Monday, December 11, 2006

KI TOLET

Pada zaman dahulu kala di kampung kami, di daerah Pejaten Pasarminggu, ada seorang yang yang dikenal sangat jahil. Kejahilannya sudah dikenal oleh seluruh penduduk kampung. Tetapi biarpun begitu orang yang di jahili tidak pernah marah. Entah kenapa, tapi yang jelas kejahilannya ini akan membuat orang lain tertawa mendengarnya. Mulai edisi ini saya akan menceritakan beberapa kisah lucunya.
BESANAN
Pada suatu hari ada sebuah keluarga yang akan pergi bebesan ke kampung tetangga. Seperti bisanya dalam adat Betawi, keluarga mempelai pria beserta keluarga besar serta tetangga kampung akan ikut dalam rombongan besan tersebut. Perjalanan menuju rumah calon mempelai wanita di kampung tetangga kebetulan harus melewati sebuah sungai kecil (Kali Baru, di sepanjang jalan raya Pasarminggu). Untuk menyebrangi sungai tersebut orang kampung membuat sebuat titian dari bambu. Titian bambu tersebut hanya memiliki sebuah pegangan di satu sisinya. Bambu yang dibuat pijakan hanya terdiri dari sekitar tiga atau empat batang bambu, sehingga orang yang menyebrang otomatis akan selalu berpegangan pada sebatang bambu. Disinilah otak jahil Ki Tolet muncul. Malam harinya pegangan yang terbuat dari bambu tersebut di lumuri dengan kotoran dari kali. (jijik ya... hueeekkkk....).
Besok paginya dengan semangat rombongan mempelai lelaki berbondong-bondong jalan menuju ke kampung tetangga. Yang namanya besanan, seluruh orang yang ikut sudah rapih mengenakan pakaian terbaiknya. Bagi kaum pria akan mengenakan baju koko atau kemeja lengkap dengan sarung dan pecinya. Sedangkan kaum wanitanya menggenakan kain dan kebaya, itupun bagi yang punya kebaya.
Singkat cerita sampailah rombongan itu dipinggir kali baru siap untuk menyebrang. Dengan hati-hati dan bergiliran satu persatu mereka menyebrang sungai dengan berpegangan pada tiang bambu yang berfungsi sebagai pegangan. Semua rombongan tidak menyadari kalau tangan mereka telah kena kotoran yang kebetulan sudah mengering (hehehehe ....). Setelah selesai menyebrang dan sampai di rumah besan, mereka disambut dengan meriah oleh pihak keluarga calon mempelai wanita. Seperti adat istiadat setempat merekan salim bersalaman dengan masing-masing keluarga dan pihak yang mengantar. Posisi salaman di kampung kami adalah dengan menarik kembali tangan dan menciumkan kehidungnya. Disinilah masalah tersebut muncul. Satu persatu orang-orang yang saling bersalaman mencium bau yang tidak sedap. Tetapi karena sopan santun tidak mungkin untuk mengutarakannya. Dari cuma sekedar bisik-bisik diantara teman dan tetangga. "Kok... kayak bau kentut ya.... " bisik salah seorang tamu. " Wah ... besan abis cebok belom cuci tangan kali ..." pikir yang lainnya. Bisik-bisik diantara yang ahdir semakin santer. Akhirnya ada salah seorang yang berani nyeletuk "Ada... yang belom cebok kali nihh.... ". Komentar tersebut langsung di iyakan oleh seluruh yang hadir. Kontanlah semua akhirnya sibuk mencium tangan masing-masing yang sudah bau kotoran tersebut. Setelah mengetahui tangannya bau kotoran semua sibuk cuci tangan. Pihak keluarga besan yang malu akhirnya melakukan pengusutan dari mana sumber bau tak sedap tersebut. Ketikan penyelidikan sampai di tiang bambu jembatan akhirnya diketahui sumber asal bau tak sedap tersebut. Pada tiang tersebut terlihat kotoran yang mengering sengaja di lumuri. Kontan saja semua orang inget ulah jahil Ki Tolet. Walaupun banyak yang gerendeng (mengumpat) tapi akhirnya semua orang yang hadir tertawa terbahak-bahak. "Sialan... kena gue dikerjain si Tolet... !!!!"

No comments: