Jum'at 29 Mei 2009
Pernahkah kita berpikir bahwa hari ini akan berbeda dengan hari kemarin dan hari esok akan berbeda dengan hari ini. Pernahkan kita berusaha agar hari ini lebih bermanfaat daripada hari kemarin dan hari esok akan berusaha lebih baik daripada hari ini ?.
Saya teringat pada sebuat hadist yang menceritakan ketika Rasulullah SAW melintasi sebuah kota, kemudian beliau mengajukan sebuah pertanyaan kepada penduduk kota tersebut ;
“apakah kalian tahu apa artinya untung, rugi, dan bangkrut?” Sungguh, itu pertanyaan gampang. Sehingga setiap orang bisa menjawabnya dengan mudah. Namun, tak satupun dari jawaban itu yang memuaskan sang utusan. Lalu dia berkata “Orang-orang yang beruntung adalah mereka yang dihari ini, lebih baik dari hari kemarin. Mereka yang tidak lebih baik dari hari kemarin, adalah orang-orang yang merugi. Sedangkan jika dihari ini dirinya lebih buruk dari hari kemarin, maka mereka adalah orang-orang yang bangkrut.”
Bagaimana ? apa pilihan kita ? mau menjadi orang yang beruntung, orang yang merugi atau orang yang bangkrut ?
Jika hari ini kita bisa berbuat baik, kerjakanlah kebaikan tersebut walau kecil nilainya. Karena hari ini tidak akan sama dengan hari kemarin. Sekecil apapun kesempatan untuk berbuat sebuah kebajikan yang datang kepada kita, tunaikan. Saya pernah mendengar seorang teman yang marah-marah kepada seorang pengemis dan setelahnya mengatakan, orang itu (si pengemis) masih muda, masih sanggup dia kerja untuk cari uang. Dasar pemalas kerjanya hanya meminta-minta. Kok, dalam hati saya ada yang aneh dengan pernyataannya. Walaupun terlihat jika pernyataannya benar, namun saya malah berpikir sebaliknya. Pengemis tersebut, yang datang entah dari mana, sebenarnya mengajak kita bertransaksi dengan Allah SWT. Maukah kita berdagang dengan Allah SWT. Bukankan salah satu perniagaan yang paling menguntungkan adalah perniagaan di jalan Allah SWT. Dan perniagaan tersebut adalah dengan bersedekah di jalan Allah SWT. Jadi saya malah berpikir, bukankan bukan tidak mungkin kalau pengemis yang dimarahi oleh teman tersebut merupakan agen pemasaran (marketing agent) yang Allah SWT kirimkan kepada kita. Maukah kita membeli produknya ? Minimal jika tidak memiliki uang kita tidak perlu memakinya.
Allah SWT berfirman :
” Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula ” (QS 99:7-8)
Nabi SAW bersabda:
”Sungguh menakjubkan segala urusan orang mukmin, seluruhnya baik, yang itu tidak terjadi kecuali pada diri orang mukmin. Jika ia mendapatkan kenikmatan lalu bersyukur maka itu baik baginya, jika tertimpa musibah lalu bersabar maka itu juga baik baginya.”(HR. Muslim)
Hari ini akan berbeda dengan hari kemarin. Kesalahan yang kita perbuat hari ini akan tercatat dan menjadi kerugian bagi kita pada hari ini. Perbuatan dosa yang kita lakukan kepada Allah SWT akan dihapuskan apabila kita beristighfar dan bertobat. Percayalah karena Allah SWT maha pemberi ampunan. Tapi bagaimana dengan dosa kepada sesama manusia ? Jika kita dengan lapang dada datang meminta maaf kepadanya kemudian orang kita zalimi dengan ikhlas memaafkan, mungkin selesai urusannya. Tetapi bagaimana dengan dosa yang tidak kita sadari ? bukankan tidak mungkin ada ucapan atau perbuatan kita yang menyakiti hati orang lain. Dan bagaimana pula jika orang yang kita zalimi telah meninggal dunia ?
Ada sebuah kisah dimana Rasulullah SAW menyebutkan nama seorang ahli surga yang membuat penasaran semua sahabat. Dengan rasa penasaran, salah seorang sahabat mengunjungi dan mencari tahu apa yang dikerjakannya sampai-sampai Rasulullah SAW berkata seperti itu. Setelah bertanya ini itu, ternyata yang dilakukan orang tersebut sama saja seperti yang dikerjakan sahabat yang lain. Sampai akhirnya dia berkata bahwa setiap malam ia mengerjakan sebuah amalan. Setiap hari ketika dia hendak berangkat tidur, selalu minta ampunan atas dosa-dosanya kepada Allah SWT dan dosa-dosanya kepada orang lain.
Saya mempunyai teman, Dia bercerita bahwa kesalahan kedua orangtuanya menyebabkan seluruh hidup dan keluarganya berantakan. Semua keindahan masa kecil yang awalnya indah menjadi sirna manakala prahara rumah tangga menimpa kedua orangtuanya. Keluarga tercerai berai, seluruh cita-citanya musnah, tanpa bimbingan akhirnya semua salah mengambil jalan. Kesalahan tersebut bertahun-tahun ditimpakan kepada kedua orangtuanya. Bahkan salah seorang kakaknya sampai berbuat durhaka kepada bapaknya sendiri. Rasanya, ingin dia mengulangi hidup ini dari awal dan mencegah jangan sampai orangtuanya bercerai. Seringkali ia berpikir seandainya dia tidak dibesarkan ditengah keluarga yang kacau balau tersebut. Tapi semuanya sudah terjadi, nasi sudah menjadi bubur. Sampai akhirnya dia menjadi trauma ketika akan mengambil keputusan untuk menikah. Saya hanya bisa menasihati, berhenti menyalahkan orangtuanya, mulai dengan lembaran baru. Dimulai dengan rumah tangga yang akan dibinanya. Jadikan semua pengalaman pahit tersebut pelajaran yang sangat berharga dan jangan mengulanginya. Hidup adalah hari esok, luka kemarin jadikan pelajaran.
Semua kegiatan, perbuatan, pekerjaan, ucapan dan amal kita hari ini akan menjadi masa lalu yang tak akan dapat diulang kembali. Jadi berusahalah untuk berbuat yang terbaik hari ini. Bersyukurlah atas nikmat yang diberikan sepanjang hari ini. Karena dosa dan kesalahan pada hari ini akan menjadi tinta hitam dalam cerita masa lalu kita nanti. Jangan sampai suatu hari nanti anak cucu kita menyalahkan tindakan dan perbuatan kita yang salah pada hari ini. Jangan sampai nasi telah berubah menjadi bubur.
Wassalam
Imron Rosyadi
Pernahkah kita berpikir bahwa hari ini akan berbeda dengan hari kemarin dan hari esok akan berbeda dengan hari ini. Pernahkan kita berusaha agar hari ini lebih bermanfaat daripada hari kemarin dan hari esok akan berusaha lebih baik daripada hari ini ?.
Saya teringat pada sebuat hadist yang menceritakan ketika Rasulullah SAW melintasi sebuah kota, kemudian beliau mengajukan sebuah pertanyaan kepada penduduk kota tersebut ;
“apakah kalian tahu apa artinya untung, rugi, dan bangkrut?” Sungguh, itu pertanyaan gampang. Sehingga setiap orang bisa menjawabnya dengan mudah. Namun, tak satupun dari jawaban itu yang memuaskan sang utusan. Lalu dia berkata “Orang-orang yang beruntung adalah mereka yang dihari ini, lebih baik dari hari kemarin. Mereka yang tidak lebih baik dari hari kemarin, adalah orang-orang yang merugi. Sedangkan jika dihari ini dirinya lebih buruk dari hari kemarin, maka mereka adalah orang-orang yang bangkrut.”
Bagaimana ? apa pilihan kita ? mau menjadi orang yang beruntung, orang yang merugi atau orang yang bangkrut ?
Jika hari ini kita bisa berbuat baik, kerjakanlah kebaikan tersebut walau kecil nilainya. Karena hari ini tidak akan sama dengan hari kemarin. Sekecil apapun kesempatan untuk berbuat sebuah kebajikan yang datang kepada kita, tunaikan. Saya pernah mendengar seorang teman yang marah-marah kepada seorang pengemis dan setelahnya mengatakan, orang itu (si pengemis) masih muda, masih sanggup dia kerja untuk cari uang. Dasar pemalas kerjanya hanya meminta-minta. Kok, dalam hati saya ada yang aneh dengan pernyataannya. Walaupun terlihat jika pernyataannya benar, namun saya malah berpikir sebaliknya. Pengemis tersebut, yang datang entah dari mana, sebenarnya mengajak kita bertransaksi dengan Allah SWT. Maukah kita berdagang dengan Allah SWT. Bukankan salah satu perniagaan yang paling menguntungkan adalah perniagaan di jalan Allah SWT. Dan perniagaan tersebut adalah dengan bersedekah di jalan Allah SWT. Jadi saya malah berpikir, bukankan bukan tidak mungkin kalau pengemis yang dimarahi oleh teman tersebut merupakan agen pemasaran (marketing agent) yang Allah SWT kirimkan kepada kita. Maukah kita membeli produknya ? Minimal jika tidak memiliki uang kita tidak perlu memakinya.
Allah SWT berfirman :
” Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula ” (QS 99:7-8)
” Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah “MELIPAT GANDAKAN” (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. ” (QS 2:261)
Bersyukurlah atas kenikmatan hari ini. Bukankah Allah SWT akan menambah kenikmatan kepada kita jika kita selalu mensyukuri segala kenikmatan yang diberikan.Nabi SAW bersabda:
”Sungguh menakjubkan segala urusan orang mukmin, seluruhnya baik, yang itu tidak terjadi kecuali pada diri orang mukmin. Jika ia mendapatkan kenikmatan lalu bersyukur maka itu baik baginya, jika tertimpa musibah lalu bersabar maka itu juga baik baginya.”(HR. Muslim)
Hari ini akan berbeda dengan hari kemarin. Kesalahan yang kita perbuat hari ini akan tercatat dan menjadi kerugian bagi kita pada hari ini. Perbuatan dosa yang kita lakukan kepada Allah SWT akan dihapuskan apabila kita beristighfar dan bertobat. Percayalah karena Allah SWT maha pemberi ampunan. Tapi bagaimana dengan dosa kepada sesama manusia ? Jika kita dengan lapang dada datang meminta maaf kepadanya kemudian orang kita zalimi dengan ikhlas memaafkan, mungkin selesai urusannya. Tetapi bagaimana dengan dosa yang tidak kita sadari ? bukankan tidak mungkin ada ucapan atau perbuatan kita yang menyakiti hati orang lain. Dan bagaimana pula jika orang yang kita zalimi telah meninggal dunia ?
Ada sebuah kisah dimana Rasulullah SAW menyebutkan nama seorang ahli surga yang membuat penasaran semua sahabat. Dengan rasa penasaran, salah seorang sahabat mengunjungi dan mencari tahu apa yang dikerjakannya sampai-sampai Rasulullah SAW berkata seperti itu. Setelah bertanya ini itu, ternyata yang dilakukan orang tersebut sama saja seperti yang dikerjakan sahabat yang lain. Sampai akhirnya dia berkata bahwa setiap malam ia mengerjakan sebuah amalan. Setiap hari ketika dia hendak berangkat tidur, selalu minta ampunan atas dosa-dosanya kepada Allah SWT dan dosa-dosanya kepada orang lain.
Saya mempunyai teman, Dia bercerita bahwa kesalahan kedua orangtuanya menyebabkan seluruh hidup dan keluarganya berantakan. Semua keindahan masa kecil yang awalnya indah menjadi sirna manakala prahara rumah tangga menimpa kedua orangtuanya. Keluarga tercerai berai, seluruh cita-citanya musnah, tanpa bimbingan akhirnya semua salah mengambil jalan. Kesalahan tersebut bertahun-tahun ditimpakan kepada kedua orangtuanya. Bahkan salah seorang kakaknya sampai berbuat durhaka kepada bapaknya sendiri. Rasanya, ingin dia mengulangi hidup ini dari awal dan mencegah jangan sampai orangtuanya bercerai. Seringkali ia berpikir seandainya dia tidak dibesarkan ditengah keluarga yang kacau balau tersebut. Tapi semuanya sudah terjadi, nasi sudah menjadi bubur. Sampai akhirnya dia menjadi trauma ketika akan mengambil keputusan untuk menikah. Saya hanya bisa menasihati, berhenti menyalahkan orangtuanya, mulai dengan lembaran baru. Dimulai dengan rumah tangga yang akan dibinanya. Jadikan semua pengalaman pahit tersebut pelajaran yang sangat berharga dan jangan mengulanginya. Hidup adalah hari esok, luka kemarin jadikan pelajaran.
Semua kegiatan, perbuatan, pekerjaan, ucapan dan amal kita hari ini akan menjadi masa lalu yang tak akan dapat diulang kembali. Jadi berusahalah untuk berbuat yang terbaik hari ini. Bersyukurlah atas nikmat yang diberikan sepanjang hari ini. Karena dosa dan kesalahan pada hari ini akan menjadi tinta hitam dalam cerita masa lalu kita nanti. Jangan sampai suatu hari nanti anak cucu kita menyalahkan tindakan dan perbuatan kita yang salah pada hari ini. Jangan sampai nasi telah berubah menjadi bubur.
Wassalam
Imron Rosyadi
No comments:
Post a Comment