Alhamdulillah akhirnya Manohara Odelia Pinot bisa kembali bertemu dan berkumpul dengan ibunya. Setelah mengalami kejadian buruk karena kekerasan yang dilakukan suaminya sendiri, Tengku Muhammad Fakhry anak ketiga Sultan Kelantan, Malaysia.
Proses kaburnya Mano sangat menegangkan sampai melibatkan polisi Singapura dan Kedutaan Besar AS dan Indonesia.
Entah berita mana yang paling benar, yang pasti, saya bersimpati kepada Mano yang telah berhasil memperjuangkan hidupnya. Saya membayangkan, anak perempuan usia 16 tahun yang 'dipaksa' atau 'terpaksa' harus menikah kemudian mengalami pengalaman buruk. Cobalah anda lihat anak-anak SMP dan anak SMU yang masih lugu, mereka masih senang dengan kesibukannya belajar dan bermain-main.
Sekarang lihatlah Manohara, jangan melihat dari fisiknya melalui foto atau tayangan televisi yang [karena foto model dan tubuhnya bongsor] terlihat seperti wanita dewasa. Tapi secara psikis dan mental Mano masih anak remaja berusia 17 tahun yang saya bayangkan seperti anak remaja, adik atau keponakan kita. Berat sekali beban mental yang diterimanya.
Sama seperti kasus Syekh Puji kemarin, siapa yang salah ? anaknya, suaminya atau orang tuanya. Kalau saya jadi berfikir, kenapa tega-teganya orang tua mengijinkan anaknya nikah terlalu dini. Kalau mengikuti gosip yang beredar [terlepas dari simpati saya terhadap keluarga] apa motifnya dan tujuan orang tua Mano dahulu ? Di publik Malaysia sendiri beredar cerita miring mengenai motif orang tua Mano menikahkan anaknya dengan anggota keluarga kerajaan. Kabarnya Mano sejak usia 14 tahun, sudah dikenalkan dengan Fakhry, pria dewasa usia diatas 30 tahunan.
Pelajaran untuk kita sebagai orang tua agar jangan terlalu silau dengan harta kekayaan dan kedudukan tinggi sementara kebahagiaan anak tergadaikan.
No comments:
Post a Comment