Cibinong, 02 Oktober 2009
Kadang kita kesal dan marah dengan kelakuan anak-anak sendiri. Kemarahan terhadap anak bisa saja terlampiaskan dengan hukuman fisik. Namun ada lagi sebagian orang tua yang memaki anak-anaknya dengan ucapan kasar dan tidak pantas. Ibuku mengajarkan, jangan sekali-kali memarahi anak-anak dengan kata-kata kasar. Maklum orang Betawi, sering terdengar anaknya sendiri di marahi dengan kata-kata, dasar bodoh !, mampus luh !, anggota kebun binatang, syaitan dan teman-temanya, bahkan ungkapan penyesalan karena telah melahirkan anak yang dimarahinya.
Astaghfirullah !
Hindarilah ungkapan kasar kepada anak-anak. Bagaimanapun juga kita adalah orang tuanya yang memiliki tanggung jawab dunia dan akhirat bagi anak-anak kita. Takutlah kalau ungkapan kemarahan kita akan menjadi doa dari orang tua kepada anaknya. Banyak sekali contoh yang dapat kita saksikan dalam kehidupan orang-orang yang kita kenal. Ada seorang bapak yang hidupnya susah. Setiap usaha selalu gagal, kerjapun tidak pernah beres. Akhirnya hidupnya seperti tidak berguna sementara ia memiliki tanggung jawab terhadap keluarga. Setelah ditelusuri rupanya ketika kecil dulu ibunya selalu memakinya dengan kata-kata “Mampus aja luh !”. Untuk setiap kenakalan yang diperbuat makian tersebut seperti sudah menjadi makanannya. Akhirnya, bukan raganya yang mati tapi akalnya yang mati.
Naudzubillahi min zaalik !
Sementara ada seorang teman yang masa kecilnya sangat bandel. Namun dengan kesabaran dan nasihat orang tua yang tidak pernah putus, ketika dewasa ia menjadi seorang anak yang baik dan berbakti kepada orang tuanya. Saya pernah mendengar dari speaker saat pengajian ibu-ibu, kalau anak kita berbuat nakal, tegurlah dengan kata-kata yang halus, “Aduh anak soleh, bageur (baik), pinter... jangan begitu lagi ya...”.
Subhanallah !
Untuk ibuku dan istriku.
Kadang kita kesal dan marah dengan kelakuan anak-anak sendiri. Kemarahan terhadap anak bisa saja terlampiaskan dengan hukuman fisik. Namun ada lagi sebagian orang tua yang memaki anak-anaknya dengan ucapan kasar dan tidak pantas. Ibuku mengajarkan, jangan sekali-kali memarahi anak-anak dengan kata-kata kasar. Maklum orang Betawi, sering terdengar anaknya sendiri di marahi dengan kata-kata, dasar bodoh !, mampus luh !, anggota kebun binatang, syaitan dan teman-temanya, bahkan ungkapan penyesalan karena telah melahirkan anak yang dimarahinya.
Astaghfirullah !
Hindarilah ungkapan kasar kepada anak-anak. Bagaimanapun juga kita adalah orang tuanya yang memiliki tanggung jawab dunia dan akhirat bagi anak-anak kita. Takutlah kalau ungkapan kemarahan kita akan menjadi doa dari orang tua kepada anaknya. Banyak sekali contoh yang dapat kita saksikan dalam kehidupan orang-orang yang kita kenal. Ada seorang bapak yang hidupnya susah. Setiap usaha selalu gagal, kerjapun tidak pernah beres. Akhirnya hidupnya seperti tidak berguna sementara ia memiliki tanggung jawab terhadap keluarga. Setelah ditelusuri rupanya ketika kecil dulu ibunya selalu memakinya dengan kata-kata “Mampus aja luh !”. Untuk setiap kenakalan yang diperbuat makian tersebut seperti sudah menjadi makanannya. Akhirnya, bukan raganya yang mati tapi akalnya yang mati.
Naudzubillahi min zaalik !
Sementara ada seorang teman yang masa kecilnya sangat bandel. Namun dengan kesabaran dan nasihat orang tua yang tidak pernah putus, ketika dewasa ia menjadi seorang anak yang baik dan berbakti kepada orang tuanya. Saya pernah mendengar dari speaker saat pengajian ibu-ibu, kalau anak kita berbuat nakal, tegurlah dengan kata-kata yang halus, “Aduh anak soleh, bageur (baik), pinter... jangan begitu lagi ya...”.
Subhanallah !
Untuk ibuku dan istriku.
No comments:
Post a Comment