Allahu Akbar....
Allahu Akbar....
Allahu Akbar....
Suara takbir bergema bersahut-sahutan. Hari ini merupakan hari bahagia buat kaum muslimin di seluruh penjuru dunia. Hari di mana sebagian umat yang mampu diuji keimanannya dengan menyerahkan simbol berupa hewan kurban. Semuanya bergembira, terutama kaum dhuafa yang menerima jatah daging kurban. Masjid-masjid penuh sesak, orang berdesakan mengantri pembagian jatah dari panitia. Ada yang kesal karena kepanasan, ada yang senang sambil merencanakan membuat sate nanti malam, dan ada yang pasrah saja karena belum kebagian kupon. Demikian potret umat Islam di Indonesia.
Ada teman yang mengkritik fenomena ini dengan mengatakan keserakahan kaum miskin untuk berlomba-lomba mengumpulkan jatah daging hewan kurban. Para calo daging diberitakan sedang menawar jatah daging kurban dari seorang anak yang terlihat menenteng kantong keresek. Sementara ada puluhan tukang becak yang memuati becaknya dengan kantong daging dari beberapa masjid. Macam-macam kejadian yang membuat kita terharu sedih, tertawa, marah, dan mungkin sedikit kesal dengan adegan tersebut.
Bagaimanapun mereka adalah saudara kita sesama muslim. Kemiskinan membuat mereka menjadi seperti itu. Antri di terik panas matahari dan berteriak-teriak. Jangan dimarahi, jangan dihina, dan jangan diacuhkan. Seharusnya kita yang mampu berkewajiban memuliakan mereka. Kalau tidak bisa setiap hari, yah... paling tidak satu hari ini saja.
Yang terbaik seharusnya mengantar jatah daging ke rumah-rumah mereka. Menyapa mereka di balik pintu rumahnya dengan senyum. Wah, mana sempat seperti itu mas ! kata temanku. Ini saja sudah repot !. Setahun sekali saja kenapa tidak. Toh hari ini kita semua libur bekerja. Kalau mau mendengarkan Gus Dur, Gitu aja kok Repot !
Mas Thukul telepon saya, ketika saya tanyakan apakah ditempatnya ada yang kurban. Dia bilang tidak ada sama sekali. Korban perasaan katanya sedih. Nggak enak juga mendengarnya. Sementara di Jakarta semua mendapat jatah daging kurban. Saking berlebihnya, orang mampu juga kebagian bahkan panitia tampak sibuk dengan kantong-kantong daging pilihannya. Aduh... nasibmu Khulll...!
Bagaimanapun juga, melihat kebahagiaan mereka membuat saya ikut bahagia. Tahun lalu saya dan istri memiliki kesempatan langka, sholat Idul Adha di Masjidil Haram. Inilah yang membuat kami sangat terharu. Semoga Allah SWT selalu mencurahkan rahmat Nya kepada semua umat muslim di muka bumi ini. Amin.
No comments:
Post a Comment