Siapa sih yang nggak kenal dengan jengkol ? saya rasa semua orang pasti kenal. Masalahnya adalah like and dislike, bener nggak ? Kalau orang yang nggak suka janganlah mendiskreditkan orang yang suka. Kata D’masiv tiada manusia yang terlahir sempurna. So don’t give up ! Halah... apalagi hubungan antara jengkol dan D’masiv.
Sebenarnya saya ingin berbagi cerita tentang panen perdana pohon jengkol di belakang rumah. Atas petunjuk orang tua saya yang mengatakan bahwa sample jengkol yang saya berikan untuk lalapan ternyata sudah tua dan siap untuk di panen. Akhirnya pada hari Kamis kemarin (01-10-2009) sekitar pukul 10.00 WIB dibawah supervisi langsung istri saya akhirnya panen perdana dimulai. Panen perdana yang tadinya saya rencanakan akan dilakukan oleh Presiden SBY ternyata batal. Hal tersebut disebabkan adanya musibah gempa bumi di Sumatra Barat. Pak SBY tidak jadi datang karena beliau langsung mengunjungi korban gempa. Kecewa memang namun, show must go on ! Akhirnya panen dilakukan dengan menggunakan tenaga Alam. (Kebetulan si Alam, tukang kebun saya, baru masuk setelah menjalani cuti lebaran selama beberapa hari).
Karena ini panen perdana, kami tidak berniat mengkomersilkannya. Semua hasil panen kami dedikasikan untuk keluarga dan tetangga terdekat. Kebetulan keluarga masuk dalam Komunitas Penggemar Jengkol (KPJ) dalam sebuah jejaring sosial Facebook. Tetangga juga perlu mendapatkan haknya atas hasil panen tersebut. Ini merupakan bentuk tanggung jawab kami sebagai owner atau istilah kerennya Social Responsibility. Mengapa ? karena ketika sedang lebat-lebatnya berbunga dibarengi oleh musim hujan. Hampir setiap hari hujan. Nah, bunga jengkol yang cantik dan lebat tersebut akan menyebarkan bau harum khas jengkol dalam radius 50 m dari posisinya. Dapat dibayangkan bagaimana tersiksanya tetangga kami harus menerima kenyataan tersebut.
Si Alam sebenarnya sudah menyampaikan niatnya untuk memborong hasil panen jengkol tersebut. Namun kami merasa belum pantas untuk melepas hasil panen kami di pasaran. Hasil panen kami hanya memperoleh 15 kg jengkol segar, memang jauh dari memuaskan. Bayangkan ketika berbunga dahulu, dari setiap ranting keluar bunga jengkol berseri-seri. Sayangnya alam tak bersahabat. Mungkin Ebiet G Ade ada benarnya. Mungkin alam murka dengan kesombongan dan keserakahan manusia. Hujan lebat memupuskan harapan kami semuanya. Cita-cita kami membuat ruko dari panen jengkol luluh lantak seketika bersama dengan gugurnya bunga-bunga tersebut. Ditambah lagi dengan serangan ulat dan tupai. Kami baru tahu kalau tupai ternyata juga senang jengkol. Soalnya Kiki dan Koko dalam serial Donald Duck senangnya makan kenari. Mungkin ini tupai dari Betawi jadi senang jengkol.
Bagaimanapun juga kami sangat mensyukuri hasil panen tersebut. Karena ini merupakan hasil panen tanaman di kebun milik sendiri. Mungkin tahun depan di musim jengkol berikutnya akan lebih baik lagi. Motto kami adalah We will be better !
Jengkol dalam bahasa latin Pithecollobium Jiringa atau Pithecollobium Labatum.
1 comment:
Dimana sumber penghasil jengkol terbesar di indonesia
Post a Comment