Jakarta, 12 Januari 2010
Disela-sela kesibukan masih sempat nulis di blog. Kalau sudah 'bete' tidak satu katapun dapat diungkapkan. Sekarang 'mumpung' lagi mau nulis. Ceritanya begini.
Sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) kami sudah biasa dengan yang namanya mutasi atau promosi. Semuanya sama saja, sama-sama keluar daerah dan siap-siap jauh dari keluarga. Bedanya kalau promosi ada kenaikan tambahan penghasilan sedangkan kalau mutasi penghasilan yang akan diterima sama saja. Pengorbanannya akan lebih berat bagi pegawai yang mengalami mutasi. Penghasilan sama namun pengeluaran akan lebih besar.
Di instansi kami sekarang ini, yang namanya mutasi atau promosi sudah sedemikian ketat. Peraturan sebisa mungkin dibuat dengan seadil-adilnya dengan pertimbangan pemerataan. Pegawai yang sudah lama berkutat dengan macetnya Jakarta akan dipindahkan ke daerah yang sedikit agak sepi. Nah, yang biasa kebut-kebutan naik motor di daerah akan dipindahkan ke Jakarta yang macet nauzubilah. Biar kaya dengan pengalaman katanya. Saya setuju. Sangat setuju sekali. Jelas pengalaman pegawai di daerah akan berbeda dengan pengalaman pegawai yang ada di Jakarta. Semakin sering mutasi maka semakin banyak pengalaman pegawai tersebut. Akhirnya diharapkan kualitasnya akan meningkat.
Kalau dulu orang kasak kusuk jika ada isu mutasi atau promosi, sekarang hal tersebut sudah tidak ada lagi. Inilah hebatnya perubahan di instansi yang saya cintai ini. Didukung oleh pejabat-pejabat yang visioner dan tenaga muda yang siap berevolusi. Merubah citra pegawai negeri yang carut marut sekarang ini bukanlah pekerjaan mudah. Alhamdulillah kami bisa melalui itu semuanya.
Namun kalau yang namanya mutasi semuanya pasti bingung dibuatnya. Ada yang sedih karena terpental jauh ke daerah terpencil tapi ada yang senang juga karena bisa ke Jakarta atau bisa pulang kampung. Inilah masalahnya. Tidak semua yang ke Jakarta juga senang atau yang ke daerah juga sedih. Jadi gimana ya ? Apa dibuatkan polling saja buat seluruh pegawai yang akan mutasi. Ditanyakan, maunya pindah ke mana ? Hehe... enak aja !
Kemarin saya bingung mau ngucapin selamat atas promosi dan mutasinya atau malah bilang innalillah. Akhirnya hanya bilang, yang sabar ya fren. Bagaimana nggak sedih. Anak pertamanya masih berusia 3 tahun, sedang lucu-lucunya, sedangkan adiknya yang kecil baru beberapa bulan. Dia ngebayangin kalau selama masa pertumbuhan anaknya yang pertama dia tidak bisa melihatnya setiap hari. Aduh, gimana nggak sedih coba. Akhirnya saya cuma bisa bilang, sabar ya fren. Saya selalu berdoa dimanapun ente ditugasin. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT, sehat dan berkah. Jadi ambil saja hikmahnya.
No comments:
Post a Comment