganya. Sehingga setiap laki-laki pasti ingin menjadi seorang yang bijaksana.

Untuk menjadi bijaksana tanpa menunggu usia tua dapat diperoleh dengan belajar dari pengalaman orang yang lebih tua. Jadi siapapun bisa menjadi bijaksana jika mau belajar. Karena kebijaksanaan sangat dibutuhkan oleh seorang pemimpin dan setiap manusia adalah pemimpin bagi dirinya sendiri.

Terima kasih untuk Ayah tercinta.

Tuesday, June 23, 2009

INGIN ANAK ANDA CERDAS ?

Selasa, 23 Juni 2009


Pernah mendengar tidak bahwasanya gen kecerdasan anak itu diturunkan dari Ibunya ? Makanya hati-hati kalau memilih jodoh. Jangan hanya melihat wajahnya saja, tetapi harus melihat secara keseluruhan. Kalau Iwan Fals bilang dalam salah satu lagunya 'lelaki bukan untuk dipilih'. Maksudnya adalah kalau benar-benar lelaki, andalah yang harus memilih pasangan hidup. Ternyata memilih pasangan hidup sangat susah sekali, terutama yang ideal tentunya. Namun siapapun pilihan pasangan hidup anda, minumannya tetap Teh Botol Sosro. Halahh... ngawur.

Berikut ada beberapa artikel untuk anda baca yang kebetulan saya ambil dari berbagai sumber :


Ibu Cerdas = Anak Cerdas
Geb Ibu yang Menentukan !



Banyak pasangan menginginkan keturunan yang cerdas. Seorang ahli genetika menemukan bahwa kecerdasan anak ditentukan oleh gen Ibu. Demikian juga kelainan yang disebut dengan retardasi mental. Kelainan ini juga bisa timbul karena kelainan pembelahan sel yang menyebabkan kelainan genetik anak.

Menurut Dr. Ben Hamel, seorang ahli genetika dari UMC Nijmegen Netherlands, kecerdasan seseorang terkait dengan kromosom X yang berasal dari Ibu. Dalam keadaan normal, manusia memiliki 23 pasang kromosom yang berasal dari 23 kromosom Ibu (XX) dan 23 kromosom Ayah (XY). Pada saat fertilisasi atau peleburan, seluruh kromosom tersebut melebur sehingga menjadi 23 pasang kromosom dalam tubuh anak.

Seperti yang telah dikatakan oleh Dr. Hamel, kecerdasan seseorang ternyata diatur oleh jenis kromosom yang terdapat dalam tubuh orang tersebut, dan melekat pada kromosom X. Ibu yang memiliki 23 pasang kromosom XX tentunya lebih berperan dalam menentukan kecerdasan seseorang. Oleh karena itu, Ibu yang cerdas berpotensi melahirkan anak yang cerdas pula.

Namun demikian, tidak selalu kecerdasan 100% diturunkan dari Ibu kepada anaknya. Penurunan sifat ini bisa saja gagal oleh karena beberapa faktor. Salah satu penyebabnya bisa karena kegagalan peleburan kromosom pada saat fertilisasi. Kegagalan ini dapat menimbulkan kelainan yang berupa retardasi mental.

Retardasi Mental

Menurut situs Kompas.com, retardasi mental adalah “suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama terlihat selama masa perkembangan sehingga berpengaruh pada semua tingkat inteligensia, yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial. Retardasi mental kadang disertai gangguan jiwa atau gangguan fisik lain”.

Retardasi mental yang terjadi karena kelainan genetik dapat disebut sebagai XLMR (X Link Mental Retardation). Kelainan mutasi gen yang menyebabkan retardasi mental ini juga disebut sebagai “Fragile X Syndrome”. Nama-nama untuk jenis kelainan tersebut juga sekaligus menekankan bahwa retardasi mental terkait dengan gen X.

Retardasi mental digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu ringan, sedang, dan berat. Retardasi mental ringan menyebabkan penderita mengalami keterlambatan dalam mempelajari bahasa, namun masih dapat melakukan kegiatan-kegiatan sehari-harinya dengan normal. Penderita retardasi mental sedang biasanya akan semakin lambat dalam memahami dan menggunakan bahasa, diikuti dengan penurunan keterampilan motorik, maupun keterampilan merawat diri.

Sementara itu, pada kasus retardasi mental berat, kondisi fisik penderita akan semakin buruk, disertai dengan gangguan motorik yang berat akibat kerusakan perkembangan pada susunan saraf pusat. Tingkat intelegensi (IQ) mereka biasanya di bawah 20 dan mereka akan selalu memerlukan pengawasan dan bantuan dalam merawat dirinya.

Fragile X Syndrome


Sindroma kerapuhan gen X adalah suatu kelainan genetik (mutasi) dari suatu gen yang disebut fragile X mental retardation 1 (FMR1). Sindroma ini menyebabkan hiperaktivitas, gangguan belajar, dan gangguan emosional, juga kadang menyebabkan retardasi mental dan autisme. Anak dengan sindroma ini bisa memiliki tingkat kecerdasan yang normal. Kebanyakan penderita adalah laki-laki karena mereka hanya memiliki 1 gen X. Pada perempuan, 1 gen X yang abnormal belum tentu menyebabkan retardasi mental apabila gen X yang lainnya masih normal.

Beberapa tanda fisik penderita yang menderita sindroma ini adalah: pembesaran kepala, kulit halus, kaki datar, dan muka panjang. Kesehatan umumnya juga akan terganggu dengan munculnya berbagai masalah kesehatan, seperti infeksi telinga yang terus-menerus, kejang, strabismus (kelemahan otot mata), kelainan katup jantung, dan kadang bisa menyebabkan hernia atau dislokasi sendi (walaupun masih jarang ditemukan).

Gejala-gejala yang paling jelas terlihat adalah dari segi perilaku. Penderita akan memiliki perkembangan yang lambat, yang lama-lama akan menyebabkan tingkat kecerdasan yang rendah. Mereka akan kesulitan belajar dan berkonsentrasi pada suatu hal, menjadi lebih sensitif, pemalu, dan perkembangan bahasanya akan terhambat. Pada kasus yang lebih berat, bisa menyebabkan autisme.

Penanganan

Hingga saat ini belum ada metode penyembuhan retardasi mental, sehingga yang lebih ditekankan adalah cara penanganan agar keadaan penderita tidak semakin memburuk. Sekarang, bagaimana cara membantu mereka yang menderita retardasi mental?
Penanganan masalah retardasi mental ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Terapi, berupa terapi bahasa, okupasional, fisik, dan bicara. Jenis-jenis terapi tersebut penting untuk meningkatkan kemampuan motorik dan perkembangan bahasa.
2. Pendidikan. Perlu ada seorang pengawas atau tutor yang membantu pendidikan penderita. Komputer juga dapat sangat membantu belajar.
3. Pengobatan untuk mengatasi perilaku penderita yang tidak baik (seperti hiperaktivitas dan gangguan emosional).

REFERENSI:
http://www.childdevelopmentinfo.com
www.kompas.com
http://www.med.umich.edu
http://www.ncbi.nlm.nih.gov
http://www.organisasi.org

Artikel Lainnya :

Gen Ibu Tentukan Kecerdasan Anak

atau untuk pertimbangan agar jangan putus asa jika mendapatkan pendamping yang biasa-biasa saja. Jangan khawatir, baca artikel yang satu ini :

Tak Semua Gen Cerdas Orangtua Menurun pada Anak

Tips agar anak cerdas dan kreatif

Monday, June 22, 2009

Pengumuman Hasil Ujian Nasional SMP Diundur !

Jakarta, 22 Juni 2009

Seharian menunggu sambil melototi situs http://www.diknas.go.id/link.php ternyata nggak ada pengumuman hasil Ujian Nasional (UN) untuk SMP/MTs di wilayah Kabupaten Bogor. Ternyata dari beberapa sumber diketahui kalau pengiriman datanya seret dan belum didistribusikan. Padahal keponakan sudah dag dig dug menunggu kabar.

Sejak Sabtu kemarin (20/06/2009) saya sudah bolak-balik ditelepon dengan nada cemas meminta bantuan untuk melihat hasil pengumuman di internet. Sementara keponakan sudah nggak nafsu makan dan terlihat stres. Padahal saya yakin 100% kalau keponakan tersebut bisa lulus UN dengan nilai bagus. Tapi dasar yang namanya media informasi, berita di televisi dan koran justru menyiarkan keadaan siswa yang tidak lulus ujian. Banyak siswa yang jatuh pingsan dan stres karena malu tidak lulus UN, sementara temannya yang lain lulus.

Semalampun saya bercerita dengan istri saya pengalaman masa sekolah, kesimpulan kami berdua, kenapa harus cemas kalau kita sudah belajar. Alhamdulillah, waktu sekolah dulu nggak pernah stres atau takut tidak lulus ujian. Walaupun berbeda dengan kondisi sekarang yang menentukan syarat kelulusan berdasarkan hasil ujian nasional. Tetapi waktu saya sekolah ada yang namanya Nilai Ebtanas Murni (NEM) yang merupakan syarat untuk masuk sekolah lanjutan. Saya terus terang kurang paham dengan sistem kelulusan saat ini. Katanya untuk standarisasi di dunia pendidikan, dimana standar setiap siswa diharuskan memperoleh hasil yang sama di dunia pendidikan. Pertanyaan yang muncul dibenak saya adalah, bagaimana bisa sama antara anak yang sekolah di Jakarta dengan anak yang sekolah di desa terpencil ? Di Jakarta waktu bermain anak semakin kurang dengan banyaknya pusat studi dan bimbingan belajar sementara anak yang tinggal di desa akan kesulitan mengikuti bimbel seperti di kota besar. Jangankan bimbingan belajar, tenaga pengajarnya saja masih kurang. Belum lagi mengenai kualitas tenaga pengajar yang seadanya.

Film dan novel Laskar Pelangi menggambarkan susahnya belajar di negeri ini. Tapi dengan ending cerita yang menarik film ini memberikan motivasi dan semangat bahwa dengan keterbatasan mereka bisa bersaing dan mampu berhasil mewujudkan cita-citanya. Tetapi saya melihat keberhasilan tokoh dalam cerita tersebut karena kemauan dan kerja keras dari guru dan anak didiknya. Kemauan dan kerja keras menimbulkan semangat belajar yang tinggi. Jadi, film ini harusnya menjadi pelajaran buat generasi muda untuk memiliki cita-cita yang tinggi di barengi dengan kemauan dan kerja keras.

Saya berharap semua pihak baik guru, orangtua, maupun pemerintah dapat menciptakan semangat belajar generasi muda. Jangan melenakan mereka dengan mimpi tapi mendidik mereka jadi pemalas. Saya beroa semoga generasi muda anak-anak kita lebih maju dan berhasil daripada generasi sebelumnya. Dengan catatan belajar dan kerja keras !

Selamat untuk Kak Yayas, Bang Bayu, Aa Riva dan Kakak Andika yang telah lulus Ujian Nasional. Oom berdoa agar kalian semua berhasil dan menjadi anak yang berguna bagu bangsa dan negara serta berbakti kepada kedua orangtua.
Untuk Kak Eka, Oom yakin dan berdoa kalau kamu bisa lulus dan mendapatkan hasil yang terbaik. Amin

Wednesday, May 20, 2009

Sedekah di Awal Pagi

Rabu, 20 Mei 2009

Akhir-akhir ini setiap kami berkunjung Ayah sering memberikan nasehat-nasehat untuk saya. Beliau selalu mengingatkan untuk selalu bangun lebih pagi untuk shalat subuh berjamaah di masjid. Ajak anak-anak, katanya. Nasehatnya, setiap hari libur Sabtu dan Minggu, saya sekeluarga disarankan agar mengajak istri dan anak-anak untuk sholat subuh di Masjid Pemda (Masjid Tegar Beriman Kabupaten Bogor).

Alhamdulillah nasehat beliau sudah saya jalankan walaupun masih kadang-kadang tertinggal, akhirnya saya dan istri shalat berjamaah di rumah. Anak-anak setiap subuh juga diusahakan ikut bangun untuk shalat.

Nasehat beliau yang lainnya adalah agar bersedekah di awal pagi. Kasih sedekah ke marbot (penjaga) masjid, dia itu pegawai yang menjaga rumah Allah. Beri perhatian dengan cara memberi sedekah kepadanya. Ketika orang-orang masih banyak yang tertidur, kita sudah mengawali hari itu dengan bersedekah dan berbuat baik.


“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya lah kamu dikembalikan”
(QS 2: 245)


"Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang kaya) dengan sebahagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata: "Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah Allah kepada mereka?" (Allah berfirman): "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepadaNya)?"
"[Al An'aam' , ayat 53 ]


"Tidak ada satupun hamba-Ku yang ikhlas kuambil harta yg Kuberikan padanya, kecuali Kuganti dengan yang lebih baik. Tidak ada satupun hamba-Ku yang ridha dengan bala yang Kutimpakan padanya, kecuali Kunaikkan derajatnya. Dan tidak satupun hambaKu yang bersyukur, kecuali Kutambah nikmatKu padanya".
[Hadist Qudsi]

Thursday, May 14, 2009

Radja dan Papa

Cibinong, 15 Mei 2009

Waktu ke Jonggol Sabtu kemarin, 09 Mei 2009, sengaja saya mengajak Radja. Sebelum berangkat saya memintanya agar jangan rewel karena medannya berat. Rupanya, perjalanan ke sana banyak sekali hambatannya. Sejak naik truknya, perjalanan ke atas yang jalannya rusak berat membuat kami seperti di kocok-kocok di atas truk. Raja sempat ketakutan, waktu ia saya suruh duduk disamping supir. Mungkin karena melihat jalannya yang rusak dan menanjak disertai deru mesin truk yang terdengar menjerit kelelahan. Akhirnya Radja ikut duduk dibelakang truk. Ikut terguncang-guncang dan lecet-lecet kena pinggiran bak truk. Walaupun saya sendiri pegal-pegal, capek, dan sedikit ngeri tapi saya mencoba untuk membuat agar terlihat mengasyikkan. Tujuannya agar Radja tidak stres dan ketakutan. Kami tertawa-tawa, padahal badan ini sakit semua. Ngeri juga sih melihat kondisi jalan yang rusak, apalagi melewati tebing, takut truknya terbalik. Yah, mungkin kalau jadi pelajaran juga buat saya, untuk membuat suasananya terlihat mengasyikan dan menantang saya selalu tertawa. [Huhhh.... padahal sakitnya badan ini...]

Sewaktu tiba di atas akhirnya truk tersebut menyerah, karena tidak bisa melawati rintangan lumpur. Radja melompat dari truk dan memilih jalan kaki sendiri. Akhirnya, setelah truk tidak bisa naik lagi saya ikut menyusul Radja yang sedang jalan sendirian. Akhirnya setengah kilometer kami sampai juga di lokasi. Radja langsung bereksplorasi dengan lingkungan sekitarnya.

Ketika masuk ke dalam semak-semak dengan beraninya dia menerobos semak tanpa mempertimbangkan kemungkinan ada ular atau hewan berbahaya lainnya. Saya melarangnya agar jangan terburu-buru dan lebih hati-hati.
Kemudian dia mengatakan, "Pah, aku mendingan jalan di depan aja, soalnya kalau aku di depan, Papa kan bisa ngawasin aku. Aku jadinya aman Pah...".

Oh, rupanya selama perjalanan yang berat tersebut selama ada Papanya, dia merasa aman dan nyaman. Ternyata keberanian Radja yang saya lihat di sana muncul karena dia merasa aman dan nyaman karena selalu berada dalam pengawasan saya. Ternyata sangat luar biasa sekali menjadi seorang ayah dalam memberikan pengaruh bagi anaknya. Ketergantungan mereka terhadap kita membuat kita merasa bertanggung jawab.

Thursday, November 13, 2008

Perang Nuklir Zaman Prasejarah ?



Pernah dengar yang namanya epik Ramayana dan Mahabarata? dua epos terkenal dari India kuno. Epos Mahabarata mengisahkan konflik hebat keturunan Pandu dan Dritarasta dalam memperebutkan tahta Kerajaan. Epos ini ditulis pada tahun 1500 SM dan menurut perkiraan perang tsb meletus sekitar 5000 tahun yang lalu. Banyak spekulasi bermunculan dari peristiwa ini, diantaranya ada sebuah spekulasi baru dengan berani menyebutkan bahwa perang Mahabarata adalah semacam perang NUKLIR!!

Tapi, benarkah demikian yang terjadi sebenarnya? Mungkinkah jauh sebelum era modern seperti masa kita ini ada sebuah peradaban maju yang telah menguasai teknologi nuklir? Masa sebelum 4000 SM dianggap sebagai masa pra sejarah dan peradaban Sumeria dianggap peradaban tertua didunia. Akan selama ini terdapat berbagai diskusi, teori dan penyelidikan mengenai kemungkinan bahwa dunia pernah mencapai sebuah peradaban yang maju sebelum tahun 4000 SM. Teori Atlantis, Lemuria, kini makin diperkuat dengan bukti tertulis seperti percakapan Plato mengenai dialog Solon dan pendeta Mesir kuno mengenai Atlantis, naskah kuno Hinduisme mengenai Ramayana & Bharatayudha mengenai dinasti Rama kuno dan bukti arkeologi mengenai peradaban Monhenjo-Daroo, Easter Island dan Pyramid Mesir maupun Amerika Selatan.

kemungkinan manusia pernah memasuki zaman nuklir lebih dari 6000 tahun yang lalu. Peradaban Atlantis di barat dan dinasti Rama di Timur diperkirakan berkembang dan mengalami masa keemasan antara tahun 30000 SM hingga 15000 SM. Atlantis memiliki wilayah mulai dari Mediteranian hingga Pegunungan Andes di seberang Samudra Atlantis sedangkan Dinasti Rama berkuasa di bagian Utara India-Pakistan-Tibet hingga Asia Tengah. Peninggalan Prasasti di Indus, Mohenjo Daroo dan Easter Island (Pasifik Selatan) hingga kini belum bisa diterjemahkan dan para ahli memperkirakan peradaban itu berasal jauh lebih tua dari peradaban tertua yang selama ini diyakini manusia (4000 BC).

Beberapa naskah Wedha dan Jain yang antara lain mengenai Ramayana dan Mahabharata ternyata memuat bukti historis maupun gambaran teknologi dari Dinasti Rama yang diyakini pernah mengalami zaman keemasan dengan tujuh kota utamanya ‘Seven Rishi City’ yg salah satunya adalah Mohenjo Daroo (Pakistan Utara).

Dalam suatu cuplikan cerita dalam Epos Mahabarata dikisahkan bahwa Arjuna dengan gagah berani duduk dalam Weimana (sebuah benda mirip pesawat terbang) dan mendarat di tengah air, lalu meluncurkan Gendewa, semacam senjata yang mirip rudal/roket yang dapat menimbulkan sekaligus melepaskan nyala api yang gencar di atas wilayah musuh, lalu dalam sekejap bumi bergetar hebat, asap tebal membumbung tinggi diatas cakrawala, dalam detik itu juga akibat kekuatan ledakan yang ditimbulkan dengan segera menghancurkan dan menghanguskan semua apa saja yang ada disitu. Yang membuat orang tidak habis pikir, sebenarnya senjata semacam apakah yang dilepaskan Arjuna dengan Weimana-nya itu? Dari hasil riset dan penelitian yang dilakukan ditepian sungai Gangga di India, para arkeolog menemukan banyak sekali sisa-sisa puing-puing yang telah menjadi batu hangus di atas hulu sungai.

Batu yang besar-besar pada reruntuhan ini dilekatkan jadi satu, permukaannya menonjol dan cekung tidak merata. Jika ingin melebur bebatuan tersebut, dibutuhkan suhu paling rendah 1.800 C. Bara api yang biasa tidak mampu mencapai suhu seperti ini, hanya pada ledakan nuklir baru bisa mencapai suhu yang demikian. Di dalam hutan primitif di pedalaman India, orang-orang juga menemukan lebih banyak reruntuhan batu hangus. Tembok kota yang runtuh dikristalisasi, licin seperti kaca, lapisan luar perabot rumah tangga yang terbuat dari batuan di dalam bangunan juga telah dikacalisasi. Selain di India, Babilon kuno, gurun sahara, dan guru Gobi di Mongolia juga telah ditemukan reruntuhan perang nuklir prasejarah. Batu kaca pada reruntuhan semuanya sama persis dengan batu kaca pada kawasan percobaan nuklir saat ini.

Dari berbagai sumber yang saya pelajari, secara umum dapat digambarkan berbagai macam teori dan Penelitian mengenai subyek ini memberikan beberapa bahan kajian yang menarik. Antara lain adalah :

Atlantis dan Dinasti Rama pernah mengalami masa keemasan (Golden Age) pada saat yang bersamaan (30000-15000 BC). Keduanya sudah menguasai teknologi nuklir. Keduanya memiliki teknologi dirgantara dan aeronautika yang canggih hingga memiliki pesawat berkemampuan dan berbentuk seperti UFO (berdasarkan beberapa catatan) yang disebut Vimana (Rama) dan Valakri (Atlantis). Penduduk Atlantis memiliki sifat agresif dan dipimpin oleh para pendeta (enlighten priests), sesuai naskah Plato. Dinasti Rama memiliki tujuh kota besar (Seven Rishi’s City) dengan ibukota Ayodhya dimana salah satu kota yang berhasil ditemukan adalah Mohenjo-Daroo.

Persaingan dari kedua peradaban tersebut mencapai puncaknya dengan menggunakan senjata nuklir. Para ahli menemukan bahwa pada puing-puing maupun sisa-sisa tengkorak manusia yang ditemukan di Mohenjo-Daroo mengandung residu radio-aktif yang hanya bisa dihasilkan lewat ledakan Thermonuklir skala besar. Dalam sebuah seloka mengenai Mahabharata, diceritakan dengan kiasan sebuah senjata penghancur massal yang akibatnya mirip sekali dengan senjata nuklir masa kini. Beberapa Seloka dalam kitab Wedha dan Jain secara eksplisit dan lengkap menggambarkan bentuk dari ‘wahana terbang’ yang disebut ‘Vimana’ yang ciri-cirinya mirip piring terbang masa kini. Sebagian besar bukti tertulis justru berada di India dalam bentuk naskah sastra, sedangkan bukti fisik justru berada di belahan dunia barat yaitu Piramid di Mesir dan Amerika Selatan. Singkatnya segala penyelidikan diatas berusaha menyatakan bahwa umat manusia pernah maju dalam peradaban Atlantis dan Rama. Bahkan jauh sebelum 4000SM manusia pernah memasuki abad antariksa dan teknologi nuklir.

Akan tetapi zaman keemasan tersebut berakhir akibat perang nuklir yang dahsyat hingga pada masa sesudahnya, manusia sempat kembali ke zaman primitif hingga munculnya peradaban Sumeria sekitar 4000 SM atau 6000 tahun yang lalu. tahun 1972 silam, ada sebuah penemuan luar biasa yang barangkali bisa semakin memperkuat dugaan bahwa memang benar peradaban masa silam telah mengalami era Nuklir yaitu penemuan tambang Reaktor Nuklir berusia dua miliyar tahun di Oklo,Republik Gabon.
Infonya :

Reaktor Nuklir Berusia 2 Milyar Tahun di Oklo, Republik Gabon

Pada tahun 1972, ada sebuah perusahaan (Perancis) yang mengimpor biji mineral uranium dari Oklo, Republik Gabon untuk diolah. Mereka terkejut dengan penemuannya, karena biji uranium impor tersebut ternyata sudah pernah diolah dan dimanfaatkan sebelumnya serta kandungan uraniumnya dengan limbah reaktor nuklir hampir sama. Penemuan ini berhasil memikat para ilmuwan yang datang ke Oklo untuk suatu penelitian, dari hasil riset menunjukkan adanya sebuah reaktor nuklir berskala besar pada masa prasejarah, dengan kapasitas kurang lebih 500 ton biji uranium di enam wilayah, diduga dapat menghasilkan tenaga sebesar 100 ribu watt.


Tambang reaktor nuklir tersebut terpelihara dengan baik, dengan lay-out yang masuk akal, dan telah beroperasi selama 500 ribu tahun lamanya. Yang membuat orang lebih tercengang lagi ialah bahwa limbah penambangan reaktor nuklir yang dibatasi itu, tidak tersebarluas di dalam areal 40 meter di sekitar pertambangan. Kalau ditinjau dari teknik penataan reaksi nuklir yang ada, maka teknik penataan tambang reaktor itu jauh lebih hebat dari sekarang, yang sangat membuat malu ilmuwan sekarang ialah saat kita sedang pusing dalam menangani masalah limbah nuklir, manusia zaman prasejarah sudah tahu cara memanfaatkan topografi alami untuk menyimpan limbah nuklir!


Tambang uranium di Oklo itu kira-kira dibangun dua miliar tahun, setelah adanya bukti data geologi, dan tidak lama setelah menjadi pertambangan maka dibangunlah sebuah reaktor nuklir ini. Mensikapi hasil riset ini maka para ilmuwan mengakui bahwa inilah sebuah reaktor nuklir kuno, yang telah mengubah buku pelajaran selama ini, serta memberikan pelajaran kepada kita tentang cara menangani limbah nuklir. Sekaligus membuat ilmuwan mau tak mau harus mempelajari dengan serius kemungkinan eksistensi peradaban prasejarah itu, dengan kata lain bahwa reaktor nuklir ini merupakan produk masa peradaban umat manusia.

Seperti diketahui, penguasaan teknologi atom oleh umat manusia baru dilakukan dalam kurun waktu beberapa puluh tahun saja, dengan adanya penemuan ini sekaligus menerangkan bahwa pada dua miliar tahun yang lampau sudah ada sebuah teknologi yang peradabannya melebihi kita sekarang ini, serta mengerti betul akan cara penggunaannya. Hal yang patut membuat orang termenung dalam-dalam ialah bahwa mengapa manusia zaman prasejarah yang memiliki sebuah teknologi maju tidak bisa mewariskan teknologinya, malah hilang tanpa sebab, yang tersisa hanya setumpuk jejak saja. Lalu bagaimana kita menyikapi atas penemuan ini? Permulaan sebelum dua miliar tahun hingga satu juta tahun dari peradaban manusia sekarang ini terdapat peradaban manusia.

Dalam masa-masa yang sangat lama ini terdapat berapa banyak peradaban yang demikian ini menuju ke binasaan? Jika kita abaikan terhadap semua peninggalan-peninggalan peradaban prasejarah ini, sudah barang tentu tidak akan mempelajarinya secara mendalam, apalagi menelusuri bahwa mengapa sampai tidak ada kesinambungannya, lebih-lebih untuk mengetahui penyebab dari musnahnya sebuah peradaban itu. Dan apakah perkembangan dari ilmu pengetahuan dan Teknologi kita sekarang akan mengulang seperti peradaban beberapa kali sebelumnya? Betulkah penemuan ini, serta mengapa penemuan-penemuan peradaban prasejarah ini dengan teknologi manusia masa kini begitu mirip? Semua masalah ini patut kita renungkan dalam-dalam.

Sumber: Berbagai Sumber Internet

Tuesday, October 14, 2008

Mereka Yang Berjasa II





Jakarta, 14 Oktober 2008

Lanjutan dari tulisan sebelumnya. Terinspirasi oleh novel dan film Laskar Pelangi sengaja buat tulisan untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepada guru-guru yang telah sangat berjasa.

Bapak Gunawan

Guru Bahasa Indonesia di SMEA Negeri 4 Pejaten


Dua tahun yang lalu saya bertemu dengan Pak Gunawan saat beliau sedang menjadi khotib shalat Jumat di Masjid kompleks. Memang sudah lama terdengar kalau beliau tidak lagi mengajar di SMEA 4. Waktu dulu mengajar status kepegawaiannya masih honorer, belum menjadi PNS seperti yang lainnya. Maklum saja karena akhirnya beliau menikah dan mempunyai tanggungan akhirnya tidak meneruskan menjadi guru. Namun kepandaiannya mengajar dialihkan menjadi seorang da’i. Sekarang selain berwirausaha, Pak Gun juga aktif di Masjid Baitul Faizin, Pemda Kabupaten Bogor.

Waktu SMEA dulu Pak Gunawan mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia. Menurut saya pelajaran Bahasa Indonesia justru yang paling sulit dibandingkan dengan Matematika atau Akuntansi. Mungkin karena waktu itu kami menganggap remeh pelajaran ini. Di ijasah saja saya mendapatkan nilai 9 untuk Bahasa Inggris, tapi justru pelajaran Bahasa Indonesia hanya memperoleh nilai 7. Lucu juga kalau dipikirkan, tapi memang itulah kenyataannya.

Cara mengajar Pak Gun termasuk baru bagi kami bahkan menjadi menarik. Hal tersebut karena beliau sering bercerita tentang hal-hal yang baru bagi kami. Sayangnya kami baru diajarnya pada saat kelas III jadi hanya punya waktu satu tahun. Untuk mengejar ketertinggalan kami, beliau mengadakan les tambahan. Seingat saya tanpa bayaran tambahan. Jadi dengan sukarela, beliau yang statusnya masih honorer mengajarkan kami di hari libur.

Itulah sekelumit kisah Pak Gunawan dalam mengabdi di sekolah kami. Suatu hari saat memberikan les tambahan menjelang EBTANAS, beliau mengatakan agar kami jangan minder dengan anak-anak dari SMA. Jadi dalam menghadapi ujian EBTANAS, UMPTN maupun ujian STAN kalian harus ‘pede’. Kalian juga memiliki kesempatan yang sama untuk bisa masuk universitas negeri dengan anak-anak dari SMA. Mereka bisa memperoleh nilai besar di mata pelajaran matematika, tapi kalian ambil kesempatan di mata pelajaran akuntansi. Sedangkan untuk mata pelajaran Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan Pengetahuan Umum kalian semua setara.

Kalimat ini terus terngiang ditelinga. Sejak saat itu saya punya strategi sendiri, ambil nilai yang besar di mata pelajaran akuntansi. Mungkin teman yang lain juga merasakan hal yang sama. Saat itu, lulusan SMEA jarang sekali bisa lulus UMPTN maupun ujian STAN. Biasanya dari SMEA di Jakarta hanya satu dua orang saja yang berhasil menembus ujian masuk universitas negeri yang paling bergengsi ini. Hasilnya, sangat luar biasa. Seangkatan saya dari SMEA 4 ada 10 orang siswa yang masuk STAN, 2 orang siswa masuk UI, dan seorang masuk IKIP melalui program PMDK. Sungguh prestasi yang membanggakan bagi sekolah kami. Siswa-siswa yang di STAN adalah saya, Andi Mulya, Mohammad Agus Maulana, Yanuar, Asih Maharsih, Sumiyati, Indri Astuti, B. Maharyani semuanya satu kelas dan Ahmad Supiyanto serta Agus Setiawan dari kelas lain. Siswa yang berhasil masuk UI, adalah Sri Windasari (Sastra UI) serta seorang dari kelas lain yang kebetulan saya lupa namanya. Sedangkan seorang siswa yang masuk IKIP jurusan akuntansi adalah teman kami, Yatini.

Kadang sebuah kalimat menjadi biasa bagi orang yang mendengarnya, tetapi bisa mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi yang lain. Semuanya harus diikuti dengan usaha keras kami belajar tentunya. Terima kasih atas motivasinya Pak Gun, semoga Allah SWT mengganjarnya dengan pahala yang berlipat ganda. Amin.



Ustadz Ali Muhammad

Guru Agama di SMEA Negeri 4 Pejaten


Ustadz Ali atau Pak Ali mengajarkan mata pelajaran Agama Islam di sekolah kami. Pak Ali adalah putra Betawi asli yang tinggal tak jauh dari rumah saya. Kebetulan juga, Pak Ali adalah sahabat orang tua saya. Jadi beliau kenal baik dengan saya dan keluarga.

Kalau beliau mengajar penuh dengan cerita lucu yang mendidik. Biasanya pada saat pelajaran agama sering terdengar derai tawa siswa yang mendengar guyonannya. Sangat Betawi sekali. Cuma satu yang bikin saya jutek, yaitu pada saat membaca Al Qur’an. Bukannya nggak suka tetapi memang waktu belum bisa. Anehnya lagi, giliran membaca Al Qur’an selalu saya yang diminta untuk membacanya. Akhirnya sering panas dingin kalau giliran disuruh baca. Mungkin niat Pak Ali agar saya belajar mengaji sehingga bisa membaca Al Qur’an.

Nah, setiap pelajaran Agama Islam selalu saya meminta bantuan teman sebangku, Denny Kamal, untuk menuliskan latinnya. Jadi selamatlah, nggak malu-malu amat (soalnya ada cewek yang ditaksir satu kelas, hehehe....). Sebagai imbalannya, kalau giliran ulangan gantian Denny yang suka saya kasih contekan. Jadi cuma mengajinya saja yang nggak bisa, kalau pelajarannya sih nilainya selalu bagus.

Pernah ada kejadian lucu saat ulangan harian. Setiap ulangan harian Pak Ali selalu membacakan soalnya, jadi setiap satu soal dibaca, kami langsung menjawabnya dikertas ulangan. Jadi kalau tidak tahu jawabannya pasti kosong karena tidak bisa diulang kembali. Nah, kebetulan saya bisa menjawabnya soal-soalnya, sementara Denny ada beberapa yang terlewat. Akhirnya sesuai kesepakatan saya memberikan contekan untuknya. Ketika Denny selesai menyalin otomatis saya juga ikut melihat hasil yang dia tulis. Mungkin badan saya agak condong saat melihat contekan yang baru ditulis. Kebetulan ada beberapa orang yang juga menyontek jawaban teman sebangkunya dengan posisi yang sama. Melihat hal tersebut Pak Ali bukannya marah menegur saya atau siswa lain yang menyontek. Beliau hanya berkata dengan bahasa Betawinya yang kental dengan suara yang agak keras, “Itu ya’, ada yang doyong-doyong banget sampe mau rebah....”. Mendengar hal tersebut kontan saya tegakkan kembali posisi duduk sambil melihat ke arahnya yang senyum-senyum. Aduhh... malu sekali saya saat itu, takut juga nanti diceritakan ke tetangga di rumah. Waktu itu ingiiin sekali menjelaskan kalau saya tidak menyontek, tapi malah memberi contekan. Tapi dengan gaya senyumannya yang penuh arti terpaksa diurungkan niat tersebut. Lucunya, setelah pelajaran selesai rupanya banyak teman yang kebetulan nyontek merasa ketahuan. Jadilah saya tertawa sendiri, rupanya dengan satu kalimat bisa kena semuanya. Hehehe.... boleh juga nih akalnya Pak Ali.


Lebaran yang lalu saat bersilaturahmi di rumah kerabat, saya bertemu dengan Pak Ali, rupanya beliau sudah pensiun. Saat itu tampak seluruh rambutnya sudah memutih, tua sekali kelihatannya. Kakak saya yang kebetulan duduk disebelah pangling karena sudah lama tidak bertemu beliau (kebetulan kakak saya juga muridnya mengaji). Kakak berkomentar “Masya Allah, ini ustadz Ali. Didi kirain siapa ? habis keliahatan sudah tua sekali” katanya. Pak Ali yang mendengarnya jadi tertawa “Yah... Didi udah lupa, saya masih muda, cuma rambutnya doang yang putih”. Pak Ali tersenyum mendengar komentar kakak. Itulah Pak Ali yang selalu ceria dan senang bercanda. Karakternya tetap seperti dahulu selalu riang. Ketika silaturahmi selesai Pak Ali pamit pulang menuju motornya. Tidak berapa lama kemudian tampak Pak Ali kembali sambil kebingungan. “Kacamata saya mana ya... kacamata saya mana ya...” sambil meraba-raba saku baju dan celananya. “Ketinggalan nggak ?” katanya sambil melihat ke arah meja kami. Kami langsung sibuk ikut mencari-cari kacamatanya yang mungkin jatuh tertinggal. Setelah beberapa lama sibuk mencari-cari kacamatanya yang belum ketemu, tanpa sengaja saya melihat ternyata kacamatanya masih menempel di dahinya. Saya langsung senyum melihatnya, “Tuh di kepala Bapak apaan ?” kata saya sambil menunjuk. Setelah itu beliau meraba kepalanya “Astaghfirullah ! kok jadi pikun begini ya...”. Akhirnya kami semua tertawa melihat tingkahnya yang lucu. Ah... kasihan Pak Ali, semoga Allah SWT memberi kesehatan dan menerima seluruh amal ibadanya. Amin.

Monday, October 13, 2008

BELAJAR DARI AYAH

Jakarta, 14 Oktober 2008

Kemarin saya diprotes anak-anak gara-gara merokok. Anak saya, Radja, bilang, katanya ia nanti juga mau merokok seperti Papanya. Habis Papa ngajarin yang nggak bener sih, katanya kemudian. Kakaknya nambahin memang nih Papa merokok kan nggak baik buat kesehatan. Merokok bisa menyebabkan kanker dan sakit jantung katanya menambahkan. Dasar egois ! kata Mamanya ikut-ikutan. Jadilah saya terdakwa hari itu.

Memetik hikmah dari percakapan tersebut, tulisan ini saya buat untuk berbagi bagaimana kami dahulu dibesarkan. Dalam berkeluarga banyak nilai-nilai yang bisa saya ambil dan menjadi contoh dalam menjalani bahtera rumah tangga. Saya tidak dapat mengatakan bahwa ini adalah yang terbaik, namun sebagai penglaman pribadi nilai-nilai tersebut sangat berharga bagi saya sebagai seorang kepala keluarga. Nilai-nilai tersbut akan saya uraikan satu persatu dalam tulisan berikut ini.


Kebersamaan dan Komunikasi

Memang, sekarang berbeda sekali dengan saya waktu kecil dulu. Padahal orang tua saya, terutama Ayah, sangat dekat sekali dengan anak-anak. Tiap hari selalu ada waktu buat kami untuk mengobrol. Apa saja di bicarakan. Mulai dari cerita yang ringan, lalu berlanjut ke masalah politik, hingga masalah agama. Kami semua sekeluarga senang ngobrol.

Apalagi kalau ibu sudah ikutan bercerita, bisa-bisa kami dibuat terpaku mendengarnya. Seru sekali, padahal kadang ceritanya hanya tentang mimpinya semalam. Tetapi cara berceritanya sungguh menarik. Kalau sudah cerita kita tidak tahu apakah ceritanya hanya mimpinya atau kenyataan. Tapi yang pasti kami semua yang mendengarkan menjadi terhanyut dengan jalan ceritanya.


Sikap Keterbukaan

Protes dalam keluarga bukan barang haram. Pernah ketika kecil saya pernah protes ke Ayah karena tidak pernah mengunjungi adik-adiknya. Malahan saya bilang kalau saya juga nanti akan seperti beliau. Ayah sangat sayang dan sangat perhatian sekali kepada adik-adiknya. Jadi kalau beliau kangen selalu adik-adiknya yang disuruh datang. Makanya sifat seperti ini jadi turun ke saya. Walaupun sangat sayang kepada saudara atau teman namun saat mau berniat mengunjungi timbul rasa malas. Ini jeleknya saya. Berbeda dengan adik saya dan kakak saya yang justru sangat senang berkunjung ke sanak keluarga. Itulah, dalam satu keluarga pasti sifatnya tidak selalu sama.


Jangan Bosan Memberi Nasehat

Dulu waktu kecil saya sangat kagum dengan Ayah dan kakak. Rasa kagum karena Ayah serba tahu dan paling hebat. Sebenarnya bukan hanya saya saja yang merasakannya. Sebab saya sering menyaksikan banyak para tetangga yang suka mengobrol dengan beliau. Orangnya ramah, lucu dan suka cerita tentang kehidupan. Banyak nasehat yang keluar dari mulutnya. Sampai ketika kami sudah dewasa merasa bosan dengan nasehatnya. Kadang didengar tapi tidak ditanggapi. Walau begitu Ayah tidak bosan-bosannya menasihati.


Menjadi Teladan dan Tegas

Sekarang setelah berkeluarga kami baru merasakannya. Ternyata banyak nasehat beliau yang akhirnya kami terapkan dalam berkeluarga. Sering adiknya datang karena sedang kesulitan, beliau dengan sembunyi-sembunyi selalu memberi uang. Kadang saat adiknya sudah pergi salah satu dari kami disuruhnya menyusulnya sekedar memberinya uang. Begitulah Ayah dalam menjaga hubungan dengan ibu, prinsipnya jangan sampai ribut. Pasalnya Ayah selalu menyerahkan seluruh penghasilannya ke Ibu. Sementara untuk mengatur penghasilan yang tidak seberapa tersebut ibu harus pintar-pintar mengelolanya. Di satu sisi Ayah bertanggung jawab terhadap keluarga dan adik-adiknya di sisi lain Ibu pun bertanggung jawab memegang amanah mengatur keuangan. Luar biasa, saya waktu itu jelas belum mengerti, kenapa harus sembunyi-sembunyi. Ternyata memang dalam hubungan suami istri tidak selamanya ada kata sepakat masalah finansial. Posisi yang sangat sulit bagi seorang suami dan seorang kakak. Sekarang setelah berkeluarga saya dapat memakluminya. Namun saya selalu berusaha melibatkan istri dalam hal ini. Jadi jika ingin memberi kepada saudara justru saya serahkan kepada istri saya. Alhamdulillah, istri sangat mengerti masalah ini, walaupun tidak selamanya mulus. Itulah lika liku berkeluarga. Menjadi bijaksana.


Memuliakan Orangtua

Ayah pernah mengalami posisi sulit. Saat bertengkar dengan Ibu, masalahnya sangat rumit, karena ada nenek juga terlibat. Kami anak-anak mendapatkan pelajaran berharga di sini. Ibu, yang melihat kami sudah mulai bekerja dan memiliki penghasilan menjadi tersinggung dengan mertuanya. Semakin hari masalah tersebut menjadi makin besar. Hingga suatu ketika terucap kalimat yang bernada ancaman kepada Ayah untuk memilih ibunya atau dirinya. Hebatnya Ayah, justru beliau dengan tegas memutuskan untuk tetap memilih Ibunya. Prinsip yang harus dimiliki anak laki-laki. Kalau istilahnya, ada bekas istri tetapi tidak ada bekas anak. Sengaja Ayah bersikap demikian, katanya suatu ketika, karena anak Ayah lima orang laki-laki (kami tujuh bersaudara, dua perempuan lima laki-laki). Ayah ingin memberi contoh kepada anak-anak bagaimana seorang suami harus mengambil sikap. Ini semua bukan buat Ayah, tapi untuk Ibu kalian sendiri. Kalau Ayah salah mengambil sikap, bukan mustahil nanti anak laki-lakinya akan berbuat salah. Memilih istri kalian dan menyia-nyiakan ibu. Jadi hormati selalu ibu, surga anak-laki adalah dengan ridho ibunya. Mendengar alasannya yang demikian, Ibu akhirnya luluh. Hebat.


Jangan Takut dan Bisa Mengatasi Masalah

Ayah menjabat sebagai RT sejak tahun 1975 hingga tahun 2001. Sangat lama dan penuh dengan suka dan duka. Sejak awal niatnya menjadi RT adalah untuk mengabdi. Tidak heran sampai saat ini setelah hampir 8 tahun berhenti menjadi RT, para tetangga masih banyak yang memanggilnya Pak RT. Saya ingat bagaimana rumah kami setiap hari selalu saja ada tamu yang datang. Tidak seperti sekarang (kebetulan saya juga jadi RT), paling hanya kalau perlu membuat KTP saja warga datang ke rumah ketua RT. Waktu tahun 80-an di daerah kami masih sering terjadi perkelahian antar pemuda. Sesama warga pun seringkali timbul masalah yang akhirnya menimbulkan pertengkaran. Makanya kami sudah biasa jika tengah malam rumah kami di gedor-gedor orang yang berkelahi atau melaporkan ada masalah. Mulai pertengkaran antar pemuda, pertengkaran antar tetangga sampai masalah keributan suami istri, mereka datang ke rumah untuk diselesaikan. Pernah suatu kali tetangga saya yang ABRI ribut dengan tetangga lain warga keturunan. Si ABRI ini sangat emosional sekali sampai-sampai mengeluarkan senjata api segala. Warga tidak ada yang berani menghentikannya. Akhirnya mereka semuanya dipangil ke rumah oleh Ayah. Waktu itu sudah tengah malam, saya ingat karena takut Ayah ditembak, jadi saya tidak bisa tidur. Ikut menguping pertengkaran yang terjadi. Sangat mengerikan sekali bagi saya, karena Si ABRI dengan arogannya sampai menggebrak-gebrak meja dan mengancam siapapun. Tapi Ayah menghadapinya dengan ketenangan yang luar biasa. Tanpa perasaan takut sedikitpun. Akhirnya setelah beberapa lama masalah bisa selesai dengan baik. Semua pihak bisa berdamai kembali. Anehnya, tetangga kami yang ABRI menjadi sangat malu sekali kepada Ayah, berulang-ulang meminta maaf sambil memeluk Ayah. Nggak tahu Ayah ngomong apa, padahal menurut saya sih biasa saja. Rasa penyesalannya tersebut di tebusnya dengan mengajukan keinginannya untuk membantu segala permasalahan keamanan yang ada dilingkungan kami. Sampai saat sekarangpun tetangga tersebut sering datang ke rumah saat lebaran. Dia menganggap Ayah sebagai orang tuanya.

Akhirnya Ayah buka rahasia kepada kami. Pertama, kalau menghadapi orang marah, jangan disela pembicaraannya. Biarkan orang tersebut mengumbar semua kemarahannya. Dengarkan saja, jangan takut. Sampai suatu saat ia mereda, tenang, barulah minta ijin untuk berbicara menjelaskan. Kenapa minta ijin ? karena ada beberapa yang kadang masih tidak terima. Kalimat, “Boleh sekarang saya yang bicara ?” merupakan awal dari pembicaraan tersebut.

Kedua, menyelesaikan permasalahan orang yang bertengkar harus ingat bahwa mereka selalu merasa paling benar. Jadi, jika ada orang yang datang untuk minta diselesaikan permasalahannya, jangan mencari siapa yang benar dan siapa yang salah. Yang dibicarakan adalah bagaimana masalahnya bisa selesai. Ketika orang bertengkar datang kepada kita, harus diingat bahwa mereka masing-masing sebenarnya ada niat untuk berdamai. Kenapa mereka tidak bisa menyelesaikannya sendiri ? karena mereka biasanya gengsi atau malu untuk mengakui kekeliruannya. Jadi arahkan pembicaraan menuju penyelesaian bukan menjustifikasi salah satu pihak.

Ketiga, orang yang bertengkar biasanya di sebabkan oleh salah paham. Oleh karena itu coba meyakinkan kedua belah pihak bahwa masalahnya adalah karena salah paham. Informasi yang tidak diterima atau di terima baru setengahnya atau salah menerjemahkan informasinya. Kalau salah menterjemahkan informasi, atau salah dalam merespon biasanya ada pihak ketiga yang terlibat. Mereka ini biasanya melebih-lebihkan sehingga jadi hasutan. Nah, kalau masalahnya karena salah paham, cobalah untuk meyakinkan keduanya bahwa maksudnya tidak seperti itu. Kalimat, “Sebenarnya, maksud bapak A tidak seperti itu“ biasanya emosi meredakan pihak lain.

Keempat, jangan mau menyelesaikan masalah atau mengatasi permasalahan ketika salah seorang atau keduanya dalam keadaan mabuk. Biasanya kalau ada yang ribut orang mabuk, pasti di suruh pulang dahulu, baru besok harinya ketika sadar datang lagi ke rumah. Kadangkala besoknya yang bertengkar tidak jadi datang ke rumah karena setelah sadar dari mabuknya menjadi malu. Kata Ayah kalau bicara sama orang mabuk sama saja bicara dengan orang gila. Tidak sadar apa yang diucapkan atau dilakukannya.


Sabar

Ayah orang yang sangat sabar, ini yang paling dirasakan oleh kami. Sebenarnya bukan hanya keluarga saja yang merasa demikian tetapi juga teman-teman serta tetangga lainnya. Seringkali Ayah dihujat diperlakukan tidak baik bahkan di fitnah. Tapi apa kata Ayah, “Biarin aja, nanti Allah akan ngebuktiin” atau “Biarin aja, orang-orang juga tahu dan menilai siapa yang salah” bahkan pernah “Sudah biarin aja, nanti Allah yang akan membalasnya”. Nah kalau yang terakhir ini biasanya untuk permasalahan yang berat. Mungkin ada perasaannya yang tersinggung sehingga terucap seperti tadi. Biasanya, kalau ada masalah seperti itu endingnya Ayah selalu menang secara psikologis. Artinya, justru mereka yang berbuat tidak baik akan mendapat tekanan dari orang-orang yang simpati dengan kesabaran Ayah. Prinsip kesabaran versi Ayah adalah, kalau kamu pernah mendengar kalimat ‘sabar itu ada batasnya’, itu salah besar. Yang benar adalah ‘Sabar itu tidak ada batasnya. Sabar ya sabar’ katanya menasihati kami. Beliau mencontohkan bagaimana kesabaran Nabi Muhammad SAW ketika mendapat tekanan saat mulai berdakwah. Juga sbar yang dicontohkan oleh Nabi Ayub A.s. ketika mendapatkan ujian yang bertubi-tubi dari Allah SWT. Subhanallah.

Demikianlah beberapa nilai yang bisa kami ambil dari kehidupan orang tua dalam berkeluarga. Sekarang mereka sudah tua. Ayah seperti anak-anak lagi, kadangkala saat kami berkunjung ada saja laporan dari Ibu. Ayah sekarang bawel, suka marah-marah, dan lain-lain. Biasanya saya hanya tertawa, dan sambil menciumi Ibu, saya bisikkan “Sabar ya Bu, dulu Ibu sangat sabar masak sekarang jadi nggak sabar sama Ayah”. Biasanya Ibu akan tersenyum mendengarnya.

“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku dan kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”