Wednesday, January 14, 2009

Penjajahan AS - Adam Malik Agen CIA ? Mungkin Saja

Mungkin banyak orang berpendapat, untuk apa sih membicarakan hal buruk dari orang yang sudah meninggal?
Tapi demi kemaslahatan banyak orang, ada baiknya kita bahas. Pertama-tama kita harus pahami bahwa belum tentu tuduhan Adam Malik sebagai agen CIA benar. Bisa jadi cuma fitnah. Sebaliknya, mungkin saja Adam Malik benar agen CIA. Di dunia ini tidak ada hal yang mustahil. Wallahu a’lam bish shawab. Allah yang lebih mengetahui. Perlu penyelidikan dari pihak yang berwenang untuk mengetahui kebenarannya.
Terlepas dari masalah Adam Malik, coba kita perhatikan sekarang. Apakah ada agen CIA atau AS di Indonesia? Rasanya naif sekali jika kita bilang tidak ada. AS selain menyebar mata-mata CIA di seluruh dunia juga merekrut agen/kaki tangan yang bisa memberi informasi kepada mata-mata mereka.
Pemerintah AS lewat USAID mau pun lembaga-lembaga seperti Asia Foundation banyak mengucurkan bantuan baik kepada institusi di sini, perorangan, atau pun LSM-LSM. Di media massa. Bahkan AS memberikan “Bantuan/Uang” kepada TNI dan Polri. Untuk apa? Kan TNI dan Polri sudah ada anggarannya. Kemudian apa imbalannya untuk AS?
“There is no such as thing as a free lunch!” Tidak ada makan siang gratis! Kata orang Barat. Semua itu pasti ada timbal baliknya.
Coba lihat di:
http://infoindonesia.wordpress.com/category/penjajahan-ekonomi/
Bagaimana lembaga pemerintah AS, USAID membiayai berbagai pihak sehingga DPR kita mau menggodok UU Migas yang menguntungkan perusahaan-perusahaan AS.
Kenapa 90% migas kita justru dikelola oleh perusahaan-perusahaan AS sementara Pertamina (BUMN Indonesia) hanya mendapat kurang dari 10%?
Kenapa ketika Pertamina “BEREBUT” blok MIGAS CEPU dengan Exxon-Mobil (perusahaan AS), yang dimenangkan justru Exxon-Mobil?
Jika tidak ada agen-agen CIA/AS tidak mungkin hal itu akan terjadi.
Kenapa ada kelompok Islam gadungan yang dibiayai orang-orang kafir di AS dan Eropa begitu getol merusak ajaran Islam dari dalam, menolak syariah Islam, dan memecah persatuan Islam?
Itu semua karena memang ada agen AS yang menjajah Indonesia di bidang ekonomi hingga mayoritas rakyat Indonesia miskin.
Itu semua karena memang ada agen AS yang sengaja merusak dan mencoba merubah ajaran Islam sehingga aliran sesat dibela sementara Majelis Ulama Indonesia justru dihina.
Oleh karena itu mari kita buka mata kita agar kita bisa tahu mana orang yang beriman, mana orang yang munafik, dan mana orang yang kafir.
Allah melarang orang yang beriman mengambil orang-orang kafir, apalagi yang menghalangi ditegakkannya hukum Islam, sebagai teman:
”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil orang-orang di luar kalangan kalian sebagai teman kepercayaan kalian (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemadaratan atas kalian. Mereka menyukai apa saja yang menyusahkan kalian. Telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa saja yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepada kalian ayat-ayat (Kami) jika saja kalian memahaminya.” (QS Ali Imran [3]: 118).
Allah juga melarang orang-orang kafir menguasai orang-orang yang beriman termasuk sumber daya alamnya:
”Allah sekali-kali tidak akan pernah memberikan jalan kepada orang-orang kafir untuk menguasai orang-orang yang Mukmin.” (QS an-Nisa’ [4]: 141).
Adam Malik Agen CIA ? Mungkin Saja

Urusan dengan CIA memang selalu menimbulkan kontroversi. Kali ini Adam Malik, mantan wakil presiden Indonesia dituding agen CIA. Adalah buku Tim Weiner yang berjudul Kegagalan CIA: Spionase Amerika Sebuah Negara Adi Daya, yang mengungkap bahwa Adam Malik agen CIA.

Buku yang judul aslinya Legacy of Ashes ini mengutip perkataan Clyde Mc Avoy, pejabat tinggi CIA yang menyatakan telah merekrut Adam Malik sebagai agen dan mengontrolnya. Lewat Adam Malik ini pula konon CIA mengucurkan dana 10 ribu US dollar untuk membiayai aksi pembasmian Gestapu.

Tim Weiner sendiri bukan penulis amatiran. Disampin berpengalaman menjadi wartawan The New York Times, Weiner mengatakan telah melakukan investigasi dalam waktu yang lama. Menurutnya buku ini bersifat on the record, tidak ada sumber tanpa nama, kutipan tanpa identitas pembicara atau gossip. Weiner juga dikenal penulis handal yang pernah mendapat penghargaan.

Keluarga Adam Malik segera mengecam tudingan ini. Pakar sejarah Asvi Warman mengatakan hal itu sebagai fitnah. Tidak jauh berbeda, Jusuf Kalla yakin tidak mungkin Adam Malik seorang agen CIA. Menurutnya profesi Adam Malik sebagai wartawan yang memiliki kenalan yang luas memungkinkan dia untuk kontak dengan siapa saja.

Tentu saja sulit untuk membuktikan Adam Malik benar-benar seorang agen. Namun, bukan berarti hal itu menutup kemungkinan Adam Malik adalah memang benar-benar agen. Sebab tidak bisa dipungkiri Adam Malik adalah pemain politik utama saat itu. Sementara Amerika Serikat jelas punya kepentingan untuk merekrut agen-agennya. Apalagi AS saat itu adalah era perang dingin. Negara adi daya ini yang saling berebut kekuasaan untuk mendominasi dunia dengan Soviet yang berideologi Komunisme. Negara Paman Sam ini juga saat itu berusaha menghentikan pengaruh Inggris sebagai negara penjajah lama diseluruh pelosok dunia.

Mendudukan para agen pada jabatan dan profesi strategis menjadi sangat penting . Seperti jabatan politik kepala negara, menteri, pemimpin militer atau kepolisian. Termasuk profesi wartawan yang pernah digeluti oleh Adam Malik. Keterlibatan pemerintah AS, dengan memanfaatkan wartawan sebagai agen intelijen mereka, sudah terjadi sejak Perang Dingin. Seperti yang ditulis surat kabar New York Times, “Sejak berakhirnya Perang Dunia II, lebih dari 30 atau bahkan 100 wartawan Amerika dari sejumlah organisasi berita dilibatkan sebagai pekerja operasi intelijen yang dibayar sementara menjalankan tugas-tugas reportasenya. Jadi siapapun tidak tertutup kemungkinan menjadi agen, termasuk Adam Malik .

Bahwa terdapat politisi termasuk kepala pemerintahan yang menjadi kaki tangan asing juga bukan barang baru. Berdirinya negara kerajaan Saudi Arabia misalnya tidak lepas dari campur tangan asing. Pada tahun 1902, Abdul Aziz menyerang dan merebut kota Riyadh dengan membunuh walinya (Gubernur Khilafah ar-Rasyid). Pasukan Aziz terus melakukan penaklukan dan membunuh pendukung Khilafah Utsmaniyah dengan bantuan Inggris.

Salah satu sahabat dekat Abdul Aziz Abdurrahman adalah Harry St. John Pilby, yang merupakan agen Inggris. Philby menjuluki Abdul Aziz bin Abdurrahman sebagai “Seorang Arab yang Beruntung”, sementara Abdul Aziz menjulukinya dengan “Bintang Baru dalam Cakrawala Arab”. Philby adalah orang Inggris yang ahli Arab yang telah lama menjalin hubungan baik dengan Keluarga Sa‘ud sejak misi pertamanya ke Nejed pada tahun 1917. Pada tahun 1926, Philby tinggal di Jeddah. Dikabarkan kemudian, Philby masuk Islam dan menjadi anggota dewan penasihat pribadi Raja pada tahun 1930.

Kerjasama Dinasti Sa‘ud dengan Inggris tampak dalam perjanjian umum Inggris-Arab Saudi yang ditandatangani di Jeddah (20 Mei 1927). Perjanjian itu, yang dirundingkan oleh Clayton, mempertegas pengakuan Inggris atas ‘kemerdekaan lengkap dan mutlak’ Ibnu Sa‘ud, hubungan non-agresi dan bersahabat, pengakuan Ibnu Sa‘ud atas kedudukan Inggris di Bahrain dan di keemiran Teluk, serta kerjasama dalam menghentikan perdagangan budak (Lihat: Goerge Lenczowsky, Timur Tengah di Tengah Kencah Dunia, hlm. 351). Dengan perlindungan Inggris ini, Abdul Aziz (yang dikenal dengan Ibnu Sa‘ud) merasa aman dari berbagai rongrongan.

Bisa disebut hampir semua penguasa negeri ketiga tidak bisa dilepaskan dari pengaruh asing dari dulu hingga kini. Sekarang terdapat Musharaf yang jelas-jelas agen AS yang kemudian digulingkan , atau pemerintah boneka Irak dan rezim Karzay di Afghanistan. Termasuk rezim Mahmud Abbas di Palestina, bukan mustahil pula termasuk penguasa Indonesia.

Untuk membuktikan bahwa mereka agen CIA jelas tidak gampang. Disamping hal tersebut tidaklah begitu penting. Yang lebih penting adalah mengetahui siapa yang menjadi kaki tangan asing. Dan hal itu bisa dilihat dari indikasinya. Siapapun termasuk penguasa bisa dikatakan sebagai kaki tangan asing dengan melihat dukungan mereka terhadap kebijakan-kebijakan negara penjajah kapitalis. Siapapun yang melakukan itu pantas dicap sebagai kaki tangan negara penjajah dan pengkhianat.

Mereka adalah penguasa yang tega membunuh rakyat sendiri atas nama perang melawan terorisme ala AS seperti yang dilakukan penguasa Pakistan. Mereka yang mengikuti seluruh instruksi IMF dan Bank Dunia meskipun harus memiskinkan rakyatnya sendiri. Membuat undang-undang yang lebih memihak kepada kepentingan negara penjajah atau perusahaan asing. Kalau Adam Malik dituding agen CIA karena menerima bantuan dana 10 ribu dollar . Hal sama harus kita pertanyakan pada penguasa yang menerima dana asing berupa utang luar negeri yang justru dijadikan alat untuk mendikte bangsa sendiri. Dan jumlahnya tentu lebih besar dari 10 ribu dollar.

Termasuk penguasa yang memberikan jalan bagi asing untuk memecah belah Indonesia atas nama demokrasi dan kebebasan pendapat. Terdapat pula LSM komprador yang menerima dana luar negeri untuk memerangi upaya penegakan syariah Islam karena khawatir syariah Islam akan menghentikan penjajahan Tuan Kapitalisme mereka . Kita harus berani mengatakan mereka adalah kaki tangan asing dan pengkhianat. Sikap kita juga harus tegas mengecam dan menolak mereka. Karena mereka adalah pengkhianat ! (Farid Wadjdi)

http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/25/adam-malik-agen-cia-mungkin-saja/

No comments: