Friday, October 2, 2009

Orang Bodoh yang Sok Pinter


Sekarang banyak sekali orang bodoh yang sok pinter. Punya sedikit ilmu tapi gaya-gayaan ikut berbicara dan memberikan pendapatnya di depan publik. Padahal bukan kapasitas dan bidangnya untuk memberikan pendapat. Hal seperti ini biasanya hanya akan memperkeruh suasana dan membuat resah masyarakat. Mungkin saya juga termasuk di dalamnya. Sebenarnya ada trik atau cara agar kita bisa terlihat lebih cerdas. Dengan keterbatasan kemampuan yang ada, namun ingin terlihat cerdas. Bagaimana caranya ? sebenarnya untuk terlihat cerdas (walaupun sebenarnya bodoh) caranya gampang sekali. Jadilah pendengar yang baik. Syarat utama untuk menjadi pendengar yang baik juga gampang, anda tidak tuli. Karena kalau anda tuli alias budeg atau bolot, gugurlah syarat lain untuk menjadi pendengar yang baik.

Menjadi pendengar yang baik sebenarnya mudah saja (asal syarat tidak tuli seperti di atas terpenuhi), pertama anda jangan ngantukan. Makanya jika anda ingin berdiskusi atau membicarakan sesuatu hal, jangan lupa sediakan kopi dan rokok (jika anda perokok). Dijamin selama diskusi atau komunikasi berlangsung anda tidak akan tertidur. Karena dalam ilmu komunikasi, syarat komunikasi yang efektif adalah adanya informasi yang ingin disampaikan, ada komunikator (orang yang menyampaikan informasi) dan ada komunikan (orang yang menerima informasi). Jadi jika informasi sudah ada, komunikatornya sudah siap, tapi komunikannya tertidur repot jadinya. Istilah anak sekarang “Ngomong sama ember”.

Syarat kedua menjadi pendengar yang baik adalah anda mengerti secara verbal apa yang disampaikan oleh teman bicara anda. Hal ini sangat penting karena informasi yang disampaikan bisa salah tangkap dan akibatnya bisa fatal. Misalnya, orang Sunda minta diambilkan tang kepada temannya orang dari Jawa. Mas, tolong cokot Tang nya” Orang Sunda berbicara dengan bahasa Sunda sementara orang Jawa tidak mengerti bahasa Sunda. Akibatnya mereka bisa berkelahi, karena orang Jawa akan merasa tersinggung kepada rekannya yang dari Sunda. Contoh lain anda berbicara dengan klien dari Amerika sementara anda tidak mengerti berbahasa Inggris. Jadi syarat menjadi pendengar yang baik adalah jika kedua belah pihak mengerti secara verbal apa yang diucapkan oleh lawan bicaranya.

Syarat ketiga adalah anda harus menunjukkan empati anda terhadap lawan bicara. Jangan cuek atau selengean, bisa-bisa anda ditingal pergi oleh teman bicara anda. Masih untung kalau hanya ditingal pergi, bisa-bisa anda ditajong (bahasa Sunda). Memberikan empati kepada lawan bicara anda adalah dengan cara menunjukkan rasa ketertarikan terhadap topik yang dibicarakan. Bahkan jika perlu anda dapat menunjukkan rasa kepedulian terhadap masalah (jika sedang curhat) yang dibicarakan lawan bicara. Dengan menunjukan sikap empati otomatis lawan bicara anda akan merasa senang. Secara psikologis ia akan memberikan informasi yang lengkap dan akurat. Bagi anda yang menerima informasi otomatis juga akan berpengaruh, fikiran anda akan terbuka untuk menerima informasi. Kesalahan utama yang menyebabkan informasi tidak bisa diterima adalah kebanyakan orang yang menerima informasi menutup diri dan hatinya untuk menerima informasi yang akan disampaikan. Akibatnya akan muncul salah paham dan komunikasi menjadi tidak efektif. Terjadi debat kusir yang tidak jelas ujung pangkalnya. Informasinya A tapi yang ditanyakan Z, nggak nyambung. Jaka Sembung bawa Golok, Nggak nyambung g****k.

Untuk menjadi pendengar yang baik selain ketiga syarat di atas adalah anda jangan takut bertanya atau memberi saran (pendapat). Tanyakan sesuatu yang anda tidak mengerti dari topik yang dibicarakan. Ini juga terkait dengan syarat ketiga, berempati terhadap lawan bicara. Tapi jangan bertanya yang tidak ada hubungannya dengan topik yang dibicarakan. Jangan teman anda bercerita masalah politik anda malah bertanya tentang bagaimana kabar pacarnya atau sekolahnya. Ujung-ujungnya jadi ngerumpi yang tidak jelas.

Jika anda sudah menerima informasi yang disampaikan oleh lawan bicara secara lengkap dan jelas, serta mengerti permasalahan yang dibicarakan, jangan segan-segan untuk memberikan saran atau pendapat anda secara pribadi. Pendapat pribadi adalah murni dari diri anda setelah menilai informasi yang disampaikan. Kalimat yang tepat untuk ini adalah, “Kalau menurut pendapat pribadi saya.........” atau “Saran saya secara pribadi adalah...”. Jangan anda mengkonfrontir (diadu, maksudnya seperti inilah) dengan pendapat orang lain. Jika anda menyampaikan pendapat orang lain, respon dari lawan bicara anda akan berbeda. Misalnya, “Menurut pendapat Bapak Anu, seperti ini .....” atau “Saran dari Bapak itu katanya begini.....”, apalagi hindari kalimat “Kata Si A begini.... kata Si B begini ....”. Hasilnya akan seperti di atas tadi, akan terjadi debat kusir atau malah jadi ngerumpi membicarakan orang lain.

Jika syarat menjadi pendengar yang baik sudah terpenuhi maka anda akan memperoleh informasi yang utuh, informasi yang lengkap. Bertanya dan memberikan saran adalah pelengkap agar komunikasi menjadi menarik dan membosankan. Jika komunikasi sudah dibangun atas kondisi seperti itu maka anda akan mengerti dan terlihat lebih pintar.

Bagi orang bodoh seperti saya ini, agar bisa terlihat lebih pintar sedikit adalah dengan cara menjadi pendengar yang baik. Jangan coba-coba anda mengemukakan pendapat anda tanpa anda mengerti masalah yang dibicarakan sebelumnya. Jika anda lakukan artinya anda sedang menunjukkan kebodohan anda dihadapan lawan bicara anda atau di depan publik. Hati-hatilah karena ada istilah, mulutmu harimaumu.

Jakarta, 07 September 2009

Orang Sok Pinter Menulis

No comments: