Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), salah satu perguruan tingi kedinasan di bawah Departemen Keuangan. Bisa kuliah di sana merupakan sebuah kebanggaan tersendiri. Lazimnya sekolah kedinasan, mahasiswa yang lulus dari STAN akan langsung dipekerjakan pada instansi di bawah Departemen Keuangan atau di lembaga tinggi negara seperti BPK maupun BPKP. Sejak semester III para mahasiswa sudah diangkat mencaji CPNS dan berhak menerima 80% gaji. Jaminan bekerja di Departemen Keuangan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Apalagi mendapatkan uang saku, (sebenarnya gaji) dan tanpa biaya kuliah alias gratis.
Sebenarnya di STAN terdiri dari beberapa program diploma (Prodip). Pada tahun 1992, saat kami masuk, terdapat Prodip Pajak, Prodip Bea Cukai, Prodip Anggaran, dan Prodip Pegadaian. Bagi orang awam mereka semua dianggapnya mahasiswa STAN.
Untuk masuk STAN harus melewati proses yang cukup ketat. Proses pertama adalah seleksi awal berupa persyaratan akademis. Pendaftar yang bisa mengikuti ujian masuk hanya mereka yang memiliki nilai ijasah minimal 7. Terutama untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Akuntansi, dan Ekonomi. Proses selanjutnya, mereka yang telah memenuhi persyaratan akademis akan mengikuti tes ujian masuk. Tes ujian masuk terdiri dari empat mata pelajaran. Untuk lulusan SMA, mata pelajaran yang diuji adalah Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Pengetahuan Umum. Sedangkan untuk lulusan SMEA dan SMA IPS (ekonomi), harus lulus dalam mata pelajaran Akuntansi. Proses ketiga khusus bagi calon mahasiswa Prodip Bea Cukai harus menjalani tes aerobik. Setelah semua tes tersebut berhasil dilalui maka pendaftar akan diterima sebagai mahasiswa STAN. Tetapi nanti dulu, ketika akan diangkat menjadi CPNS, mahasiswa STAN harus menjalani Litsus atau screening. Walaupun selama semester I dan II mendapatkan nilai bagus, tetapi jika tidak lulus Litsus mereka akan dikeluarkan. Saat ini sudah tidak ada lagi. Selanjutnya para mahasiswa STAN akan diancam Drop Out (DO) jika nilai IP nya dibawah 2,5. Sungguh proses perkuliahan yang sangat ketat.
Walaupun berat proses perkuliahan di STAN namun masih banyak lulusan SMU yang tertarik kuliah di sini. Saat ini, ketika biaya kuliah semakin mahal dan jaminan pekerjaan yang masih belum jelas, para lulusan SMU tetap tertarik untuk kuliah yang masih gratis dan jaminan bekerja di Departemen Keuangan.
Banyaknya peminat yang mendaftar dari seluruh Indonesia membuat kampus STAN seperti miniatur keberagaman bangsa Indonesia. Berbagai suku dan agama semua bersatu di bawah perguruan tinggi ini. Sebagian besar mahasiswa biasanya berasal dari daerah Jawa. Sehingga sering terdengar lelucon kalau bahasa resmi mahasiswa STAN adalah bahasa Jawa. Minimal lulusan STAN pasti mengerti bahasa Jawa.
Sejak tahun beberapa tahun terakhir fasilitas sekolah ini ditambah dan semakin lengkap. Hal tersebut karena persaingan dan kualitas lulusan di dunia kerja nanti akan semakin tinggi. Ruang perkuliahan yang semakin bagus, tambahan gedung baru, perpustakaan serta sarana dan prasarana penunjang yang semakin lengkap.
Waktu dulu saya baru masuk kondisi STAN masih gersang. Masih banyak tanah lapang dan semak. Akhirnya penduduk sekitar memanfaatkannya untuk menggembalakan kambing dan kerbau. Jadi jangan heran kalau kita kuliah tiba-tiba ada kambing yang masuk ke ruang kelas. Jangan-jangan sekarang sudah ada yang jadi ajun akuntan juga ? Sampai akhirnya ketika zaman kepala BPLK dijabat oleh Marzuki Usman, setiap Minggu pagi selenggarakan jalan sehat. Tapi jalan sehat Minggu pagi menjadi tidak nyaman karena banyak kotoran kambing dan kerbau di lingkungan kampus. Jadilah ketika itu dibuat kebijakan yang melarang mahasiswa merumput di lapangan. Eh.... maaf maksudnya larangan menggembalakan kambing di tanah milik BPLK. Jika masih ada kambing yang berkeliaran maka akan dikenakan sanksi, dipotong oleh pihak BPLK. Mungkin waktu itu para dosen jadi sering makan sate kambing.
Enaknya banyak tanah lapang adalah membuat mahasiswa giat berolah raga. Sepakbola merupakan kegemaran kami ketika itu. Ada beberapa tanah lapang yang disulap menjadi lapangan sepak bola. Cuma yang bikin rusuh adalah masuknya anak-anak kampung ikutan main bola sehingga sering terjadi keributan. Gara-gara berebut lapangan atau kalah bertanding bisa membuat mereka marah. Kadang para mahasiswa mengalah kepada mereka. Daripada bonyok jad tidak bisa kuliah, mungkin itu pikiran mahasiswa.
Saking seringnya berkelahi, anak-anak kampung sekitar membuat geng dengan nama DABORIBO. Kepanjangannya adalah DAmai BOleh RIbut BOleh (Norak amat ya ?). Artinya kalau ribut mereka lakonin tetapi kalau mau damai juga boleh. Sayangnya damai bukan sekedar salaman saja tapi harus membayar uang ganti rugi. Yang bonyok mahasiswa karena dikeroyok tetapi yang minta ganti rugi justru mereka. Aneh ?
Begitulah liku-liku kuliah di STAN saat itu, menyedihkan tapi juga sangat berkesan. Kalau kangen dengan keluarga di kampung atau ingin menelepon pacar mahasiswa harus antri di telepon kartu atau telepon koin di belakang koperasi mahasiswa (KOPMA). Kalau mau bebas menelepon harus jalan kaki ke sektor 3 yang jaraknya kurang lebih 5 km (waktu itu belum ada pintu ke arah Bintaro). Sepanjang perjalanan jangan harap bisa aman, karena kadangkala mahasiswa di palak uangnya oleh preman kampung yang sedang mabuk-mabukan. Sedih.
Mahasiswa daerah yang haus hiburan biasanya pada saat liburan akan nonton film di Pondok Aren Theatre (PAT). Bioskopnya sangat menyedihkan, banyak kutu busuknya, sehingga kalau sehabis nonton bisa gatal-gatal. Belum lagi resiko dihadang preman di depan bioskop. Karena tidak nyaman nonton di bioskop akhirnya mahasiswa yang kreatif memanfaatkan video untuk disewakan. Nah, kalau hari Sabtu dan Minggu penyewaan video antar mahasiswa laku keras. Videonya ada dua jenis, video Beta merk SONY atau video VHS yang kasetnya besar seperti buku paket. Ada temen seangkatan yang punya bisnis seperti ini, namanya Charles, mahasiswa dari Jakarta. Kalau ingin menonton video biasanya mahasiswa akan patungan, mengumpulkan uang agar tidak mahal. Filmnya bukan film bioskop, biasanya filmnya kebanyakan film BF. Hahahaha.... jadi kalau mau nonton mesti sembunyi-sembunyi agar tidak ketahuan pemilik kos.
Punya pacar merupakan kebanggan tersendiri buat mahasiswa cowok. Soalnya mahasiswi STAN sedikit sekali itupun yang memiliki nilai 7 ke atas sangat jarang. Jadinya kalau ada mahasiswi yang agak lumayan wajahnya bisa menjadi rebutan para mahasiswa pencari cinta. Padahal kalau di kampus lain mahasiswi tersebut biasa saja. Pernah suatu ketika kami serombongan mahasiswa pergi ke kampus UI untuk menonton konser musik. Ketika sampai di UI, teman-teman langsung melotot tidak berkedip melihat banyak pemandangan indah disekitarnya.
Jakarta, 14 Oktober 2008
Imron Rosyadi
Sumber :
Foto dari :
http://dewangga.stan-jakarta.com
Gambar kartun dari film animasi upin dan ipin
No comments:
Post a Comment