Kisah sebelumnya menceritakan tentang perselingkuhan Lolly dengan Si Preman kucing kampung. Cerita tersebut berakhir dengan lahirnya seekor bayi kucing yang tidak diinginkan dalam keluarga kami. Beruntungnya bayi kucing tersebut akhirnya meninggal dunia.
Kisah berikut adalah lanjutan dari kisah untuk mengenang meninggalnya Rustam dan akhir riwayat keluarganya. Silahkan menyimak !
Anak angkat
Untuk mengobati kekecewaan Rustam dan Lolly akhirnya kami memutuskan untuk memberikan mereka anak angkat. Kebetulan momentnya ketika Sasha ulang tahun. Jadi istriku bilang kalau anak kucing yang baru kami beli ini untuk hadiah ulang tahunnya. Padahal menurut saya, itu bisa-bisanya istriku karena yang dia sudah lama ingin punya kucing seperti yang ada di gambar makanan kucing whiskas.
Kami membelinya dari sebuah pet shop di daerah Jalan Baru Bogor. Usianya baru 3 bulan dengan warna abu-abu gelap. Sebagai penghormatan kami meminta anak kami, Radja, untuk meberinya nama. Karena semua binatang peliharaan kami di rumah sudah diberikan nama olehnya. Sampai terakhir kisah si Jeni kambing untuk korban pada saat Idul Adha kemarin. Karena jantan, nama yang diberikan Radja cukup keren...Rio, atau nama lengkapnya Rio Ferdian, katanya. Mungkin waktu itu dia suka dengan penyanyi Rio Febrian kali ya... dasar !
Kehadiran Rio awalnya sangat membuat gusar Rustam. Maklum, dalam dunia kucing tidak dimungkinkan ada dua pejantan dalam satu wilayah kekuasaan. Awalnya Rustam sangat kasar terhadap Rio. Padahal yang namanya anak-anak, usia seumuran Rio masih senang sekali bercanda [istilah Sundanya kemoncer, maaf nih kalau salah]. Akhirnya lambat laun Rustam mau juga berbagi dengan Rio, walaupun untuk urusan bercanda Rustam paling tidak mau. Rustam yang tampangnya serius selalu menampar Rio kalau diajak bercanda. Akhirnya Rio tahu diri juga kalau bapak angkatnya galak dan tidak suka bercanda.
Salah Bergaul
Pada saat yang sama kami juga memiliki kucing kampung yang kami beri nama Chiko. Seperti kucing kampung jantan lainnya, Chiko sangat pintar dan atraktif. Warnanya hitam dan putih, badannya atletis seperti instruktur aerobik [ini kata istri saya loh]. Usia mereka berdua hampir sama tidak terpaut jauh, hanya beda asalnya saja. Jika Rio merupakan kucing keturunan ras anggora jenis short hair dan bersertifikat, sementara Chiko kucing kampung yang tidak jelas keturunannya. Rio kami beli dan Pet Shop yang bagus dengan ruangan ber AC dan perawatan berkala dari dokter hewan yang didatangkan dari kampus sekelas IPB. Sementara itu Chiko kami temukan ketika tanpa sengaja mobil kami ingin menabrak seekor anak kucing yang dekil sedang melintasi jalan di depan kantor kelurahan Desa Tengah. Rio usia 3 bulan kami beli seharga 1,5 juta rupiah, sementara Chiko merupakan anak kucing kampung usia beberapa bulan yang dibuang oleh pemiliknya di pinggir jalan. Perbedaan diantara keduanya sangat mencolok ibarat bumi dengan langit. Kontradiktif !.
Catatan :
Sampai akhirnya kami tahu, ketika Mang Ujang, warga kampung yang tinggal di Gang Kancil mengklaim bahwa Chiko adalah anak kucingnya yang hilang, dan dahulu namanya adalah Cemong ! Ketika dipelihara di kompleks kami beri nama Chiko, jelas sekali bedanya kucing kampung yang sudah naik status menjadi kucing kompleks.
Namun mereka memiliki persamaan yaitu anak-anak kucing yang periang dan senang bercanda serta berada dibawah kekuasaan dan kesewenang-wenangan Rustam. Persamaan dan perasaan senasib tersebut akhirnya menguatkan persahabatan mereka berdua. Setiap hari mereka selalu bermain bersama di taman belakang rumah kami. Kejar-kejaran, belajar menangkap belalang, berkelahi, hingga belajar memanjat pohon. Untuk yang terakhir ini sangat aneh bagi jenis kucing anggora yang biasanya lambat dan pemalas. Makanya kalau anda main ke kompleks kami, mungkin cuma Rio satu-satunya kucing Anggora yang nangkring di atas atap rumah. Nggak pantes ! makanya Pak Heri, tetangga kami, sering meledek Rio sebagai kucing Anggora yang kampungan. Inilah kelalaian kami dan Rustam sebagai bapak angkatnya yang tidak mendidik anaknya dengan benar. Mungkin ini yang dikatakan sebagai akibat dari pergaulan bebas atau salah bergaul !
Kucing Salesman (Perselingkuhan Lolly Jilid II)
Memang judulnya sangat panjang namun sebenarnya ceritanya singkat saja. Kita kewati dulu kisah tentang kedua anak angkat keluarga Lolly dan Rustam yang sedang sibuk bermain dalam dunianya. Kisah berikut ini merupakan kisah tentang perselingkuhan Lolly dengan seekor kucing kampung yang tidak jelas statusnya. Kucing ini awalnya kami lihat sering mondar-mandir di depan rumah kami, itupun jika Rustam sedang tidur atau ngumpet. Karena sering mondar-mandir di depan rumah kami, makanya istriku bilang kalau dia mungkin kucing yang kerjanya mirip sales atau mungkin tukang kredit. Padahal waktu itu harusnya ditanya dulu asalnya dari mana? kalau asalnya dari Tasikmalaya, ya... tidak salah lagi.
Istriku menyebutnya dengan nama Kucing Sales. Entah bagaimana ceritanya sampai akhirnya Lolly tertarik kepada Kucing Sales tersebut kami tidak tahu. Mungkin saja Lolly diiming-imingi HP Blackberry murah yang bisa dicicil Rp. 1000,- setiap hari. Barangkali juga Kucing Sales ini ngaku-ngaku Direktur Utama yang merangkap sebagai sales di perusahaan tempatnya bekerja. Bisa saja ! namanya juga sales pastinya waktu masuk kerja dulu harus jago bicara. [jangan-jangan gelar S2-nya, MM atau Mulut Manis !].
Padahal Kucing Sales ini dari segi penampilan kurang meyakinkan. Badannya kurus, tidak kekar seperti Preman Kampung. Warna bulunya pun tidak seterang Rio atau Chiko atau tidak soft seperti Rustam yang warnanya kelabu monyet. Warnanya bulu Kucing Sales abu-abu tidak terang bahkan terkesan pucat. Kalau orang mungkin seperti anak perantauan yang belum mendapatkan kerja di Jakarta sementara dia masih harus bayar kontrakan dan memikirkan bagaimana dapat makan tiga kali sehari. Akibatnya adalah menjadi suka berkhayal dan lupa mandi. Satu-satunya keunggulan Kucing Sales ini mungkin karena masih muda [berondong] dan mungkin vitalitas dan nafsunya masih luar biasa. Kondisi Lolly yang kesepian karena Rustam kurang komunikasi dan lagi secara biologis anda sudah tahu kan [Nggak enak sering-sering bilang kalau Rustam dikebiri].
Catatan :
Rustam jarang sekali mengeong seperti kucing pada umumnya. Awalnya kami kira dia bisu, tetapi setelah dimandikan keluar juga 'ngeong'-annya dan itupun pelan sekali. Kalau minta makan dia tidak berisik mengeong seperti kucing pada umumnya. Biasanya dia selalu mengikuti kemanapun kami pergi dengan menatap mengiba dengan kedua bola matanya yang bulat besar. Kalau kami sudah ditatap demikian oleh Rustam pasti jadi malu. Bahkan kalau makanannya sudah habis dan kami belum membelinya istriku sampi harus minta maaf kepada Rustam.
Singkat cerita akhirnya buah hubungan terlarang tersebut menyebabkan kehamilan buat Lolly untuk yang kedua kalinya. Kehamilan yang kedua ini berjalan dengan lancar. Lolly sudah mulai pengalaman dan terbiasa. Sampai ketika kehamilan tersebut sudah pada waktunya untuk melahirkan. Lolly melahirkan empat ekor bayi yang semuanya mirip bapaknya Kucing Sales. Anak-anak kucing ini awalnya tetap kami pelihara karena kasihan Bahkan Radja sudah memberi nama keempat anak kucing tersebut dengan nama teman-temannya di sekolah. Ada yang namanya Bivan, Zidan, Puti, dan Cimut. Setelah anak-anak kucing tersebut sudah cukup besar akhirnya kami melepas mereka berempat di KM 57 Tol Cikampek, persisnya di belakang Rumah Makan Padang, biar mereka selalu dapat makan istriku beralasan. Benar juga sih, minimal kalau dia lapar, bisa bantu cuci piring untuk mendapatkan sepiring nasi.
[To Be Continued]
Kisah berikut adalah lanjutan dari kisah untuk mengenang meninggalnya Rustam dan akhir riwayat keluarganya. Silahkan menyimak !
Anak angkat
Untuk mengobati kekecewaan Rustam dan Lolly akhirnya kami memutuskan untuk memberikan mereka anak angkat. Kebetulan momentnya ketika Sasha ulang tahun. Jadi istriku bilang kalau anak kucing yang baru kami beli ini untuk hadiah ulang tahunnya. Padahal menurut saya, itu bisa-bisanya istriku karena yang dia sudah lama ingin punya kucing seperti yang ada di gambar makanan kucing whiskas.
Kami membelinya dari sebuah pet shop di daerah Jalan Baru Bogor. Usianya baru 3 bulan dengan warna abu-abu gelap. Sebagai penghormatan kami meminta anak kami, Radja, untuk meberinya nama. Karena semua binatang peliharaan kami di rumah sudah diberikan nama olehnya. Sampai terakhir kisah si Jeni kambing untuk korban pada saat Idul Adha kemarin. Karena jantan, nama yang diberikan Radja cukup keren...Rio, atau nama lengkapnya Rio Ferdian, katanya. Mungkin waktu itu dia suka dengan penyanyi Rio Febrian kali ya... dasar !
Kehadiran Rio awalnya sangat membuat gusar Rustam. Maklum, dalam dunia kucing tidak dimungkinkan ada dua pejantan dalam satu wilayah kekuasaan. Awalnya Rustam sangat kasar terhadap Rio. Padahal yang namanya anak-anak, usia seumuran Rio masih senang sekali bercanda [istilah Sundanya kemoncer, maaf nih kalau salah]. Akhirnya lambat laun Rustam mau juga berbagi dengan Rio, walaupun untuk urusan bercanda Rustam paling tidak mau. Rustam yang tampangnya serius selalu menampar Rio kalau diajak bercanda. Akhirnya Rio tahu diri juga kalau bapak angkatnya galak dan tidak suka bercanda.
Salah Bergaul
Pada saat yang sama kami juga memiliki kucing kampung yang kami beri nama Chiko. Seperti kucing kampung jantan lainnya, Chiko sangat pintar dan atraktif. Warnanya hitam dan putih, badannya atletis seperti instruktur aerobik [ini kata istri saya loh]. Usia mereka berdua hampir sama tidak terpaut jauh, hanya beda asalnya saja. Jika Rio merupakan kucing keturunan ras anggora jenis short hair dan bersertifikat, sementara Chiko kucing kampung yang tidak jelas keturunannya. Rio kami beli dan Pet Shop yang bagus dengan ruangan ber AC dan perawatan berkala dari dokter hewan yang didatangkan dari kampus sekelas IPB. Sementara itu Chiko kami temukan ketika tanpa sengaja mobil kami ingin menabrak seekor anak kucing yang dekil sedang melintasi jalan di depan kantor kelurahan Desa Tengah. Rio usia 3 bulan kami beli seharga 1,5 juta rupiah, sementara Chiko merupakan anak kucing kampung usia beberapa bulan yang dibuang oleh pemiliknya di pinggir jalan. Perbedaan diantara keduanya sangat mencolok ibarat bumi dengan langit. Kontradiktif !.
Catatan :
Sampai akhirnya kami tahu, ketika Mang Ujang, warga kampung yang tinggal di Gang Kancil mengklaim bahwa Chiko adalah anak kucingnya yang hilang, dan dahulu namanya adalah Cemong ! Ketika dipelihara di kompleks kami beri nama Chiko, jelas sekali bedanya kucing kampung yang sudah naik status menjadi kucing kompleks.
Namun mereka memiliki persamaan yaitu anak-anak kucing yang periang dan senang bercanda serta berada dibawah kekuasaan dan kesewenang-wenangan Rustam. Persamaan dan perasaan senasib tersebut akhirnya menguatkan persahabatan mereka berdua. Setiap hari mereka selalu bermain bersama di taman belakang rumah kami. Kejar-kejaran, belajar menangkap belalang, berkelahi, hingga belajar memanjat pohon. Untuk yang terakhir ini sangat aneh bagi jenis kucing anggora yang biasanya lambat dan pemalas. Makanya kalau anda main ke kompleks kami, mungkin cuma Rio satu-satunya kucing Anggora yang nangkring di atas atap rumah. Nggak pantes ! makanya Pak Heri, tetangga kami, sering meledek Rio sebagai kucing Anggora yang kampungan. Inilah kelalaian kami dan Rustam sebagai bapak angkatnya yang tidak mendidik anaknya dengan benar. Mungkin ini yang dikatakan sebagai akibat dari pergaulan bebas atau salah bergaul !
Kucing Salesman (Perselingkuhan Lolly Jilid II)
Memang judulnya sangat panjang namun sebenarnya ceritanya singkat saja. Kita kewati dulu kisah tentang kedua anak angkat keluarga Lolly dan Rustam yang sedang sibuk bermain dalam dunianya. Kisah berikut ini merupakan kisah tentang perselingkuhan Lolly dengan seekor kucing kampung yang tidak jelas statusnya. Kucing ini awalnya kami lihat sering mondar-mandir di depan rumah kami, itupun jika Rustam sedang tidur atau ngumpet. Karena sering mondar-mandir di depan rumah kami, makanya istriku bilang kalau dia mungkin kucing yang kerjanya mirip sales atau mungkin tukang kredit. Padahal waktu itu harusnya ditanya dulu asalnya dari mana? kalau asalnya dari Tasikmalaya, ya... tidak salah lagi.
Istriku menyebutnya dengan nama Kucing Sales. Entah bagaimana ceritanya sampai akhirnya Lolly tertarik kepada Kucing Sales tersebut kami tidak tahu. Mungkin saja Lolly diiming-imingi HP Blackberry murah yang bisa dicicil Rp. 1000,- setiap hari. Barangkali juga Kucing Sales ini ngaku-ngaku Direktur Utama yang merangkap sebagai sales di perusahaan tempatnya bekerja. Bisa saja ! namanya juga sales pastinya waktu masuk kerja dulu harus jago bicara. [jangan-jangan gelar S2-nya, MM atau Mulut Manis !].
Padahal Kucing Sales ini dari segi penampilan kurang meyakinkan. Badannya kurus, tidak kekar seperti Preman Kampung. Warna bulunya pun tidak seterang Rio atau Chiko atau tidak soft seperti Rustam yang warnanya kelabu monyet. Warnanya bulu Kucing Sales abu-abu tidak terang bahkan terkesan pucat. Kalau orang mungkin seperti anak perantauan yang belum mendapatkan kerja di Jakarta sementara dia masih harus bayar kontrakan dan memikirkan bagaimana dapat makan tiga kali sehari. Akibatnya adalah menjadi suka berkhayal dan lupa mandi. Satu-satunya keunggulan Kucing Sales ini mungkin karena masih muda [berondong] dan mungkin vitalitas dan nafsunya masih luar biasa. Kondisi Lolly yang kesepian karena Rustam kurang komunikasi dan lagi secara biologis anda sudah tahu kan [Nggak enak sering-sering bilang kalau Rustam dikebiri].
Catatan :
Rustam jarang sekali mengeong seperti kucing pada umumnya. Awalnya kami kira dia bisu, tetapi setelah dimandikan keluar juga 'ngeong'-annya dan itupun pelan sekali. Kalau minta makan dia tidak berisik mengeong seperti kucing pada umumnya. Biasanya dia selalu mengikuti kemanapun kami pergi dengan menatap mengiba dengan kedua bola matanya yang bulat besar. Kalau kami sudah ditatap demikian oleh Rustam pasti jadi malu. Bahkan kalau makanannya sudah habis dan kami belum membelinya istriku sampi harus minta maaf kepada Rustam.
Singkat cerita akhirnya buah hubungan terlarang tersebut menyebabkan kehamilan buat Lolly untuk yang kedua kalinya. Kehamilan yang kedua ini berjalan dengan lancar. Lolly sudah mulai pengalaman dan terbiasa. Sampai ketika kehamilan tersebut sudah pada waktunya untuk melahirkan. Lolly melahirkan empat ekor bayi yang semuanya mirip bapaknya Kucing Sales. Anak-anak kucing ini awalnya tetap kami pelihara karena kasihan Bahkan Radja sudah memberi nama keempat anak kucing tersebut dengan nama teman-temannya di sekolah. Ada yang namanya Bivan, Zidan, Puti, dan Cimut. Setelah anak-anak kucing tersebut sudah cukup besar akhirnya kami melepas mereka berempat di KM 57 Tol Cikampek, persisnya di belakang Rumah Makan Padang, biar mereka selalu dapat makan istriku beralasan. Benar juga sih, minimal kalau dia lapar, bisa bantu cuci piring untuk mendapatkan sepiring nasi.
[To Be Continued]
No comments:
Post a Comment