Tuesday, October 14, 2008

BALADA MAHASISWA STAN

Menjadi mahasiswa STAN merupakan sebuah kebanggan, terutama bagi mahasiswa yang berasal dari daerah. Sehingga untuk dapat masuk STAN mereka harus belajar esktra keras. Dibandingkan dengan universitas lainnya, sebagian besar mahasiswa STAN sendiri berasal dari golongan ekonomi lemah, contohnya saya sendiri. Jelas lah... (masak jelas dong !). jikalau orangtua kami punya uang, tentunya kami akan lebih memilih kuliah di fakultas ekonomi UI atau mungkin kuliah di fakultas kedokteran Trisakti.

Bagi lulusan SMA dari Jakarta, kuliah di STAN tidak sebangga jika kita kuliah di UI. Mungkin karena nama besar STAN kalah ngetop dibandingkan UI. Tetapi berbeda dengan para calon mahasiswa dari daerah. Ada seorang teman mahasiswa yang berasal dari Wonosobo, Jawa Tengah, bilang kalau ada putra daerah yang berhasil masuk STAN merupakan kebanggan bagi kampungnya. Mendengar hal tersebut saya jadi membayangkan mungkin keluarga yang anaknya berhasil masuk STAN akan membuat syukuran di kantor kecamatan. Lengkap dengan wayang kulit dan umbul-umbul serta spanduk bertuliskan “Selamat Atas Diterimanya Ananda Tukijan di STAN JAKARTA”. (Maaf loh, mas Tukijan ini cuma contoh saja).
Yang tragisnya lagi, ada teman yang terpaksa tinggal di Masjid Baitul Mal (MBM) dan bekerja sambilan jadi merbot masjid karena kerbau yang sedianya dipersiapkan untuk membiayainya kuliah tiba-tiba sakit perut dan mati. Padahal asalnya dari daerah Gunung Kidul yang merupakan daerah minus (Maaf ya Mas... hehehe). Mendengarnya saja membuat kami jadi ikutan sedih dan prihatin. Bukan prihatin sama kerbaunya yang meninggal, tapi sama teman tersebut. Karena perjuangan, kesabaran dan keteguhannya akhirnya sekarang teman tersebut sudah mentas. Mungkin sekarang malah punya ratusan kerbau ya Mas... ? buat gantiin kerbau Bapakmu yang dulu mati itu.

Saya sih keren, sebutannya “Anak Jakarta”, karena memang berasal dari Jakarta. Tetapi sih keadaannya sama saja dengan teman-teman dari daerah. Tiap minggu pulang ke rumah orangtua, Minggu sore kembali lagi ke kos-kosan. Dasar orang Betawi, nggak bisa jauh dari kampung sendiri, setiap mau kembali ke tempat kos Ibu saya selalu sedih berlinang air mata. Hiks... anak gua pergi lagi, dan berpesan untuk jaga diri baik-baik, dan selalu ingat pepatah “di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung”. Hati-hati di tanah rantau nak ! Padahal cuma dari Pasarminggu ke Jurangmangu !. Jatah uang makan buat seminggu hanya diberi Rp. 50.000,- kadang kurang dari itu. Makanya ketika semester awal saya tidak berani pacaran. Bukannya tidak laku, tapi bagaimana mau punya pacar kalau untuk makan saja sudah pas-pasan. Untungnya biaya makan di Jurangmangu termasuk murah. Sekali makan dengan ayam dan sayur paling banter hanya Rp. 1.500,-. Rokok Gudang garam Filter sebungkus hanya Rp. 950,-. Pokoknya asal tiap hari makan lancar dan ada rokok sebungkus saya sudah happy sekali. Kalau masih kurang juga, terpaksa ngutang dulu di warung.

Untungnya lagi, pemilik warung di sana sangat perhatian kepada kami. Mereka menganggap kami seperti anak sendiri. Hiks.. hiks... Ada Kang Asep dari Sumedang, penjual Indomie dan tahu Sumedang yang warungnya persis di depan kos-kosan kami. Ada Ibu Warteg yang setiap saya ingin makan sesuatu saya bisa pesan dahulu, lalu besok hari menu tersebut siap tersaji. Ada Enyak dengan nasi uduknya seharga Rp. 150,- untuk sarapan pagi. Kadang di beri bonus semur tahu sepotong, hanya saja dalam nasinya suka ada bonus butiran batu atau garam yang suka bikin kami surprise.

Kalau mau irit ada mahasiswa menempuh cara-cara yang sangat zalim dan diluar nalar. Misalnya ada teman mahasiswa dari daerah yang sekali makan hanya Rp. 250,-. Padahal menunya bisa rendang, telur, sayur dan kerupuk. Aneh kan ? bukannya mahasiswa tersebut punya ilmu kebatinan, tapi dua menu di awal hanya minta bumbunya saja. Jadi hanya makan nasi dan kerupuk tapi terasa makan rendang.
Trik penghematan mahasiswa yang pernah saya praktekkan kalau kepepet adalah hanya makan Indomie. Itupun pakai cara-cara yang sangat cerdas. Kuliah jam pertama biasanya dimulai pukul 08.30 pagi dan selesai pukul 01.00 siang. Ketika pagi-pagi ingin berangkat, kita buat mie rebus yang dimasukan ke wadah bekas Pop Mie yang berbentuk gelas dari bahan stereofoam. Setelah itu seduh dengan air dari termos secukupnya, kemudian ditutup dengan penutupnya yang masih melekat. Agar panasnya tidak keluar setelah ditutup harus di ditekan lagi dengan meletakkan buku ‘Principle Accounting’ di atasnya. Nah, setelah sudah oke, kita berangkat kuliah dengan wajah yang gembira (agar nggak kelihatan susahnya!). Nanti ketika kuliah selesai cepat-cepat pulang kembali ke kos-kosan karena makan siang kita sudah tersedia. Just a simple. Hasilnya kita bisa irit uang untuk sarapan pagi.
Ada teman yang benar-benar susah sehingga mereka sengaja bangun tidur siang hari, sehingga waktu sarapan paginya jadi terlewat. (Harap teman-teman yang membaca jangan saling menuduh ya... !). Bahkan untuk bahan ledekan ada yang tega-teganya memberi nasihat, kalau mau irit beli aja Promag, jadi setiap perut melilit lapar kita langsung makan sebutir.

Kesulitan mahasiswa seperti itu sudah biasa bagi kami. Makanya dalam syair Mars STAN berbunyi ... (Maaf kalau salah mohon koreksinya)

Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
pandai menempa cita baja
Bagai lautan kami maju bersatu
Demi keuangan negara

Dari syairnya (yang kira-kira) seperti itu jelas terlihat bagaimana efisiensinya (hemat ?) kami. Jelas harus punya cita-cita yang membaja untuk menghemat keuangan. Bukan hanya cita-citanya saja yang baja tetapi perutnya juga harus seperti baja. Buktinya jarang mahasiswa STAN yang punya penyakit maag.

Di sebuah warung rokok ada tulisan (dibaca dari atas ke bawah);

ALLAH --> MUHAMMAD --> AKANG -->GUE

Ini bukan maksudnya pelecehan agama loh, tetapi merupakan bentuk manifestasi dari kepasrahan seseorang. Bagi sebagian mahasiswa hierarki tersebut riil. Mengapa setelah Nabi Muhammad SAW ada tulisan “AKANG”. Inilah sisi yang paling gelap dan tidak terungkapkan dari kehidupan mahasiswa STAN saat itu. Akang dan Mahasiswa ibarat dua buah sejoli yang saling mengasihi. Sebagian merasa ada karena yang lain ada. Rumit dan kompleks. Merupakan hubungan yang saling menguntungkan, simbiosis mutualisma. Siapa sih akang sebenarnya ? Apa sih bentuk hubungan mereka ? Bagaimanaa proses hubungan ini berjalan ? ini adalah fakta-fakta yang tidak bisa diungkapkan disini.
Yang jelas, keberadaan akang di kampus bukanlah sebuah kebetulan. Sebagian mahasiswa mungkin percaya bahwa keberadaan akang merupakan sebuah takdir Allah SWT. Kalau diberi perumpamaan, seperti ketika suatu saat hujan tiba-tiba turun dengan derasnya, sementara di dalam tas kita sudah ada payung yang sudah dipersiapkan sebelumnya. (begetoo kali’ ya...?)

Sekarang teman-teman sudah jadi orang semua (bukannya kodok ? Ehh..... ada seorang sih namanya Ade, Maaf loh De... soalnya saat buka puasa kemarin temen-temen kita masih manggil ente ade kodok), segala kesulitan sudah terlewati. Kita yang dulu sangat memprihatinkan semoga menjadi lebih prihatin kepada sesama. Kita dulu yang sangat menyedihkan, semoga bisa sedih hatinya jika melihat penderitaan orang lain. Asalkan jangan yang dulu nakal kini malah jadi nakalin orang lain. Semoga kita dapat membawa nama baik almamater tercinta. Amin.

2 comments:

Ghozy's Mom said...

wah, saya Gunungkidul juga lho mas... Btw, itu seri terbaru kartun PKB dah keluar tho? yg seri superhero... kok blm d posting...?

Bond said...

Seri Superhero sudah bisa anda lihat dan jangan lupa kasih komentarnya.
Oh... dari Gunung Kidul Tho... kirain...?