Jonggol, 14 Maret 2009
Sabtu ini Alhamdulillah perjalanan aman. Hujan tidak turun sehingga jalan bisa dilalui dengan mudah. Rencana untuk melihat proyek pembangunan rumah berjalan lancar. Walaupun rumah belum 100% selesai, namun dari penglihatan saya sudah ada perkembangan. Tinggal membuat dapur dan bagian depan. Sementara pemasangan bilik belum bisa dilakukan karena bilik yang dijual di pasar lebarnya kurang untuk menutupi dinding. Kang Jejen berinisiatif untuk memesan bilik yang memiliki lebar sesuai dengan lebar bangunan. Uang pembangunannya baru dibayar 80%, nanti kekurangnnya akan di berikan setelah rumah selesai.
Sementara proses penanaman pohon sengon juga sudah berjalan dengan lancar. Sudah hampir 9 500 batang pohon ditanami. Sekarang pengerjaannya sudah mencapai lahan milik Doni dan Sigit. Rencananya akan diteruskan ke lahan milik Agus dan Lisa. Untuk lahan milik Bapak Tarmizi, Mas Zuli dan Jupri belum dapat ditanami karena sedang digunakan untuk sawah huma milik penduduk. Pantauan saya di lapangan, sawah tersebut sudah mengeluarkan bulir-bulir padi. Perintah Pak Haji, begitu sawah selesai dipanen agar segera dibersihkan untuk ditanami pohon sengon.
Bagi rekan-rekan yang ingin mengurus sertifikat tanah tersebut dapat berkonsultasi langsung dengan Pak Haji Acep. Dari pembicaraan kemarin, status tanah milik kita sebagian adalah obyek sertifikat dan sebagian lagi adalah obyek kehutanan yang dapat disertifikasi. Prosesnya adalah dengan membuat surat keterangan lurah bahwa tanah tersebut merupakan milik masyarakat yang sudah dikelola puluhan tahun. Surat keterangan dari lurah tersebut dapat dijadikan dasar untuk meng-konversi status tanah. Biaya yang ditawarkan untuk membuat sertifikat adalah sebesar Rp. 2.000 per m2. Biaya tersebut diminta oleh Pejabat kehutanan yang bersedia mengurusnya. Dari jumlah tersebut Pak Haji belum menawarnya sehingga kemungkinan harga per meternya bisa lebih kecil.
Sementara proses pemindahan Thukul ke lokasi akan dilaksanakan setelah rumah selesai. Artinya sudah layak untuk dihuni. Untuk keamanan ada rencana mempekerjakan penduduk setempat yang di gaji setiap bulannya. Tugas keamanan selain untuk menjaga status tanah dari penyerobotan juga sebagai penjaga tanaman sengon agar tidak dicuri. Disamping itu keamanan akan menjadi penghubung antara kita dengan penduduk setempat. Biaya gaji kemanan sebaiknya diadakan rapat antara teman-teman semua.
Demikian informasi kunjungan ke Jonggol pada hari Sabtu tanggal 14 Maret 2009.
Foto pembangunan rumah
Foto Sumber Mata Air
Foto Lahan yang ditanami sengon
Foto jalan ke lahan
Foto Saung Penjaga
Sabtu ini Alhamdulillah perjalanan aman. Hujan tidak turun sehingga jalan bisa dilalui dengan mudah. Rencana untuk melihat proyek pembangunan rumah berjalan lancar. Walaupun rumah belum 100% selesai, namun dari penglihatan saya sudah ada perkembangan. Tinggal membuat dapur dan bagian depan. Sementara pemasangan bilik belum bisa dilakukan karena bilik yang dijual di pasar lebarnya kurang untuk menutupi dinding. Kang Jejen berinisiatif untuk memesan bilik yang memiliki lebar sesuai dengan lebar bangunan. Uang pembangunannya baru dibayar 80%, nanti kekurangnnya akan di berikan setelah rumah selesai.
Sementara proses penanaman pohon sengon juga sudah berjalan dengan lancar. Sudah hampir 9 500 batang pohon ditanami. Sekarang pengerjaannya sudah mencapai lahan milik Doni dan Sigit. Rencananya akan diteruskan ke lahan milik Agus dan Lisa. Untuk lahan milik Bapak Tarmizi, Mas Zuli dan Jupri belum dapat ditanami karena sedang digunakan untuk sawah huma milik penduduk. Pantauan saya di lapangan, sawah tersebut sudah mengeluarkan bulir-bulir padi. Perintah Pak Haji, begitu sawah selesai dipanen agar segera dibersihkan untuk ditanami pohon sengon.
Bagi rekan-rekan yang ingin mengurus sertifikat tanah tersebut dapat berkonsultasi langsung dengan Pak Haji Acep. Dari pembicaraan kemarin, status tanah milik kita sebagian adalah obyek sertifikat dan sebagian lagi adalah obyek kehutanan yang dapat disertifikasi. Prosesnya adalah dengan membuat surat keterangan lurah bahwa tanah tersebut merupakan milik masyarakat yang sudah dikelola puluhan tahun. Surat keterangan dari lurah tersebut dapat dijadikan dasar untuk meng-konversi status tanah. Biaya yang ditawarkan untuk membuat sertifikat adalah sebesar Rp. 2.000 per m2. Biaya tersebut diminta oleh Pejabat kehutanan yang bersedia mengurusnya. Dari jumlah tersebut Pak Haji belum menawarnya sehingga kemungkinan harga per meternya bisa lebih kecil.
Sementara proses pemindahan Thukul ke lokasi akan dilaksanakan setelah rumah selesai. Artinya sudah layak untuk dihuni. Untuk keamanan ada rencana mempekerjakan penduduk setempat yang di gaji setiap bulannya. Tugas keamanan selain untuk menjaga status tanah dari penyerobotan juga sebagai penjaga tanaman sengon agar tidak dicuri. Disamping itu keamanan akan menjadi penghubung antara kita dengan penduduk setempat. Biaya gaji kemanan sebaiknya diadakan rapat antara teman-teman semua.
Demikian informasi kunjungan ke Jonggol pada hari Sabtu tanggal 14 Maret 2009.
Foto pembangunan rumah
Foto Sumber Mata Air
Foto Lahan yang ditanami sengon
Foto jalan ke lahan
Foto Saung Penjaga
2 comments:
jangan lupa beliin thukul 'gitar' biar banyak ciptain lagu....
he...he...
Beres Boss.... kali aja bisa sukses jadi pencipta lagu.
Ente kalo' mau kabur juga gampang.... hahaha...
Post a Comment