Cibinong, 02 Oktober 2009
Bijaksana menurut hemat saya adalah proses kematangan dalam berpikir, merencanakan dan berbuat sesuatu hal. Perlu melalui proses untuk menjadi seorang yang bijaksana. Proses tersebut ditempuh berdasarkan pengalaman dan belajar. Hanya sebagian kecil orang yang memiliki bakat atau kemampuan untuk menjadi bijaksana tanpa melalui proses tersebut.
Bijaksana memang identik dengan kemampuan yang dimiliki oleh orang yang sudah tua dan berumur. Padahal tidak jarang kita menemukan kebijaksanaan dapat ditunjukkan oleh anak-anak dan remaja.
Kebijaksanaan sangat ditentukan pula oleh faktor emosi seseorang. Orang yang dapat mengontrol emosinya biasanya akan lebih bijaksana. Orang tua yang telah mengalami berbagai pengalaman hidup biasanya akan dapat mengontrol kondisi emosinya. Dengan begitu ia akan menjadi lebih bijaksana.
Ayah saya mengajarkan, untuk menyelesaikan sebuah sengketa jangan mencari yang benar atau yang salah. Arahkan kedua belah pihak bahwa kedatangan mereka untuk meminta pendapat (kebijaksanaan) kita adalah atas dasar niat baik kedua pihak untuk berdamai dan mengakhiri konflik. Jadi bijaksana juga bukan berarti adil atau proses justifikasi dimana salah satu pihak akan menjadi pihak yang benar sementara pihak lain adalah pihak yang salah.
Menjadi seorang pemimpin perlu memiliki kebijaksanaan agar orang yang dipimpin mau mengikuti perintah dan mencapai tujuan yang dikehendaki. Seorang anak laki-laki suatu saat akan menjadi seorang pemimpin dalam rumah tangganya. Sehingga setiap laki-laki pasti ingin menjadi seorang yang bijaksana.
Untuk menjadi bijaksana tanpa menunggu usia tua dapat diperoleh dengan belajar dari pengalaman orang yang lebih tua. Jadi siapapun bisa menjadi bijaksana jika mau belajar. Karena kebijaksanaan sangat dibutuhkan oleh seorang pemimpin dan setiap manusia adalah pemimpin bagi dirinya sendiri.
Terima kasih untuk Ayah tercinta.
No comments:
Post a Comment