Kata orang-orang pinter dan mumpuni saya di beritahu kalau memberi nama kepada anak itu harus yang baik, artinya memiliki makna yang baik. Karena nama itu merupakan doa dan harapan orang tua terhadap anaknya. Mau jadi apa nantinya dan bagaimana anak itu kelak yang pasti doa orang tuanya selalu mengiringi. Makanya kalo' ada istilah yang mengatakan “apa arti sebuah nama...” halah gak setuju... coba sampeyan kasih nama anakmu panjul atau bakhul atau kunyuk... mau gak!!!
Dahulu di Jakarta, terutama warga Betawi, kalo' memberi nama anak kadang-kadang juga nggak jelas. Coba saja perhatikan ada yang namanya Malih, Bokir, Nirin, Toing, Kolong, Toncit, Bolot, Kumpul, dan yang gak habis pikir ada yang anaknya diberi nama Murtadi. Lha... kok bisa. Apakah orang tuanya mengharapkan anaknya menjadi orang yang murtad apah...
Jika anak sering sakit-sakitan, ada yang menyarankan untuk diganti namanya. Istilahnya 'Keberatan Nama', artinya nama anak itu nggak cocok. Bisa terlalu bagus dan nggak pantes dengan anaknya atau garis keturunannya atawa terlalu jelek artinya. Lha.. makanya kasih nama anak yang bueneer...
Ada cerita seorang tetangga, sebelumnya dia diberi nama Sulaiman oleh orang tuanya. Karena sering sakit, yang panas-lah, atau korengan, sehingga orang tuanya khawatir. Atas anjuran orang-orang tua dikampung, orang tua Sulaiman diminta agar namanya anaknya diganti. Akhirnya orang tua Sulaiman manut saja. Diberilah nama baru untuk anak tersebut menjadi Ridwan. Hasilnya... si anak masih sering meriang, korengannya kagak rontok dan malah borokan... nah loh. Pusing juga tuh orang tua, konsultasi lagi kepada orang sepuh. Katanya, nama Sulaiman adalah nama Nabi dan Ridwan adalah nama Malaikat, nama tersebut menurutnya nggak cocok buat si anak, ketinggian. Tiang listrik kali ya.. Akhirnya orang sepuh tersebut menyarankan lagi untuk mengganti nama anak tersebut dengan nama biasa. Dipilihlah nama seorang sahabat dan keponakan nabi, Ali bin Abu Thalib. Diberilah anak ersebut nama ALI (nggak pake Abu Thalib). Percaya atawa nggak tuh borok pada rontok kayak daun jambu kena angin dan penyakit panasnya juga agak berkurang. Cerita seperti itu terjadi bukan hanya di Jakarta (Betawi) saja di daerah lain juga mungkin ada yang seperti itu.
Waktu kecil dulu nama sahabat saya kok bagus-bagus amat. Kadang saya suka iri dengan Jack, Yudi (sekarang adik ipar saya), Irfan, Asep, Iwan, Teguh, Denny, Edwin, Wawan dan lain-lain. Sementara nama saya, Imron, duh... Kenapa sih orang tua saya nggak ngasih nama yang keren. Boy, Hilman, Roy atau apalah yang agak keren. Udah itu saya membiasakan diri menyebut nama menjadi 'Imbong' nah... parah kan. Waktu kecil dulu anak-anak sering menuliskan namanya di tembok dengan menggunakan arang, kapur, pecahan batu atau apa saja yang dapat digunakan untuk menuliskan namanya di tembok. Makanya tembok tetangga penuh coretan, JACK TOP 80, YUDI TOP, dan lain-lain. Cuma saya saja yang tidak pernah menuliskan nama ditembok rumah orang. Lha... abis namanya nggak top amat.
Waktu musim main interkom, semua orang keranjingan. Mulai anak-anak sampai kakek-kakek sibuk main interkom. Mulailah dikenal nama udara (nama samaran) yang dimanfaatkan temen-temen untuk mengubah namanya. Kadang nama baru tersebut terkesan terlalu ekstrem, asal-asalan, keren abiss hingga biasa-biasa saja. Contoh nama udara waktu itu adalah Hunter, Rodex, Stiven, Billy, Maret, Naga Bonar, Rajawali, Mamah Ogut, Ratu, Intan, Nuri, Shinta, Recaro, Wereng Coklat, Bon Jovi, Pelangi, Qinoy. Saya sendiri suka malu kalo ingat waktu itu .... ssssttt saya ganti nama jadi ... ricky ... Duh bangga sekali punya nama bagus kayak gitu, gak biasa-biasanya. Kemana pergi selalu di sapa .. Rick !!! wellehhh... keren ya...
Ada lagi yang dikenal dengan 'nama preman' atau nama gaul. Kalo' yang ini sih biasanya seperti julukan atau kadang malah ledekan. Misalnya seorang teman bernama Nurullah (Subhannallah... nama yang sangat bagus) diganti menjadi Kiwok. Padahal, menurut cerita teman yang lain Kiwok itu singkatan dari Juki Bewok (orang tuanya). Ada yang berasal dari ledekan misalnya, Degol, padahal itu ledekan untuk 'gede dogol'. Contoh lainnya, Kamaludin -->Imeng, Edy --> Kendy, Mustofa --> Chulix, Idrus --> Culeng, Wahyu -->Pikun, Khairudin --> Doge, Mamat --> Kombe ... dst. Hiks.... Nama-nama yang indah pemberian orang tuanya hilang dan berganti menjadi nama aneh.
Waktu kecil ada seorang teman cewek yang namanya bagus sekali, Melly, waktu itu anak kecil di kampung masih jarang diberi nama Eropah. Lha wong makan pake' ikan asin kok... belagu. Rupanya bukan sok ke barat-barat-an, Melly (dibaca, meli) adalah singkatan dari nama orang tuanya Mpok Emeh dan Bang Jali. Kemudian yang laki-laki, Edwin, (keren khan? kayak Edwin Libels). Padahal itu juga singkatan dari nama orang tuanya Edy dan Wiwin.
Saya pernah bertanya (agak protes dikit) ke Ayah, kenapa memberi nama saya Imron Rosyadi. Dengan bijaksana beliau menceritakan kenapa memberi nama tersebut. Waktu itu, katanya, Ayah mempunyai seorang teman, namanya Imron Rosyadi, orang tersebut memiliki sifat yang baik dan terpuji sehingga disukai oleh teman-temannya. Bicaranya santun dan ramah serta hal-hal baik yang membuat Ayah saya berkesan berteman dengannya. Nah.. akhirnya jadilah saya diberi nama tersebut. Jelaslah bagi saya, ternyata Ayah punya harapan agar anaknya akan memiliki sifat yang baik seperti temannya. Ooooohhhh....
Waktu istri saya hamil anak ke-2, hasil USG memberitahukan bahwa kami akan memiliki anak laki-laki. Alhamdulillah... bukan main senangnya. Lengkap sudah keluarga yang kami bina. Anak pertama perempuan yang cantik dan kami beri nama Saskia Andina Salsabila. Nah... bagaimana yang ini. Terus terang terlalu egois waktu itu, dengan berfikir bahwa nama anak ini harus Bapaknya yang memberikan. Cari-cari nama yang baik, akhirnya terpilihlah nama yang bagus. MUHAMMAD RADJA IBRAHIM RASYAD. Nama dua orang nabi yang paling mulia di mata Allah SWT. Semoga segala suri tauladan mereka tercermin dalam kehidupan anakku ini. Amin. Sebuah nama selalu diiringi oleh doa kedua orang tuanya.
Dahulu di Jakarta, terutama warga Betawi, kalo' memberi nama anak kadang-kadang juga nggak jelas. Coba saja perhatikan ada yang namanya Malih, Bokir, Nirin, Toing, Kolong, Toncit, Bolot, Kumpul, dan yang gak habis pikir ada yang anaknya diberi nama Murtadi. Lha... kok bisa. Apakah orang tuanya mengharapkan anaknya menjadi orang yang murtad apah...
Jika anak sering sakit-sakitan, ada yang menyarankan untuk diganti namanya. Istilahnya 'Keberatan Nama', artinya nama anak itu nggak cocok. Bisa terlalu bagus dan nggak pantes dengan anaknya atau garis keturunannya atawa terlalu jelek artinya. Lha.. makanya kasih nama anak yang bueneer...
Ada cerita seorang tetangga, sebelumnya dia diberi nama Sulaiman oleh orang tuanya. Karena sering sakit, yang panas-lah, atau korengan, sehingga orang tuanya khawatir. Atas anjuran orang-orang tua dikampung, orang tua Sulaiman diminta agar namanya anaknya diganti. Akhirnya orang tua Sulaiman manut saja. Diberilah nama baru untuk anak tersebut menjadi Ridwan. Hasilnya... si anak masih sering meriang, korengannya kagak rontok dan malah borokan... nah loh. Pusing juga tuh orang tua, konsultasi lagi kepada orang sepuh. Katanya, nama Sulaiman adalah nama Nabi dan Ridwan adalah nama Malaikat, nama tersebut menurutnya nggak cocok buat si anak, ketinggian. Tiang listrik kali ya.. Akhirnya orang sepuh tersebut menyarankan lagi untuk mengganti nama anak tersebut dengan nama biasa. Dipilihlah nama seorang sahabat dan keponakan nabi, Ali bin Abu Thalib. Diberilah anak ersebut nama ALI (nggak pake Abu Thalib). Percaya atawa nggak tuh borok pada rontok kayak daun jambu kena angin dan penyakit panasnya juga agak berkurang. Cerita seperti itu terjadi bukan hanya di Jakarta (Betawi) saja di daerah lain juga mungkin ada yang seperti itu.
Waktu kecil dulu nama sahabat saya kok bagus-bagus amat. Kadang saya suka iri dengan Jack, Yudi (sekarang adik ipar saya), Irfan, Asep, Iwan, Teguh, Denny, Edwin, Wawan dan lain-lain. Sementara nama saya, Imron, duh... Kenapa sih orang tua saya nggak ngasih nama yang keren. Boy, Hilman, Roy atau apalah yang agak keren. Udah itu saya membiasakan diri menyebut nama menjadi 'Imbong' nah... parah kan. Waktu kecil dulu anak-anak sering menuliskan namanya di tembok dengan menggunakan arang, kapur, pecahan batu atau apa saja yang dapat digunakan untuk menuliskan namanya di tembok. Makanya tembok tetangga penuh coretan, JACK TOP 80, YUDI TOP, dan lain-lain. Cuma saya saja yang tidak pernah menuliskan nama ditembok rumah orang. Lha... abis namanya nggak top amat.
Waktu musim main interkom, semua orang keranjingan. Mulai anak-anak sampai kakek-kakek sibuk main interkom. Mulailah dikenal nama udara (nama samaran) yang dimanfaatkan temen-temen untuk mengubah namanya. Kadang nama baru tersebut terkesan terlalu ekstrem, asal-asalan, keren abiss hingga biasa-biasa saja. Contoh nama udara waktu itu adalah Hunter, Rodex, Stiven, Billy, Maret, Naga Bonar, Rajawali, Mamah Ogut, Ratu, Intan, Nuri, Shinta, Recaro, Wereng Coklat, Bon Jovi, Pelangi, Qinoy. Saya sendiri suka malu kalo ingat waktu itu .... ssssttt saya ganti nama jadi ... ricky ... Duh bangga sekali punya nama bagus kayak gitu, gak biasa-biasanya. Kemana pergi selalu di sapa .. Rick !!! wellehhh... keren ya...
Ada lagi yang dikenal dengan 'nama preman' atau nama gaul. Kalo' yang ini sih biasanya seperti julukan atau kadang malah ledekan. Misalnya seorang teman bernama Nurullah (Subhannallah... nama yang sangat bagus) diganti menjadi Kiwok. Padahal, menurut cerita teman yang lain Kiwok itu singkatan dari Juki Bewok (orang tuanya). Ada yang berasal dari ledekan misalnya, Degol, padahal itu ledekan untuk 'gede dogol'. Contoh lainnya, Kamaludin -->Imeng, Edy --> Kendy, Mustofa --> Chulix, Idrus --> Culeng, Wahyu -->Pikun, Khairudin --> Doge, Mamat --> Kombe ... dst. Hiks.... Nama-nama yang indah pemberian orang tuanya hilang dan berganti menjadi nama aneh.
Waktu kecil ada seorang teman cewek yang namanya bagus sekali, Melly, waktu itu anak kecil di kampung masih jarang diberi nama Eropah. Lha wong makan pake' ikan asin kok... belagu. Rupanya bukan sok ke barat-barat-an, Melly (dibaca, meli) adalah singkatan dari nama orang tuanya Mpok Emeh dan Bang Jali. Kemudian yang laki-laki, Edwin, (keren khan? kayak Edwin Libels). Padahal itu juga singkatan dari nama orang tuanya Edy dan Wiwin.
Saya pernah bertanya (agak protes dikit) ke Ayah, kenapa memberi nama saya Imron Rosyadi. Dengan bijaksana beliau menceritakan kenapa memberi nama tersebut. Waktu itu, katanya, Ayah mempunyai seorang teman, namanya Imron Rosyadi, orang tersebut memiliki sifat yang baik dan terpuji sehingga disukai oleh teman-temannya. Bicaranya santun dan ramah serta hal-hal baik yang membuat Ayah saya berkesan berteman dengannya. Nah.. akhirnya jadilah saya diberi nama tersebut. Jelaslah bagi saya, ternyata Ayah punya harapan agar anaknya akan memiliki sifat yang baik seperti temannya. Ooooohhhh....
Waktu istri saya hamil anak ke-2, hasil USG memberitahukan bahwa kami akan memiliki anak laki-laki. Alhamdulillah... bukan main senangnya. Lengkap sudah keluarga yang kami bina. Anak pertama perempuan yang cantik dan kami beri nama Saskia Andina Salsabila. Nah... bagaimana yang ini. Terus terang terlalu egois waktu itu, dengan berfikir bahwa nama anak ini harus Bapaknya yang memberikan. Cari-cari nama yang baik, akhirnya terpilihlah nama yang bagus. MUHAMMAD RADJA IBRAHIM RASYAD. Nama dua orang nabi yang paling mulia di mata Allah SWT. Semoga segala suri tauladan mereka tercermin dalam kehidupan anakku ini. Amin. Sebuah nama selalu diiringi oleh doa kedua orang tuanya.
No comments:
Post a Comment