Kamis, 23 Juli 2009
Pulang kerja, setelah semuanya beres, Radja mendekati Saya dan Mamanya yang sedang ngobrol. Dia bertanya sambil 'gelendotan' di saya.
"Pah... Papa sanggunp nggak 'ngebiayain' Ade ?" katanya dengan wajah lugu.
"Hmm... [seolah-olah berfikir keras], ngebiayain apa De ? Ade mau masuk SSB [Sekolah Sepak Bola] ?" jawab saya, karena sebelumnya kami pernah membahas kemungkinan Radja masuk Klub Sepakbola.
"Bukan, itu loh... Ade mau ikutan les KUMON ..." katanya lagi
"Oohh... ya, sangguplah... tapi Papa harus kerja keras dulu banting tulang untuk membiayai Ade" jawab saya sambil meledeknya.
"Ya, iyalah... soalnya kata Ibu Guru, Ade harus belajar Matematika lagi" jelasnya
"Hmm... Okelah kalau begitu" sambil melirik ke Mamanya yang mesem-mesem.
Kesannya kalimat 'sanggup membiayai' gimana gitu, saya dituntut rasa tanggung jawabnya sebagai orang tua, duh.... berat sekali maknanya. Kemudian Radja bertanya lagi kepada Mamanya.
"Nah, kalo Mama sanggup nggak nganterin aku tiap pagi jam setengah tujuh ?" tanyanya
"Ya... sangguplah" jawab Mamanya pula
Setelah kami lirik-lirikan berdua, kami yang bertanya kepada Radja.
"Nah, kalo' Papa dan Mama sudah sanggup. Sekarang Ade sangup nggak belajar Matematika ?" tanya saya. Radja celingak-celinguk sebentar.... kemudian.
"Yo, yoy ...!" sahutnya
Akhirnya kami bertiga bersalaman mengukuhkan komitmen kami.
No comments:
Post a Comment