Sunday, May 10, 2009

Pindahan Tukul ke Jonggol

Jonggol, Sabtu 09 Mei 2009

Hari pindahan Tukul ke puncak bukit di Jonggol. Walaupun agak molor waktunya (kami janjinya pindahan bulan April kemarin) namun akhirnya jadi juga Tukul dan keluarga boyongan ke Jonggol.
Saya, Radja dan Heriman ikut mengantar proses pindahan. Kami berangkat dari Mc Donald Cibubur pukul 8.30 WIB. Perjalanan dari Cibubur ke lokasi terhitung lancar tanpa hambatan. Tiba di lokasi (dibawah, tempat biasa parkir) sekitar pukul 10.15 WIB. Setelah berhenti sebentar, kami menanyakan apakah truk yang membawa barang pindahan bisa naik ke lokasi Nyalindung. Warga yang kami tanyakan menyarankan agar berangkatnya ditunda sekitar jam 2 siang saja mengingat semalam hujan sehingga jalan masih becek dan licin. Wah, untuk menunggu hingga jam 2 siang lumayan lama juga nih. Kemudian datang Opal dan Pak Ade, setelah mempertimbangkan kondisi jalan akhirnya diputuskan untuk berangkat saat itu juga.
Jarak yang kami tempuh ke lokasi sebenarnya terhitung dekat, hanya 4 km. Namun kondisi jalan yang rusak, licin dan menanjak membuat perjuangan ke lokasi menjadi sangat berat.
Benar saja, baru sekitar 100 m perjalanan, mobil truk sudah tertahan di tanjakan licin. Mobil tidak bisa naik karena selip ban. Atas saran Pak Sulaeman (Babinsa Ds Pabuaran), akhirnya kami menarik truk tersebut dengan tambang. Setelah ditarik tidak berhasil juga karena tanahnya sangat licin, akhirnya sepanjang jalur ban ditaburi sekam agar ban dapat menapak lebih kuat di tanah. Bayangkan, Saya, Tukul, Heriman dan Pak Ardi (yang akhirnya saya tahu kalau usianya sudah 84 tahun !) menarik truk yang penuh barang. Kayak Debus !!!
Beberapa kali truk mengalami slip ban di jalan yang licin dan curam, beberapa kali pula kami mencoba kedigdayaan menarik truk tersebut.
Ujian bukan hanya itu saja, naik di belakang truk di jalan yang berbatu dan menanjak sangat sengsara. Badan sakit-sakit semua terbentur pinggir bak truk. Radja yang tadinya duduk di depan akhirnya ikut pindah ke belakang, karena takut melihat jalan. Wajahnya terlihat pucat takut truknya terbalik. Jangankan Radja, saya saja deg-degan juga, takut truknya terbalik katika melewati tebing. Tapi, saya sengaja tertawa senang agar Radja tidak panik. Padahal badan udah hancur-hancuran.
Akhirnya supir truknya menyerah juga ketika perjalanan sudah mendekati rumah Tukul. Di tanjakan depan lokasi lahan Bagus, truk tersebut slip kembali. Radja sudah 'bete' akhirnya saya suruh untuk jalan sendiri. Saya dan Heriman yang sudah nggak kuat akhirnya ikut jalan sama Radja ke lokasi rumahnya Tukul. Lumayan lah, setengah kilo lagi. Daripada naik truk terguncang-guncang. Barang-barang tukul akhirnya diturunkan di tempat itu. Untunglah akhirnya bantuan datang. Pak Adiman dan dua orang adiknya yang jalan kaki dari bawah ikut membantu mengangkut barang-barang. Orang kampung juga bolak-balik membantu mengangkut barang.
Rumah Tukul terlihat sudah cukup rapih, tinggal membenahi sedikit kamar mandinya. Airnya mengalir lewat selang yang diambil langsung dari sumber mata air. Radja sudah mulai mengeksplorasi wilayahnya, mencari mengumpulkan batu-batu buat main, keluar masuk semak sambil mengayun-ayunkan tongkat kayu yang ditemuinya. Apalagi Tukul bawa beberapa ekor Ayam, sepasang Entok dan seekor monyet yang diberi nama 'Omen'. Tambah betah saja dia di sana. Wah, asyik nih Pah, kayak si Bolang katanya.

(Bersambung)

No comments: