Cibinong, 15 Mei 2009
Waktu ke Jonggol Sabtu kemarin, 09 Mei 2009, sengaja saya mengajak Radja. Sebelum berangkat saya memintanya agar jangan rewel karena medannya berat. Rupanya, perjalanan ke sana banyak sekali hambatannya. Sejak naik truknya, perjalanan ke atas yang jalannya rusak berat membuat kami seperti di kocok-kocok di atas truk. Raja sempat ketakutan, waktu ia saya suruh duduk disamping supir. Mungkin karena melihat jalannya yang rusak dan menanjak disertai deru mesin truk yang terdengar menjerit kelelahan. Akhirnya Radja ikut duduk dibelakang truk. Ikut terguncang-guncang dan lecet-lecet kena pinggiran bak truk. Walaupun saya sendiri pegal-pegal, capek, dan sedikit ngeri tapi saya mencoba untuk membuat agar terlihat mengasyikkan. Tujuannya agar Radja tidak stres dan ketakutan. Kami tertawa-tawa, padahal badan ini sakit semua. Ngeri juga sih melihat kondisi jalan yang rusak, apalagi melewati tebing, takut truknya terbalik. Yah, mungkin kalau jadi pelajaran juga buat saya, untuk membuat suasananya terlihat mengasyikan dan menantang saya selalu tertawa. [Huhhh.... padahal sakitnya badan ini...]
Sewaktu tiba di atas akhirnya truk tersebut menyerah, karena tidak bisa melawati rintangan lumpur. Radja melompat dari truk dan memilih jalan kaki sendiri. Akhirnya, setelah truk tidak bisa naik lagi saya ikut menyusul Radja yang sedang jalan sendirian. Akhirnya setengah kilometer kami sampai juga di lokasi. Radja langsung bereksplorasi dengan lingkungan sekitarnya.
Ketika masuk ke dalam semak-semak dengan beraninya dia menerobos semak tanpa mempertimbangkan kemungkinan ada ular atau hewan berbahaya lainnya. Saya melarangnya agar jangan terburu-buru dan lebih hati-hati.
Kemudian dia mengatakan, "Pah, aku mendingan jalan di depan aja, soalnya kalau aku di depan, Papa kan bisa ngawasin aku. Aku jadinya aman Pah...".
Oh, rupanya selama perjalanan yang berat tersebut selama ada Papanya, dia merasa aman dan nyaman. Ternyata keberanian Radja yang saya lihat di sana muncul karena dia merasa aman dan nyaman karena selalu berada dalam pengawasan saya. Ternyata sangat luar biasa sekali menjadi seorang ayah dalam memberikan pengaruh bagi anaknya. Ketergantungan mereka terhadap kita membuat kita merasa bertanggung jawab.
Waktu ke Jonggol Sabtu kemarin, 09 Mei 2009, sengaja saya mengajak Radja. Sebelum berangkat saya memintanya agar jangan rewel karena medannya berat. Rupanya, perjalanan ke sana banyak sekali hambatannya. Sejak naik truknya, perjalanan ke atas yang jalannya rusak berat membuat kami seperti di kocok-kocok di atas truk. Raja sempat ketakutan, waktu ia saya suruh duduk disamping supir. Mungkin karena melihat jalannya yang rusak dan menanjak disertai deru mesin truk yang terdengar menjerit kelelahan. Akhirnya Radja ikut duduk dibelakang truk. Ikut terguncang-guncang dan lecet-lecet kena pinggiran bak truk. Walaupun saya sendiri pegal-pegal, capek, dan sedikit ngeri tapi saya mencoba untuk membuat agar terlihat mengasyikkan. Tujuannya agar Radja tidak stres dan ketakutan. Kami tertawa-tawa, padahal badan ini sakit semua. Ngeri juga sih melihat kondisi jalan yang rusak, apalagi melewati tebing, takut truknya terbalik. Yah, mungkin kalau jadi pelajaran juga buat saya, untuk membuat suasananya terlihat mengasyikan dan menantang saya selalu tertawa. [Huhhh.... padahal sakitnya badan ini...]
Sewaktu tiba di atas akhirnya truk tersebut menyerah, karena tidak bisa melawati rintangan lumpur. Radja melompat dari truk dan memilih jalan kaki sendiri. Akhirnya, setelah truk tidak bisa naik lagi saya ikut menyusul Radja yang sedang jalan sendirian. Akhirnya setengah kilometer kami sampai juga di lokasi. Radja langsung bereksplorasi dengan lingkungan sekitarnya.
Ketika masuk ke dalam semak-semak dengan beraninya dia menerobos semak tanpa mempertimbangkan kemungkinan ada ular atau hewan berbahaya lainnya. Saya melarangnya agar jangan terburu-buru dan lebih hati-hati.
Kemudian dia mengatakan, "Pah, aku mendingan jalan di depan aja, soalnya kalau aku di depan, Papa kan bisa ngawasin aku. Aku jadinya aman Pah...".
Oh, rupanya selama perjalanan yang berat tersebut selama ada Papanya, dia merasa aman dan nyaman. Ternyata keberanian Radja yang saya lihat di sana muncul karena dia merasa aman dan nyaman karena selalu berada dalam pengawasan saya. Ternyata sangat luar biasa sekali menjadi seorang ayah dalam memberikan pengaruh bagi anaknya. Ketergantungan mereka terhadap kita membuat kita merasa bertanggung jawab.
No comments:
Post a Comment