Thursday, November 6, 2008

Puisi Karya Abdurahman Faiz

Hatta


Engkau adalah kenangan
yang tumbuh dalam kepala dan jiwaku

Suatu malam kau datang dalam mimpiku
katamu:
jangan lelah menebar kebajikan
jadikan kesederhaan
sebagai teman paling setia

Aku anak kecil
berjanji menepati
jadi akan kusurati lagi
presiden kita
hari ini

(17 Agustus 2003)


Puisi Bunda


bunda hanya sedikit mengarang puisi untukku
tapi semakin lama kuamati
senyuman bunda adalah puisi
tatapan bunda adalah puisi
teguran bunda adalah puisi
belaian dan doanya adalah puisi cinta
yang disampaikannya padaku
tak putus putus
tak putus putus

bahkan bila kutidur

(Mei 2003)


Siti dan Udin Di Jalan


Siti dan Udin namanya
sejak pagi belum makan
minum cuma seadanya
dengan membawa kecrekan
mengitari jalan-jalan ibu kota

Siti punya ayah
seorang tukang becak
ibunya tukang cuci
berbadan ringkih

Udin tak tahu di mana ayahnya
ditinggal sejak bayi
ibunya hanya pemulung
memunguti kardus dan plastik bekas

Mereka bangun rumah
dari triplek dan kardus tebal
di tepi kali ciliwung
tapi sering kena gusur

Bila malam tiba
mereka tidur di kolong jembatan
ditemani nyanyian nyamuk
dan suara bentakan preman

Siti dan Udin namanya
muka mereka penuh debu
dengan baju rombengan
menyanyi di tengah kebisingan

pagi sampai malam
tersenyum dalam peluh
menyapa om dan tante
mengharap receh seadanya

Beribu Siti dan Udin
berkeliaran di jalan-jalan
dengan suara serak
dan napas sesak oleh polusi
kalau hari ini bisa makan
sudah alhamdulillah
tapi tetap berdoa
agar bisa sekolah
dan punya rumah berjendela
(Februari 2003)


Harry Potter

Sudahkah kau temukan
ramuan paling rahasia itu
agar seluruh orang di dunia
bisa saling cinta?

(Oktober 2002)


Ayah Bundaku


Bunda
engkau adalah
rembulan yang menari
dalam dadaku

Ayah
engkau adalah
matahari yang menghangatkan
hatiku

Ayah Bunda
kucintai kau berdua
seperti aku mencintai surga

Semoga Allah mencium ayah bunda
dalam tamanNya terindah nanti

(Januari 2002)


Menaruh


Aku menaruh semua mainan
dan teman di sisiku

Aku menaruh bunda di hatiku
dekat sekali
dengan tempat kebaikan

Tapi
Aku tak bisa menaruh Allah
Ia menaruhku di bumi
bersama bunda dan semua
Ia ada dalam tiap napas
dan penglihatanku

Allah, hari ini kumohon
taruhlah para anak jalanan,
teman-teman kecilku yang miskin
dan menderita
dalam belaianMu
dan buatlah ayah bunda

menjadi kaya
dan menaruh mereka
di rumah kami


Amin.
(Juli 2001)



Jalan Bunda


bunda
engkaulah yang menuntunku
ke jalan kupu-kupu

(September 2003)


Surat Buat Ibu Negara

Kepada Yang Terhormat
Presiden Republik Indonesia
Megawati
Di Istana


Assalaamualaikum.
Ibu Mega, apa kabar?
Aku harap ibu baik-baik seperti aku saat ini.
Ibu, di kelas badanku paling tinggi.
Cita-citaku juga tinggi.
Aku mau jadi presiden.
Tapi baik.
Presiden yang pintar,
bisa buat komputer sendiri.
Yang tegas sekali.
Bisa bicara 10 bahasa.
Presiden yang dicintai orang-orang.
Kalau meninggal masuk surga.

Ibu sayang,
Bunda pernah cerita
tentang Umar sahabat Nabi Muhammad.
Dia itu pemimpin.
Umar suka jalan-jalan
ke tempat yang banyak orang miskinnya.
Tapi orang-orang tidak tahu kalau itu Umar.
Soalnya Umar menyamar.
Umar juga tidak bawa pengawal.
Umar jadi tahu
kalau ada orang yang kesusahan di negerinya
Dia bisa cepat menolong.

Kalau jadi presiden
aku juga mau seperti Umar.
Tapi masih lama sekali.
Harus sudah tua dan kalau dipilih orang.
Jadi aku mengirim surat ini
Mau mengajak ibu menyamar.
Malam-malam kita bisa pergi
ke tempat yang banyak orang miskinnya.
Pakai baju robek dan jelek.
Muka dibuat kotor.
Kita dengar kesusahan rakyat.
Terus kita tolong.

Tapi ibu jangan bawa pengawal.
Jangan bilang-bilang.
Kita tidak usah pergi jauh-jauh.
Di dekat rumahku juga banyak anak jalanan.
Mereka mengamen mengemis.
Tidak ada bapak ibunya.
Terus banyak orang jahat
minta duit dari anak-anak kecil.
Kasihan.

Ibu Presiden,
kalau mau, ibu balas surat aku ya.
Jangan ketahuan pengawal
nanti ibu tidak boleh pergi.
Aku yang jaga
supaya ibu tidak diganggu orang.
Ibu jangan takut.
Presiden kan punya baju tidak mempan peluru.
Ada kan seperti di filem?
Pakai saja.
Ibu juga bisa kurus
kalau jalan kaki terus.
Tapi tidak apa.
Sehat.

Jadi ibu bisa kenal orang-orang miskin
di negara Indonesia.
Bisa tahu sendiri
tidak usah tunggu laporan
karena sering ada korupsi.

Sudah dulu ya.
Ibu jangan marah ya.
Kalau tidak senang
aku jangan dipenjara ya.
Terimakasih.


Dari
Abdurahman Faiz
Kelas II SDN 02 Cipayung Jakarta Timur



Pengungsi Di Negeri Sendiri


Tak ada lagi yang menari
di antara tenda-tenda kumuh di sini
hanya derita yang melekat di mata
dan hati kami

Tidak satu nyanyian pun
pernah kami dendangkan lagi
hanya lagu-lagu airmata
di antara lapar, dahaga
pada pergantian musim

Sampaikah padamu, saudaraku?

(Oktober 2003)


Bunda Cintaku


Bunda
kau selalu ada di sisiku
kau selalu di hatiku
senyummu rembulan
baktimu seperti matahari
yang setia menyinari
dan cintamu adalah udara
yang kuhirup setiap hari
meski di dalam sedih
walau dalam susah
langkahmu pasti
jadikan aku insan berarti

terimakasih bunda cintaku

(November 2002)


Tujuh Luka Di Hari Ulangtahunku



Sehari sebelum ulangtahunku
aku terjatuh di selokan besar
ada tujuh luka membekas, berdarah
aku mencoba tertawa, malah meringis

Sehari sebelum ulangtahunku
negeriku masih juga begitu
lebih dari tujuh luka membekas
kemiskinan, kejahatan,
korupsi di mana-mana,
pengangguran, pengungsi
jadi pemandangan
yang meletihkan mata
menyakitkan hati

Tapi ada yang seperti lucu di negeriku
orang yang ketahuan berbuat jahat
tidak selalu dihukum
namun orang baik bisa dipenjara

Pada ulangtahunku yang kedelapan
aku berdiri di sini dengan tujuh luka
sambil membayangkan Indonesia Raya
dan selokan besar itu

Tiba-tiba aku ingin menangis

(15 November 2003)


Yanto dan Mazda


Yanto dan Mazda, tidurlah
malam telah larut
Frodo dan Sam sedang berjuang
memusnahkan Sauron

tidakkah sebaiknya kita
cium kening bunda
dan selekasnya masuk
lewat pintu-pintu mimpi
untuk membantu mereka?

(Februari, 2003)


Siapa Mau Jadi Presiden?


menjadi presiden itu
berarti melayani
dengan segenap hati
rakyat yang meminta suka
dan menyerahkan jutaan
keranjang dukanya padamu

(November, 2003)


Dari Seorang Anak Irak Dalam
Mimpiku, Untuk Bush


Mengapa kau biarkan anak-anak meneguk derita
peluru-peluru itu bicara pada tubuh kami
dengan bahasa yang paling perih

Irak, Afghanistan, Palestina
dan entah negeri mana lagi
meratap-ratap

Mengapa kau koyak tubuh kami?
apa yang kau cari?
apa salah kami?
kami hanya bocah
yang selalu gemetar mendengar
keributan dan ledakan
mengapa kau perangi bapak ibu kami?

Kini
kami tak pernah lagi melihat pelangi
hanya api di matamu
dan sejarah yang perih
tapi kami sudah tak bisa lagi menangis
Kami berdarah
Kami mati

(Oktober 2003)


Penulis


Ayahku wartawan
bundaku sastrawan

dan akulah dia
yang susah payah
mengumpulkan semua cinta
semua duka
menjadikannya untaian kata
yang kualamatkan pada dunia

mungkin menjadi kebaikan
yang bisa dibaca siapa saja
dan sedikit uang
untuk kusedekahkan
pada fakir miskin

(Agustus 2003)


Muhammad Rinduku


Kalau kau mencintai Muhammad
ikutilah dia
sepenuh hati

apa yang dikatakan
apa yang dilakukan
ikuti semua
jangan kau tawar lagi
sebab ialah lelaki utama itu

memang jalan yang ditempuhnya
sungguh susah
hingga dengannya terbelah bulan

tapi kalau kau mencintai Rasul
ikutilah dia
sepenuh rindumu

dan akan sampailah kau padaNya
(April 2003)


Kepada Koruptor

Gantilah makanan bapak
dengan nasi putih, sayur dan daging
jangan makan uang kami
lihatlah airmata para bocah
yang menderas di tiap lampu merah jalan-jalan Jakarta
dengarlah jerit lapar mereka di pengungsian
juga doa kanak-kanak yang ingin sekali sekolah

Telah bapak saksikan
orang-orang miskin memenuhi seluruh negeri
tidakkah menggetarkan bapak?

Tolong, Pak
gantilah makanan bapak seperti manusia
jangan makan uang kami

(Oktober 2003)


Doaku Hari Ini


Tuhanku
berikanlah waktumu padaku
untuk tumbuh di jalan cinta
dan menyemainya
di sepanjang jalan ayah bundaku
di sepanjang jalan Indonesiaku
di sepanjang jalan menujuMu

Amin

(Juli, 2003)


Bunda Ke Amerika


Sepucuk surat undangan sampai pagi ini di rumah kami
untuk bundaku tercinta
dari universitas di Amerika

aku tahu bundaku pintar
juga amat berbudaya
tak heran bila ia diundang bicara
sampai ke negeri adidaya

ia adalah muslimah ramah
dengan jilbab tak pernah lepas dari kepala
sehari-hari berbicara benar
dan tak henti membela yang lemah

dari berita yang kubaca
Amerika penuh rekayasa
khawatir pun melanda
bila jilbab dijadikan masalah

Bagaimana bila bunda
tiba-tiba dianggap anggota alqaidah?
bukankah Presiden Amerika
menuduh dengan mudah
siapa saja yang tak dia suka?

Maka aku minta kepada Allah
agar bunda dilindungi senantiasa
bunda tersenyum dan memelukku
ia teguh pergi dengan jilbab di kepala
katanya: hanya Allah maha penjaga

(September 2003)


Puisi Bunda 2

Engkau adalah puisi abadiku
yang tak mungkin kutemukan dalam buku

(November 2003)


TENTANG FAIZ

Nama lengkapnya Abdurahman Faiz, lahir di Jakarta, 15 November 1995. Pada usia 13 bulan mengalami retak di tempurung kepala bagian belakang karena terjatuh dari sebuah kursi tinggi. Dokter menganggap sebuah mukjizat ketika dalam perkembangannya Faiz tak menunjukkan
gejala gangguan otak atau kecerdasan. Ia sempat dirawat 2 minggu di Rumah Sakit karena hal tersebut.

Sejak usia 2 tahun Faiz sangat suka bercerita dan bermain peran. Ia pernah berkata: "Bunda, aku mencintai bunda seperti aku mencintai surga," ketika usianya baru 3 tahun.

Ya, sejak saat itu, setiap waktu, Faiz bisa tiba-tiba mengeluarkan kalimat-kalimat puitis ayaknya seorang penyair. Namun karena tidak langsung ditulis, puisi-puisi itu banyak yang tidak terdokumentasi (Faiz baru mulai mau menulisnya pertengahan tahun 2001).

Saat Faiz tahu buku ini akan terbit, misalnya, ia spontan berkata: "Bunda, engkau adalah puisi abadiku, yang tak mungkin kutemukan dalam buku." Dan seperti biasa, sang bunda langsung berseru, "Apa, nak? Tunggu, kamu harus menuliskan kalimat itu! Itu puisi yang sangat indah!"

Pada usia 3 tahun pula ia bercerita dengan mimik serius tentang temannya bernama Mimis. "Kasihan deh, Bunda. Mimis itu ibunya tukang cuci, bapaknya satpam di mall. Ibunya sakit-sakitan sampai batuk darah. Mall tempat bapaknya bekerja dibakar dan dijarah orang banyak. Aku kasihan sekali padanya."

Tentu Bunda Faiz, Helvy Tiana Rosa yang juga seorang cerpenis kebingungan. Seingatnya Faiz tak memiliki teman bernama Mimis. Lagi pula anak itu bahkan belum masuk play group maupun TK. Tapi Faiz terus bercerita. "Kasihan deh si Mimis itu. Kita harus menolong dong, Bunda."

Akhirnya Sang Bunda berkata: "Faiz, mari kita tolong Mimis. Dia tinggal di mana? Kok bunda belum tahu?"
Tiba-tiba Faiz tertawa gelak: "Bunda..... bunda!" serunya
masih menahan tawa. "Mimis itu kan cuma teman khayalanku saja!"


Rupanya ia sudah mengerti konsep teman khayalan. Tinggal bundanya yang geleng-geleng kepala. Sejak kecil Faiz juga sudah sering bertanya yang aneh-aneh kepada bunda, maupun ayahnya: Tomi Satryatomo yang bekerja sebagai wartawan. Misalnya: Ayah, mengapa angin itu
tidak kelihatan? Mengapa awan ada di atas? Kan kalau di bawah enak dijadikan tempat tidur? Mengapa api dinamakan api? Mengapa laut asin? Mengapa Tuhan hanya satu? Adakah orang tinggal di Bintang? Dan lain sebagainya.

Menjelang usia 5 tahun, Faiz masuk ke TK Pelita di dekat rumahnya. Setahun kemudian ia didaftarkan ke SD negeri. Tapi, karena usianya belum 6 tahun, ia belum diterima. Baru pada usia menjelang 7 tahun ia masuk di kelas I SDN 02 Cipayung yang juga tak jauh dari rumahnya.

Kegiatan sehari-hari Faiz adalah sekolah, les, mengaji dan bermain. Ia juga suka sekali mempelajari alat elektronik. Ia terbiasa dengan komputer sejak usia 3 tahun. Saat balita ia bisa mengoperasikan PDA, laptop, internet, HP jenis apa pun, kamera digital bahkan handycam. Ia juga sudah memiliki laptop sendiri--bekas bunda. Anehnya ia lebih suka menulis puisi di HP.


Faiz yang suka berolahraga dan mengoleksi banyak buku ini, bercita-cita menjadi seorang presiden yang juga professor. Agustus 2003 lalu, ia menjadi Juara I Lomba Menulis Surat untuk Presiden, Tingkat Nasional, yang diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta, dalam rangka Hari Anak Nasional 2003. Sejak saat itu ia kerap diburu wartawan dan menjadi tamu dalam beberapa acara televisi antara lain Liputan 6 dan Who Wants to be A President. Ia juga ditawari bermain sinetron tapi ia menolak.

"Ternyata menjadi terkenal itu tidak enak ya. Capek dikejar-kejar orang. Semua mencium kita sembarangan. Tapi enaknya kita bisa gampang menolong orang," komentar tiga besar di kelas II SDN 02 Cipayung yang juga anggota Forum Lingkar Pena Kids ini.

1 comment:

Bond said...

Nggak nyangka anak-anak bisa membuat puisi yang mampu membuat terharu. Saya membayangkan kalau yang membuatnya adalah anak saya sendiri. Luar biasa ! Ini anugerah Allah SWT yang patut disyukuri. Dengan kacamata hatinyayang masih bersih. Semua terasa indah.