Cibinong, 06 Oktober 2008
Saya nggak suka makan ikan lele. Bukannya sok, tapi ada sebabnya kenapa nggak suka ikan lele. Pertama, waktu di kos dulu pemilik kos memelihara ikan lele di belakang rumah yang airnya berasal dari limbah MCK. Kedua, saat kami menjalankan puasa di tempat kos. Ceritanya untuk mempermudah kami saat berbuka atau sahur, sehingga tidak repot-repot ke warung, kami pesan katering dari penduduk setempat. Perjanjiannya adalah, menu yang disajikan dibuat variatif biar nggak bosen. Hari ini ayam, besok tahu-tempe, lusa ikan. Yang penting setiap hari ada buah-buahannya. Nah, singkat cerita jadilah kami langganan katering. Pada awalnya menu yang disajikan sangat menarik. Ayam goreng, tahu-tempe, sambal lalap, dan buah. Berikutnya Telur, tahu tempe, sambal lalap, dan buah, begitu seterusnya. Hingga puasa pertengahan menu masih berjalan normal. Tetapi menjelang sepertiga terakhir puasa, mulai agak aneh. Awalnya menu tahu-tempe hilang, lalu yang disajikannya hanya satu jenis. Buahnya pun menjadi menyusut, kecil-kecil.
Suatu hari saat mau berbuka puasa, seperti biasanya kami berebut agar dapat lauk yang paling besar dan enak. Ketika membuka tudung saji, sreetttt.... ealahhh.... ternyata cuma ikan lele dan sambel lalap. Ikan lele untuk berbuka juga cuma setengah badan. Kami, sih berprasangka baik saja sama tukang masaknya. Terpaksa kami berbuka hanya dengan ikan lele yang hanya bagian kepala dan badannya saja. Kami pikir mungkin nanti saat sahur menunya lebih baik. Lah, kalau lele setengah badan kan harganya murah, mungkin nanti sahur kami akan makan ayam goreng atau ayam dengan bumbu sambal. Jadilah setelah berbuka saya menambah doping dengan meminum sebutir Eenervon C (untuk aktifitas seharian, begitu kata iklannya).
Saat sahur tiba, kami buru-buru berlarian ke meja makan (biasa anak kos....). Ketika tudung saji dibuka, jreeeengg....... rupanya menu sahur bagian bawah ikan lele yang tadi nggak disajikan saat berbuka. Ikan lele setengah badan, dari perut hingga buntut. Langsung temen-temen semua lemes, membayangkan besok kuliah dengan tenaga lele yang kecil-kecil, itu pun bagian buntutnya. Terpaksa, sebutir Enervon C menjadi tambahan vitamin dan mineral buah aktifitas besok.
Sejak saat itulah akhirnya si tukang katering kami pecat dengan tidak hormat. Pada hari itu juga saya berjanji kalau sudah punya uang tidak makan ikan lele (kecuali terpaksa).
No comments:
Post a Comment